6. Pengakuan

160 42 49
                                    

"Terkadang menjadi seseorang yang hanya bisa bungkam, ternyata tidak lebih baik dari seseorang yang menyuarakan isi hatinya."
- Gistina Aufa

◾◾◾

Hari ini sungguh indah bagi Gisti dan Bryan, walaupun sempat terpisah karena Gisti harus dibonceng oleh Vino namun semua itu tidak menyurutkan keinginan mereka untuk menghabiskan waktu bersama.

Entah apakah ada orang lain yang melihat mereka, kali ini Gisti bahkan tidak peduli akan hal itu. Yang terpenting ia bisa berada disamping lelaki yang ia cintai.

Matahari mulai terbenam, Gisti yang masih setia duduk di sebelah Bryan menunggu moment ini.

"Yan, hitung bareng-bareng yu." Ajak Gisti untuk menghitung mundur matahari terbenam.

"10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1..." Gisti langsung berteriak seolah ia baru pertama kali melihat matahari terbenam.

"Bryan, aku mencintaimu!!!"

Gadis itu berteriak ke arah matahari terbenam tanpa menghiraukan Bryan dan orang disekitarnya. Bryan yang gemas akan tingkah Gisti langsung mencubit pipi manisnya.

Bryan terus menerus memandangi Gisti. "Gue balik ke vila dulu, ya?" ucap Gisti.

Bryan masih saja menahan dengan cara mengenggam tangan Gisti seperti anak kecil, ia tidak mengizinkan Gisti pergi kemana pun.

"Laper kan?" Bryan spontan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Gisti.

Gisti melepas genggamannya. "Maka dari itu gue mau masak buat anak-anak. Lo, gabung dulu aja sama yang lain." timpal Gisti.

"Anak-anak? Kan kita belum nikah, Gis?" Goda Bryan.

"By the way soal anak kira-kira lo nanti mau punya anak berapa, Gis? Kalau gue sih dua cukup kali ya? Sepasang cewek-cowok, biar gemes gitu." Celoteh Bryan.

Gisti langsung memutar bola matanya. "Apaan sih lo jadi bahas anak. Enggak nyambung!!!"

Tanpa basa-basi lagi Gisti langsung beranjak pergi meninggalkan Bryan.

Ia berjalan ke arah villa seorang diri, nampak teman-temannya tengah asik berbincang. Adapula yang sibuk dengan gadgetnya, hingga ia sadar bahwa rasanya ada yang berbeda dari villa ini. Tampak seperti ada dekorasi sederhana, layaknya akan merayakan ulang tahun.

"Nad, siapa yang dekor ini?" tanya Gisti penasaran.

"Gue, Anton, Vino, Bagas. Menurut lo bagus enggak?" Tanya Nadia.

Gisti melihat ke sekelilingnya. "Bagus sih, emang mau ada perayaan apa, Nad?"

Nadia tersenyum ceria, sambil menarik tangan Gisti. "Gisti sayang mending lo masak dulu ya sama Tiara. Nanti setelah lo beres masak, lo pasti bakal tahu ini semua buat apa."

Tanpa kecurigaan apapun Gisti menuruti perintah Nadia, ia menghampiri Tiara di ruang tengah yang sedang sibuk dengan gadgetnya untuk mengajak memasak bersama.

"Tir, bantuin masak yu buat makan malam."

Sebelum berangkat ke villa memang Gisti ditugaskan untuk menjadi juru masak disana. Karena bagi Nadia satu-satunya sahabat yang jago memasak adalah Gisti.

Tiara langsung menghentikan aktifitas main gadgetnya. "Ayo, masak apa kita?"

"Kayaknya kita bakalan barbeque-an sih. Siapin sosis sama sausnya dulu aja, buat saladnya menyusul biar pas di makan masih fresh." Ucap Gisti.

"Wih, calon ibu rumah tangga yang baik nih." Goda Tiara.

"Apaan sih, Tir. Masak gini doang mah gampang, semua orang juga bisa."

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now