Dendam Dalam Cinta #10

4.7K 290 27
                                    

“Ku-kumohon, Herroz.”

Herroz menyipitkan mata. Ia takkan tertipu lagi dengan ucapan dan drama murahan wanita itu. Yang bercokol di hatinya adalah amarah besar untuk wanita yang pernah membuatnya jatuh cinta. Wanita itu jugalah yang membunuh puluhan pengikutnya, bahkan ratusan mungkin.

Karin yang bercucuran air mata, merangkak mendekati lelaki itu. Meraih kaki dan memeluknya sambil terisak.

“Aku di-dipaksa. Tolong ampuni aku, Kuriôn,” ibanya.

Lelaki itu bergeming. Membuat Karin gusar akan aktingnya. Tetapi ia tetap meraung, menangis memutar-balikkan kenyataan.

“Herroz.”

Herroz menoleh. Melihat dari balik bahunya Rioz yang mendekat.

“Apa mereka baik-baik saja?” tanya Herroz. Rioz mengangguk, menurunkan pandangannya ke wajah basah wanita yang sedang mengemis ampunan.

“Kasihan sekali, kau. Aku tak yakin Herroz akan mengampunimu,” ujar Rioz sinis. Karin melotot marah, merasa terhina dan benci.

“Pergi kau, sialan! Jangan campuri urusanku.” Wanita itu mengeluarkan sumpah serapah membuat Rioz terkekeh malas.

“Jangan buang-buang waktu, Karin,” cibirnya.

Rioz menatap Herroz. Menepuk bahunya sambil berkata, “Terima kasih.”

Herroz mendengkus. Menatap lekat-lekat wajah lelaki di depannya. Ia akan meninggalkan Maya dan Mike, juga benihnya. Ia tak rela, sungguh. Tapi Maya dan dirinya tidak bisa bersatu, kecuali jika wanita itu menyerahkan diri sepenuhnya dan menjadi siren sepertinya. Tapi itu tak mungkin, bukan? Tempat Maya bukan di lautan yang terkadang membosankan. Berpegang pada kenyataan itulah ia menyerahkan Maya pada Rioz.

“Aku akan menjaganya dengan baik.” Pikiran Herroz kembali pada lelaki di depannya. Ia tersenyum. Separuh hatinya sungguh yakin Rioz akan mengotakan kata-katanya.

“Aku tau.” Ia berpindah menatap Karin yang masih berakting. Menyebalkan, rungutnya.

“Jaga mereka, jaga putraku, benihku. Kupastikan wanita ini takkan hadir di kehidupan kalian.” Tangan Herroz meraih sejumput rambut Karin dan menariknya. Wanita itu menjerit kesakitan.

“Jauhkan pembantumu dari Maya dan anak-anaknya.” Rioz mengangguk patuh. Herroz melangkah pasti menuju lautan. Sementara Karin mulai menjerit-jerit ketakutan. Ia pasti mati, jerit batinnya.

“Kumohon, Herroz. Lepaskan aku. Lepaskan aku, Sialan!” Wanita itu meronta-ronta, memukuli lengan dan mencakar wajah lelaki itu.

Herroz menjentikkan jari. Sebuah belenggu air melingkari pergelangan tangan Karin, mengikatnya erat di balik punggungnya. Wanita itu menghamburkan sumpah serapah.

“Aku pergi. Semoga kita bertemu lagi.”

Belum sempat Rioz menjawab. Lelaki itu melompat dan jatuh tenggelam di lautan. Rioz bergeming. Ia sungguh berterima-kasih pada Herroz. Ia mendapatkan Mayanya, anaknya, cintanya. Dan ia berjanji akan melindungi miliknya. Termasuk benih di perut Maya.

Seperti Herroz yang merawat dan mencintai putranya dengan tulus, seperti itulah ia akan mencintai dan merawat calon bayi mereka. Ia berbalik. Tersenyum senang ketika Maya muncul di celah pintu dan berlari memeluknya.

-------

“Lihatlah ... siapa yang dibawa Kuriôn kita?”

Han bertepuk tangan. Sementara beberapa ekor siren lainnya tertawa mengejek. Seekor siren maju mendekati Kuriôn-nya.

“Apa yang akan kau lakukan dengan wanita ini, Kuriôn?” tanyanya takut-takut.

“Siapa namamu?”

Short Story About LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang