22. Hal Termanis

93 19 7
                                    

Gadis yang sangat ia rindukan saat ia terpuruk adalah Gisti, ia sudah menjelma menjadi kekasihnya saat ini. Ternyata ucapan tiga tahun yang lalu bahwa mereka akan bertemu lagi terwujud, sungguh semesta memberikan kebahagiaan yang tidak terhingga kepada Bryan dan Gisti.

Gisti terkejut karena ponselnya berdering. Ia menatap layar ponselnya, muncul satu nama yaitu Bunda. "Halo, Bun?"

"Kamu lagi dimana?" terdengar suara Lia yang sedang menahan tangis.

"Bunda, kenapa?" tanya Gisti penasaran.

"Bunda ingin berbicara dengan Bryan sebentar," pinta Lia.

Gisti cukup kebingungan dengan sikap Lia, pada akhirnya ia memberikan ponsel miliknya kepada Bryan. "Bunda, mau ngomong sama kamu."

Bryan yang juga bingung melihat raut wajah Gisti meraih ponsel tersebut. "Iya, Bun?"

Tidak lama dari itu mata Bryan mulai memerah, keringatnya mulai bercucuran, tangannya gemetar. Ia mengembalikan ponselnya kepada Gisti. "Bryan, are you okay?" Gisti cukup khawatir melihat keadaan Bryan saat ini.

Tanpa menjawab pertanyaan Gisti ia langsung memeluk Gisti dengan sangat erat.

Gisti terkejut dengan tingkah Bryan saat ini. "Bryan, ada apa? Bunda, bilang apa?" Tanya Gisti.

Bryan masih tenggelam dalam peluk hangat Gisti. Gadis itu sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga ia tidak dapat berbuat apa-apa. Yang dapat ia lakukan kali ini hanya menenangkan Bryan apapun itu masalahnya.

"Gisti?"

"Hmm?"

"Aku sangat takut."

"Hal apa yang membuat Bryan-ku merasa takut?" Ucap Gisti.

Bryan melepaskan pelukannya dari Gisti. Meraih tangan Gisti, lalu memegangnya dengan erat. "Aku takut wanita itu kembali."

"Wanita? Maksud kamu?"

Bryan tidak menjawab, tangannya masih cukup bergetar, ada ketakutan dalam pandangannya saat ini. Gisti meraih pipi Bryan dengan kedua tangannya. "Mengapa kau harus takut? Sedang orang itu tidak peduli dengan apa yang kau rasakan saat ini."

"Yan, tatap mataku." Pinta Gisti.

Bryan mulai menatap mata Gisti. "Kamu hanya perlu takut pada dirimu sendiri. Karena tidak ada hal yang lebih menakutkan dibandingkan dirimu sendiri. Apapun yang terjadi padamu saat ini jangan jadikan semua itu penghalang di dalam hidupmu, kau harus menghadapinya apapun yang terjadi."

"Aku tidak akan memintamu untuk bercerita tentang apa yang terjadi. Saat ini kamu hanya perlu tenang dan kita pulang ya?" lanjut Gisti.

Bryan menggeleng secepat mungkin. "Tidak! Aku tidak ingin kembali, Gis. Aku mohon."

"Kita tidak mungkin disini sampai besok, Yan."

"Bawa aku pergi kemana pun itu. Aku tidak mau kembali saat ini," Gisti yang mendengarnya langsung meraih pundak Bryan dan mengelus lembut dengan penuh kasih sayang.

Gisti berdiri dari tempat duduknya, menyodorkan tangan mungilnya ke hadapan Bryan. "Ayo!"

"Kemana?"

"Kenapa kamu masih bertanya? Kali ini kamu harus janji satu hal sama aku." ucap Gisti.

"Janji apa?"

"Kau ingat perkataanku waktu itu? Jika kita bertemu lagi kita akan mengubah segala hal yang berkenaan dengan masa lalu. Aku tidak ingin masa lalu itu mejebak dirimu lebih lama, kau harus keluar dari sana dan aku akan membantumu." Ujar Gisti.

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang