20. Terungkap

99 17 3
                                    

Sudah hampir satu minggu lamanya Bondan tidak pulang ke rumah, ia menetap di Surabaya bersama dengan wanita simpanannya. "Aku tidak bisa menikahimu, Dian."

"Mas," Dian meraih tangan Bondan dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah mulai membesar, "Kau merasakannya, bukan?"

Bondan menarik kembali tangannya. "Aku benar-benar tidak bisa, Dian."

"Tapi kau melakukannya ..."

"Iya, seharusnya aku tidak melakukannya. Maafkan aku, Dian," Bondan tertunduk dihadapan Dian.

"Apa ini semua karena Bryan?"

Bondan menghela napas gusar. "Aku tidak bisa membiarkan anak itu hancur."

"Dan kau pun tega membiarkan anak ini hancur, Mas?" Dian mengepalkan kedua tangannya.

"Mas, Bryan sudah dewasa ia bisa mengurus hidupnya sendiri. Bahkan tanpa kau suruh ia akan mengikuti jejakmu, menjadi pengusaha."

"Tidak! Ia perlu aku bimbing. Kau lihat Bryan saat ini, ia sangat membenciku, Dian." Ucap Bondan.

"Aku tidak peduli dengan anakmu itu, Mas! Mengapa kau hanya memikirkan dia saja? Mengapa kau tidak memikirkan aku dan bayiku juga?!"

Bondan langsung meraih pundak Dian. "Tenanglah, aku akan memikirkan cara lain agar persalinanmu selamat. Setelah itu—"

"Setelah itu apa, Mas?! Setelah itu kau meninggalkan aku lagi? Iya? Aku tidak ingin mengulangi kebodohan yang sama seperti kala itu, Mas! Aku tidak akan mengugurkan kandungan ini lagi!" tegas Dian.

"Mengapa kau tega kepadaku, Mas?" Dian mulai mengeluarkan suara beratnya, "apakah aku hanya jadi bonekamu selama ini?"

Dian sadar betul bahwa dirinya memang menjadi mainan bagi Bondan, ia yang bodoh terlalu percaya dan mencintai Bondan sehingga ia berani memberikan mahkota berharga miliknya. "Tidak seperti itu, Dian."

"Lalu apa, Mas?! Kau mau menjelaskan apalagi? Aku sudah tahu jawabanmu!!!"

Dian meninggalkan Bondan di kamarnya, ia pergi ke dapur dan membuka laci untuk mengambil sebuah gunting. Kebiasaan Dian sejak satu tahun lamanya, ketika ia sedang mengalami depresi ia akan mengarahkan gunting ke anggota tubuhnya. Bahkan ia sempat masuk ke rumah sakit karena jarinya hampir saja putus, saat itu ia berusaha menguntingnya.

Bondan yang mengikuti langkah Dian, menghentikan aksi bodohnya itu. "Berhenti, Dian!!!"

Lelaki itu langsung mengambil gunting yang berada di tangan Dian. "Kembalikan padaku, Mas!!!" teriak Dian.

"Kau gila?! Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu, Dian?!"

Wajah Dian kembali datar. "Kau khawatir padaku?! Kau peduli padaku?! Atau kau hanya takut jika sesuatu terjadi padaku, kau akan ikut terseret, iya?!"

Bondan membawa Dian ke dalam pelukannya. "Aku sungguh menyayangimu dan khawatir padamu, Dian. Sungguh aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu." Ucap Bondan.

"Kalau begitu nikahi aku!"

Bondan langsung melepaskan pelukannya. "Baiklah aku akan menikahimu. Tapi setelah Bryan berhasil memaafkanku."

Dian mulai geram mendengar perkataan Bondan. "Kapan dia akan memaafkanmu, Mas? Sampai bayi ini lahir dan kau masih membiarkanku seperti ini?"

"Tunggu sebentar lagi, Sayang," Dian menepis tangan Bondan.

"Pulanglah ke rumahmu, aku ingin sendiri." Ucap Dian.

"Tidak, aku tidak akan pulang. Aku akan menemanimu, Dian," Bondan bertekuk lutut dihadapan Dian.

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя