Dendam dalam cinta #4

4.1K 336 21
                                    

Heroz mendengus, mengingat kembali wanita sialan itu membuat harga dirinya sebagai penguasa terinjak-injak. Karin. Senyum miring lelaki itu tercetak, ia akan bertemu kembali dengan wanita penghianat itu.

Lelaki itu memakai kembali pakaiannya, ketika tiba-tiba seorang lelaki menegurnya.

"Kau berenang pagi-pagi buta seperti ini?"

Herroz menoleh, di samping sebuah batu besar berdiri seorang lelaki yang menatapnya keheranan.

"Kau tidak kedinginan?" tanya lelaki itu lagi. Herroz menajamkan pandangannya, binggo!!. Herroz tersenyum. 'Akhirnya kau muncul juga, lebih cepat dari yang sepatutnya.' batinnya. Herroz terkekeh sambil.menyugar rambut basahnya.

"Aku sudah terbiasa. Sensasinya beda," jawabnya sambil berjalan mendekat. Herroz mengulurkan tangannya.

"Herroz,"

"Rioz"

"Oh, wow. We are Oz family!" Keduanya tertawa dan mulai berbincang sambil menyusuri tepi pantai.

Berbual dan kemudian bertukar nomer ponsel, lalu keduanya berpisah saat matahari mulai bersinar. Herroz membuka pintu rumahnya, mendapati istrinya berada di dapur. Lelaki itu mendekat dan memeluknya.

"Selamat pagi," ujarnya sambil mengecup pipi Maya.

"Pagi. Darimana saja kau?"

"Jogging. Aku mandi dulu, ok?"

Sekali lagi lelaki itu mengecup pipi istrinya. Sebelum memghilang di balik pintu kamar mandi.

-----

"Tuan, ini kopinya."

Seorang pelayan wanita, meletakkan secangkir kopi dengan gerakan sedikit menggoda. Rioz melirik wanita itu, tersenyum licik sambil menepuk pahanya. Pelayan itu mematuhi perintah tanpa suara sang majikam barunya.

Pelayan wanita itu duduk dipangkuan Rioz dan mulai meraba-raba dada bidangnya. Dengan berani wanita itu menjilat leher dan telinga Rioz, dan mulai membuka kancing kemejanya. Sati merubah posisinya, kini ia meletakkan kedua kakinya disisi tubuh Rioz. Wanita itu melucuti pakaiannya, lalu membuka ikat pinggang tuannya dan membebaskan kejantanannya.

"Aakhh...."

Erangan Rioz ketika jemarinya mengurut lembut milik Rioz membuatnya bersemangat. Sati mengecupi leher dan dada bidang tuannya, sambil tetap menggerakkan tangannya memberi rangsangan pada junior tuannya yang kini sudah siap tempur.

"Tuan."

Saat hendak memasukkan kejantanan tuannya ke dalam miliknya, suara Bima terdengar. Membuat wanita itu menatap tajam lelaki yang berdiri di belakang tuannya.

"Minggir Sati," ujar Rioz.

"Tu-tuan, tap-tapi...."

Rioz mendorong tubuh wanita itu, dan merapikan kembali pakaiannya. Tanpa memandang pelayannya yang terlihat kesal, Rioz menghampiri Bima.

"Ada apa?" tanyanya.

"Nyonya sudah ditemukan," jawab Bima.

"Benarkah?! Akhirnya, lalu?" Rioz nampak ceria ketika Bima menunjukkan foto seorang wanita dan seorang bocah lelaki. Lelaki itu tertawa nyaring, kebahagiaan merasuki rongga-rongga pernafasannya.

"Benarkah?! Ya tuhan, hantarkan aku kesana, Bima,"

Keduanya meninggalkan ruangan, Sita merutuki kabar yang membuat lelaki pujaannya itu terlihat begitu bahagia. Ya, Sita mencintai tuannya sejak dua hari lalu. Ketika tuannya datang untuk pertama kali ke villa ini. Dan ketika tuannya mencumbui dirinya saat sedang merapikan tempat tidur, Sita pikir cintanya bersambut. Tetapi ketika mendengar perkataan Bima tadi, dan juga reaksi tuannya. Dirinya merasa konyol.

TING TONG

Bunyi bel menyentakkan lamunan Sita. Wanita itu bergegas merapikan dirinya. Berharap mungkin tuannya kembali, dan melanjutkan adegan panas mereka yang terganggu tadi.

Sita mematung, mendapati seorang wanita cantik dan anggun berdiri di hadapannya.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanyanya. Wanita itu mengulas senyuman.

"Apa suamiku ada?" tanya wanita itu.

"Su-suami?" ulang Sita dengan debaran di dada. Takut jika wanita di hadapannya adalah istri tuannya.

"Ya, suami. Rioz,"

Jantung Sita seakan turun ke permukaan tanah dan berkecai, mendengar ucapan wanita itu.

"Jadi, apa suamiku ada?" buru-buru Sita menggeleng.

"Bu-bukannya t-tuan pergi menjemput Nyonya?"  tanya Sita di antara debaran hatinya. Senyum Karin hilang seketika, keningnya berlipat.

"Menjemputku?"  tanya Karin. Sita mengangguk.

"Sa-saya dengar, pak Bima bilang sudah menemukan Nyonya. Jadi tuan dan pak Bima pergi bersama menjemput Nyonya,"

Karin menyentuh dadanya, merasakan khawatir dan ketakutan pada masa yang bersamaan. Nyonya? Siapa yang pelayan ini maksudkan? Jelas bukan dirinya, karena hingga saat ini dia tak pernah berhasil memiliki Rioz. Apakah, apakah wanita itu? Dia kah?

------

"Di sana,"

Bima menunjuk sebuah rumah mungil. Rioz hendak membuka pintu mobil ketika Bima dengan cepat menahan tangannya.

"Dia tak sendiri," ujar lelaki itu.

"Maksudmu?"

"Dia sudah menikah,"

BRAKK!!

Rioz meninju dashboard, rahangnya mengeras.  Emosinya benar-benar tersulut. Bagaimana mungkin wanitanya sudah menikah!

"Lihat," dagu Bima mengarah ke rumah mungil di hadapan mereka.

Rioz memalingkan wajahnya menatap pintu rumah yang terbuka dan seorang bocah lelaki  yang berjalan tertatih dituntun seorang lelaki. Dan ia mengenal lelaki itu!

"Herroz."

-----

Herroz mengerling, dari ujung matanya melirik sebuah mobil yang terparkir di hadapan rumahnya. Senyumnya terbit, kedua tangannya meraih tubuh Mike dan mengangkatnya tinggi. Mike terkekeh senang, tanpa menyadari bahwa tawanya telah membuat luka di hati ayah kandungnya.

~TBC~

Gimana part ini menurut kalian?
Tadinya aku pikir untuk bikin lapak khusus mereka, tapi ga jadi deh...

Mungkin nantinya aku jarang up (emang udah jarang😑), karena aku sibuk latihan paskib...

Tapi kalo kalian rajin demo aku bakalan cepet up kok😂🤣🤣

Jangan lupa vote dan komen kalian yaa...
😘😘
Mampir juga ke lapak Hello Mr. Iceberg. I Love You!

Makasih

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now