Dendam Dalam Cinta #8

3.8K 239 10
                                    

“Tentu saja, setelah kau patahkan leher ikan sialan itu!”

Han bersiul riang. Seringai kecil menghiasi wajahnya.

“Hey, penghianat.”

KRAAKK!!

Jedh terkulai tanpa nyawa. Takh menggeram marah, tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, ia maju. Kedua telapak tangannya mengeluarkan asap hitam yang membentuk gumpalan. Herroz membentuk perisai air ketika Takh menghantamkan asap hitam tersebut kearahnya.

“Akh!!”

Takh terkejut. Sebuah rantai tiba-tiba melingkari lehernya, dan mencekiknya hingga nyaris membuatnya kehabisan napas. Begitu juga dengan pergelangan tangannya yang ikut dililit rantai tersebut dan menarik kebelakang tubuhnya. Mengikatnya umpama borgol, membuat lelaki itu tak mampu bergerak.

“Lepaskan aku, Sialan!” raung Takh, berusaha melepaskan rantai besi itu. Namun semakin ia meronta, rantai tersebut semakin erat melingkari tangannya. Bahkan ketika ia mengeluarkan sihirnya, rantai tersebut mendadak panas, hingga kulitnya terasa seperti dibakar. Takh merintih.

“Akan kubawa dia ke istana yang dibangun khusus untuk penghianat sepertinya,” ujar Han.

Herroz menatap dua lagi siren yang tampak berdiri tak bergerak. Ia menoleh kepada ular air dibelakangnya. “Bawa mereka ke laut. Ikuti Han.” Ular air itu bergerak menyambar dua siren itu dan dua lagi yang sudah tak bernyawa. Mengikuti Han yang melesat laju menuju lautan.

Ia merogoh sakunya. Menekan beberapa angka, dan menempelkannya di telinga.

“Hey, Bro!”

Herroz tersenyum. Mengucapkan sederet alamat rumahnya, kemudian memutuskan panggilan. Ia melangkah meraih kenop pintu, lalu menuju kamarnya.

“Sayang?”

Pintu terbuka cepat. Maya menghambur kepelukannya. Ia sangat menyayangi wanita ini. Tetapi hari ini ia akan mengembalikan Maya kepada lelaki yang seharusnya menjaga Maya dan Mike.

“Apa yang terjadi? Apa kau terluka? Tadi seorang lelaki tiba-tiba memasuki rumah, lalu--”

“Tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Bersiaplah, kita akan kedatangan tamu.”

Sejenak wanita itu terpaku. Setelah mengangguk ia kembali masuk ke dalam kamar untuk bersiap.

Pintu diketuk. Herroz tau lelaki itu sudah datang. “Aku perlu bicara denganmu. Penting.” Ia membimbing Rioz berjalan mengintari kebun bunga istrinya.

“Suruh temanmu mengawasi Maya selama kita bicara. Tempat ini tak aman.”

Meskipun terkejut, Rioz memerintahkan Bima mengawasi Maya. “Ada apa?” Herroz menatap lautan di hadapannya. Menghela napas, kemudian berbalik menghadap Rioz.

“Karin.”

Nama itu cukup membuat Rioz waspada. Berkelebat andaian buruk tentang percakapan ini.

“Aku menginginkan wanita penghianat itu, beserta antek-anteknya. Sebagai gantinya, aku akan menyerahkan istriku,” ujar Herroz. Rioz mengernyit heran.

“Kau ingin menukar istrimu dengan jalang itu?”

“Ck, itu berlebihan sepertinya. Aku ingin mengembalikan milikmu, Maya dan juga putramu. Hanya saja ... kau harus membantuku mendapatkan Karin.”

“Apa maksudmu milikku? Bagaimana kau tau?”

“Aku tau segalanya. Kukira tak perlu ada tawr-menawar, bukan? Ayo, kita tak punya banyak waktu. Beri aku alamat wanita itu.”

Mereka kembali. Di dapur Maya sedang menyuapi Mike biskuit kesukaannya. Keafaan ini membuat Rioz terpana. Oh Tuhan, ia rela menukar keadaan ini dengan apapun yang ia miliki.

“Maya,” panggil Herroz. Maya menoleh, lalu menggendong Mike untuk mendekati suaminya.

