Kisah Tanpa Judul(4)

5.7K 313 7
                                    

Hari ke 38

Semua barang-barang yang berkemungkinan mampu aku gunakan untuk melukai diriku semua disingkirkan. Pintu dapur menjadi haram untuk ku datangi. Dua orang penjaga selalu berada di sampingku, mengikuti kemanapun aku pergi.

Yeah... setelah percobaan bunuh diriku ke 2 yang ternyata berakhir seperti sebelumnya. Penjagaan terhadap diriku semakin ketat, dan manusia tak berhati itu juga semakin sering menancapkan pusakanya di milikku. Dan mengklaim aku miliknya, dan aku toy seksnya. Gila!

Dalam 2 hari ini lelaki itu tak menemuiku. Amazing bukan?! Aneh, biasanya dia tak bisa jauh dariku...

Aku berjalan mendekati meja makan, duduk di sana dan menikmati sarapanku.

"Maaf nona, anda tidak boleh sembarangan masuk. Tuan El a-"

"Aku kekasihnya! Jadi aku berhak datang kemari, mengerti?! Sekarang menyingkirlah sialan! Buatkan aku minum!"

"Saya harap anda lekas pergi  jik-"

"Apa kau tuli?! Buatkan aku minuman!!"

Ah, drama apalagi ini?

Mengganggu saja! Tanpa rasa ingin tau aku bergegas menghabiskan sarapanku. Seorang pelayan menuangkan susu hangat dan menyodorkannya padaku.

"Siapa dia?!"

Uhuk!!

Aku tersedak susu yang ku minum. Buru-buru pelayan menepuk punggungku pelan sambil membantu membersihkan tumpahan susu di bajuku.

Brak!!
"Aku tanya siapa kau bodoh!!" Wanita gila yang sedari tadi berteriak itu menatapku nyalang.

Seorang bodyguard maju di depannya dan memintanya meninggalkan rumah ini.

"Sialan! Siapa betina itu?! Kau! Jalang sialan, apa kau tidak tau siapa aku hah?! Ku habisi kau!!"

Aakhhh!!

Entah bagaimana caranya wanita gila itu mampu menerobos bodyguard El dan menjambak rambutku. Aku menjerit kesakitan dan berteriak minta tolong. Sementara wanita itu seperti kesetanan menampar dan terus menjambak rambutku.

"Akhh!! Tolong... lepaskan ak akhhh! Sakiitttt!" Aku merintih menahan serangannya. Para pelayan sibuk menahan dan melindungiku.

Dan entah mengapa wanita itu seperti punya kekuatan super, mampu melepaskan diri setiap kali penjaga dan pelayan menahannya.

"Rasakan sialan! Jalang brengsek!! Mati kau!!" Wanita itu menghantukkan kepalaku ke meja sekuat tenaga. Kepalaku berdenyut sakit yang teramat.

"Aakkhhg!!"

Tiba-tiba wanita itu menjerit lalu terhuyung kebelakang. Dan aku mendengar suara menyeramkan El berkata,

"Berani kau menyentuhnya? Dasar pelacur tak tau malu!"

Plakk!

"El... sa... sayang. Kenapa kau memukulku?"

"Apa karena aku memakai jasamu selama 3 kali membuatmu besar kepala, HAH?!"

"El, lihat. Ini aku, bukankah kau kekasihku? Ini ak-AKKHHH!!

"Jalang sialan! Seret dia dan kurung dia di gudang!"

Suara jeritan wanita memanggil nama El terdengar semakin samar. Tubuhku terangkat dan seakan melayang di udara. Melalui mataku yang semakin terpejam, aku melihat wajah El. Wajah bengisnya menahan amarah. Lalu mendengar teriakkan nya,

"Robi! Panggil dokter sekarang!"

*

Aku mengerjap, menatap sekeliling yang hanya di terangi lampu tidur.

Huft...

Aku pingsan berapa lama. Aaww! Dahiku?

Oh ya, wanita gila itu membenturkan dahiku ke meja hingga aku pingsan. Dasar gila, jika dia kekasih El kenapa marah padaku? Marah saja pada si brengsek itu yang sudah mengurungku.

Bayangkan saja, ini sudah 38 hari aku teekurung di rumah ini. Baru-baru ini saja aku di ijinkan berjalan, itu pun di dalam rumah. Dan dua orang penjaga yang selalu mengikutiku.

Bahkan buang air saja penjaga itu menungguiku di depan pintu. Dan juga dapur, aku tidak diperbolehkan menginjakkan kakiku ke sana. Alasannya? Mereka takut aku melakukan percobaan bunuh diri lagi.

Huft!

Aku bangun dan memutuskan membersihkan tubuhku.

Ah, baru kali ini aku melihat tubuhku bersih tanpa tanda-tanda menjijikkan itu. Perlahan aku memakai piyama, dan membuka pintu.
Aku pikir malam ini aku aman, tapi... sepertinya tidak.

"Bodoh! Seharusnya kau melawan!" Tiba-tiba lelaki yang sedang duduk di pinggir tempat tidurku membentak.

"Ma... maaf." Lirihku mulai takut.

"Kau," lelaki itu mulai berjalan mendekatiku. Jarinya mencekal daguku dan mengangkat wajahku. Tubuhku mulai bergetar ketakutan.

"Kau harus ku hukum."

Tangannya turun mencekik leherku sambik menyeretku menuju ranjang. Lelaki brengsek itu menghempaskanku tanpa melepaskan tangannya yang semakin erat mencekikku. Aku berontak, nafasku mulai tersendat-sendat. Nafasku mulai habis, ketakutanku semakin besar.

"A... am...amppuunnn" lirihku yang tidak di hiraukannya. Tangan kanannya malah menarik paksa piyamaku dan merobeknya. Bibir panasnya mulai menelusuri wajahku, menjilati pipi dan bibirku.

Tanpa aba-aba lelaki itu menusukkan miliknya.

"Aarghh!"

Aku berteriak kesakitan. Peruh rasanya jika benda tumpul itu memasuki milikku yang masih kering. Tanpa memperdulikan rintihanku lelaki itu terus memompa miliknya, menghujam ku semakin dalam.

"Aaww!"

Sialan! Tangan jahanam ini membuatku kesakitan. Bagaimana tidak, lelaki ini meremas kuat kedua payudaraku. Dasar brengsek! Bajingan! Sialan! Iblis!

*

Sayup-sayup aku mendengar suara jeritan. Aku membuka mataku perlahan, melirik jam di dinding kamar. Oh, sudah hampir pukul 10 malam. Siapa yang berteriak jam segini? Biasanya rumah ini sudah sunyi selepas makan malam.

Aku mencari-cari sosok manusia laknat itu, tapi nihil. Berjalan tertatih menuju pintu, aku membuka sedikit untuk mengintip.

"A... ampuunn. Ke... kenapa kau tega? Aku kekasihmu!"

"Bukan. Kau hanya salah satu pelacur beruntung yang ku pakai ketika dia sakit."

"Tidak! Kau milikku! Aku tidak akan membiarkan wanita itu memilikimu! Kau milikku!"

"Dasar gila. Robi! Bawa dia pergi. Jangan biarkan dia muncul di hadapanku lagi. Dan kalian semua, jangan biarkan jalang ini masuk. Apalagi menyentuhnya. MENGERTI?!!"

Waaahhh... mengerikan.

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now