Kisah Tanpa Judul(3)

5.1K 271 10
                                    

Hari ke 20.

Aku menatap pantulan tubuhku di cermin. Menjijikan!

Tubuh itu begitu menyedihkan. Penuh lebam, penuh kissmark. Dan, pergelangan tanganku lecet. Lelaki gila itu memborgolku seharian. Tubuhku letih, hatiku sakit. Dan kemaluanku perih dan berdenyut jika aku bergerak.

Aku duduk di atas kloset sambil memejamkan mata. Mengingat peristiwa 20 hari yang lalu. Sebuah kenyataan yang mengawali kehancuranku.

Hari itu El mempertontonkan sebuah program infotaiment. Di mana Evan dan adik El sedang merayakan pesta pertunangan mereka. Pesta yang segarusnya aku hadiri.

Tapi kenyataannya, aku diculik pria sialan itu dan diperkosa. Lalu dipaksa menerima kenyataan bahwa aku telah ditukar oleh kekasihku.

Selama 20 hari ini, tubuhku disiksa. Aku dilecehkan, dipukuli dan dihina. Apa salahku pada mereka?

Mengapa Evan tega melakukan ini padaku? Aku mengenalnya selama 4 tahun, dan 2 tahun terakhir kami resmi bertunangan. Tapi lihat, infotaimen sialan itu bilang bahwa Evan dan Natasha telah berpacaran selama setahun. Bukankah itu artinya Evan selingkuh? Dan keluarganya, bukannya mereka tau aku ini calon tunangan Evan? Bagaimana mereka bisa bersandiwara dengan begitu baik selama ini?

Seharusnya 8 April menjadi hari yang bersejarah buat kami, buatku. Siapa sangka, lelaki itu menukarku dengan Natasha. Dan Elroy, kakak lelaki Natasha dengan bahagianya menyiksaku. Bajingan itu mengurungku. Brengsek!!

Bodoh!

Aku membuka mata, linangan air mata tak berhenti mengalir deras. Tiba-tiba mataku menangkap sebuah pantulan cahaya. Bagai mendapat hadiah aku merasa bahagia, tertawa.

Silet!

Aku takut mati, tapi aku tak mampu lagi menahan siksaan bajingan itu. Aku takut rasa sakitnya, tapi hati dan tubuhku lebih sakit. Dan aku benar-benar tidak sanggup.

Aku duduk di lantai sebelah jendela, tempatku bisa menatap dunia luar. Silet itu masih berada di tanganku. Berkhayal bahwa setelahnya hidupku akan lebih baik. Oh, bukan. Bahkan kematian lebih menggiurkan dari hidupku saat ini.

Perlahan satu garis, dua garis...

Ah... tidak sakit.

Tiga garis, empat garis, lima...

Telapak tanganku menyentuh bias cahaya mentari. Hangat, mungkin ini akan menjadi hari terakhirku merasakannya.

Telingaku berdengung, mataku berat, nafasku mulai tercekat...

Ketika gelap mulai menguasaiku, samar-samar aku mendengar suara jeritan dan langkah kaki.

Hahahaaaaa!!

Selamat tinggal bajingan!

*

Author POV

Tiga hari berlalu, semenjak ditemukannya Alara dalam keadaan berlumuran darah. Elroy tampak begitu tenang mendengarkan penjelasan dokter.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu."

Elroy tersenyum dan mengangguk, membiarkan dokter dan asistenya meninggalkan ruang inap Alara. Wajahnya nampak tegang, sorot matanya menggelap. Tangan kanannya terulur menepuk-nepuk pipi Alara pelan.

"Cepat bangun bodoh!" Ujar lelaki itu.

Lelaki itu kemudian menyimpan tangannya ke dalam saku celana bahannya. Mendongak menatap langit-langit kamar dan mendengus.

"Jika kau tak bangun esok, maka aku akan melemparmu ke kandang buaya." Elroy mendekatkan wajahnya ke depan wajah pucat Alara.

"Ingat, kau harus bangun esok. Dan membayar balik uang yang sudah aku keluarkan untuk biaya rawatanmu. Oh, aku lupa, tentu saja beserta bunganya."

Elroy mengecup bibir itu, tangannya yang bebas meremas kuat payudara Alara. Sambil membuka kancing seragam rumah sakit, ciumannya turun menjilati leher dan berakhir di buah dadanya. Tanpa izin si empunya, Elroy menyantap hidangannya sambil mengelus kejantanannya yang tegang.

"Ck, cepat bangun sialan!" Telapak tangannya menampar pelan payudara wanita itu. Kemudian merapikan pakaiannya dan meninggalkan wanita yang masih dalam keadaan koma itu.

Hari ke 21.

Aku membuka mataku perlahan, silau. Mengerjap lalu perlahan kembali mencoba membuka mataku.

Sial!

Mengapa aku masih hidup? Dan lihat, lelaki bajingan itu menyeringai senang karena kegagalanku melenyapkan diriku sendiri.

"Wah, kau sudah bangun? Baguslah, aku tidak sabar ingin menunggangimu sialan." Ujarnya sambil menepuk pelan pipiku. Lalu tangan keparatnya menyelinap masuk kedalam pakaianku dan meremas kuat payudaraku.

"Ahh... aku ingin ini! Ah..." desahannya sungguh menjijikkan.

Aku berusaha menjauhkan tanganya dari dadaku. Tapi sia-sia, aku tak punya tenaga. Dan si brengsek itu bukannya menjauh malah mendekat. Bibirnya menciumku. Sialan, aku tidak cukup kuat melawan.

Tok! Tok! Tok!

"Tu.. tuan? Dokter akan datang sebentar lagi."

Sebuah suara dari luar membuatnya berhenti, sekaligus menyelamatkanku. Pria itu ku lihat merapikan dirinya.

"Rapikan pakaianmu!" Perintahnya

Dengan perlahan aku merapikan diriku. Mengumpatinya dalam hati, mengutuk lelaki sialan itu.

Dokter datang bersama beberapa orang perawat yang sibuk memeriksa keadaanku. Dokter bilang bahwa aku boleh pulang dalam beberapa hari kedepan

Dan di sinilah aku, di penjara buatan Elroy. Baru berapa menit ku nikmati kebebasanku. Tiba-tiba pintu dibuka dan ditutup lalu dikunci. Siapa lagi, tentu saja lelaki bajingan sialan itu.

Tanpa basa basi dia melucuti jas dan kemejanya. Tidak mungkin, aku baru saja pulang dari rumah sakit! Belum sempat aku protes mulut sialannya sudah membungkamku.

Dan kembali terjadi, selama berjam-jam aku yang masih lemas harus menuntaskan nafsu setan lelaki itu.

"Kau toy seks ku, kau milikku. Kau harus mematuhiku!" Titah sang iblis menggema di telingaku.

*TBC*

Short Story About LOVEWhere stories live. Discover now