Setelah wanita itu berdiri di depannya, Herroz memeluk Maya erat. Mengusap sayang puncak kepalanya, mengecup keningnya lama. Tiba-tiba mata Maya tampak sayu. Ia tampak menguap, dan terlihat sangat mengantuk.

“Tidurlah, aku akan menjaga Mike,” ujar Herroz. Maya mengangguk patuh.

“Wow, sungguh romantis.”

Herroz menoleh. Terkekeh geli melihat wajah merah padam lelaki itu.

“Pa pa pa.”

Keduanya serentak memandang Mike. Lalu tertawa bersama. “Yeah, aku papa yang membesarkanmu. Dan dia papa yang membuatmu lahir di dunia ini.” Mike tertawa, diikuti kedua lelaki itu.

“Setelah Maya bangun, ia akan mengingat kembali siapa dirimu. Bersikaplah baik kepadanya, atau aku akan merebutnya kembali,” ucap Herroz sungguh-sungguh.

“Apa maksudmu mengingatku? Jadi sekarang ia tidak ingat siapa aku, begitu?”

“Aku hanya menutup memori pahitnya, dia akan ingat kalian adalah sepasang kekasih. Tapi dia tidak akan ingat bagian dirinya terjun kedalam laut, atau bagian ketika Karin dan ibumu menyiksanya.” Rioz mengusap dahinya yang berpeluh.

“Begitu juga aku,” lanjut Herroz. “Ia tidak akan mengingatku setelah bangun nanti. Jadi, jaga mereka baik-baik.” Rioz ikut bangkit saat lelaki itu bangkit.

“Kau tidak mungkin pergi begitu saja,” sergahnya. Herroz menyerahkan Mike pada Rioz. Balita itu tampak terpukau dengan Rioz,tangan kecilnya mengusap-usap pipi lelaki itu. Matanya berkaca-kaca, merasakan sentuhan lembut putranya. Darah dagingnya.

“Pa pa pa.”

Oh, baiklah. Ia tak lagi sanggup menahan perasaan haru setelah mendengar celoteh putranya. Akhirnya ia tergugu, terisak sambil mendekap rindu Mike yang terkekeh geli.

“Lindungi mereka, Rioz. Jangan sakiti mereka lagi. Saranku, tetap tinggal di sini, dirumah ini. Aku tidak bisa melindungi kalian jika kau membawanya jauh.”

Rioz mendongak. Menduga bahwa lelaki di hadapannya bukan manusia biasa. “Baiklah, aku akan perintahkan Bima mengambil barang-barangku. Apa perlu ada pembantu?” Matanya meliar. Rumah ini kecil, ia ragu jika mereka butuh pembantu.

“Jauhkan pembantu sialanmu itu dari Maya.” Suara Herroz terdengar dingin. Rioz mengernyit. Pembantu sialan?

“Pembantu yang kau tiduri,” desis Herroz membuat lelaki itu tersentak.

Ia tak membantah. Dirinya cukup tau alasan Herroz berkata demikian. Lelaki itu mencapai gagang pintu, berhenti sebentar dan menoleh. “Apa kau keberatan merawat benihku?” tanyanya dari balik bahu.

“Benih? Maksudmu ... Maya, dia ... argh! Sialan kau!” Geraman Rioz membuat Herroz terkekeh. “Oh ... ayolah. Dia penerusku. Jadi ... kita seri.” Kemudian lelaki itu hilang di balik pintu.

Rioz melabuhkan dirinya di sebelah Maya yang terlelap. Menunduk lalu mengecup keningnya. “Halo, Sayang,” ujarnya pada Mike yang memukul-mukul dadanya. “Papa akan menjaga kalian dengan nyawaku. Mulai saat ini, tidak ada seorangpun yang boleh menyakiti kalian.”

**

Herroz berenang jauh menuju kerajaannya. Dimana rakyatnya telah menanti kedatangannya. Sorak-sorai penuh semangat menggema. Ia tau, mereka telah siap berperang.

“Kau siap, Kuriôn?” tanya Demeter.

“Tentu saja!”

Sekali lagi. Sorak-sorai membahana. Semangat perang memenuhi buih-buih yang bermunculan.

~TBC~

Halo reader... long time ga update ya?
Maafkan daku yang terlibat percintaan dan perselingkuhan dengan cerita baru...🤣

Cerita menuju ending. Kira-kira kalian mau lanjut cerita Mike ga ya? Atau cerita melow lainnya?

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now