10. Senja

109 34 13
                                    

"Ia hanya kerikil yang sedikit mengusik hidupmu. Cukup abaikan, jangan hiraukan."
- Bryan Pratama Putra

◾◾◾

Seperti biasa Gisti pergi ke kampus di pagi hari, seharusnya memang sudah libur semester namun ia harus mengumpulkan tugas UAS-nya terlebih dahulu.

Suasana kelas sedikit berbeda tidak seperti biasanya. Beberapa pasang mata melihatnya dengan tatapan tajam. Ada pula yang langsung mengomentari Gisti saat melihatnya. Ia sama sekali tidak peduli apapun yang terjadi ia hanya berniat mengumpulkan tugasnya setelah itu terserah mereka mau bersikap seperti apa.

Sialnya ia harus berhadapan dengan Vino--Kosma (Koordinator Mahasiswa) yang bertugas mengumpulkan lembar jawaban UAS yang akan diberikan kepada dosen yang bersangkutan. Gisti berusaha tersenyum pada Vino, namun sayang ia ternyata diabaikan.

"Vin, ini taruh dimana?" tanya Gisti.

Tanpa menjawab apapun Vino hanya menunjuk dengan matanya. Gisti pun hanya menuruti apa yang Vino perintahkan.

"Untuk tanda tangannya mana?" tanya Gisti kembali.

"Buka aja amplopnya." Jawabnya singkat.

Gisti membuka amplop coklat yang berisi lembar jawaban anak-anak kelasnya. Ia segera tanda tangan sebagai tanda sudah mengumpulkan UAS.

"Makasih ya, Vin." Ucap Gisti.

Vino yang sedang sibuk dengan gadgetnya hanya mengangguk pelan. Sungguh sikap yang membingungkan.

Rasa bersalah pun mengeruak di dalam hati Gisti, tapi apa yang harus ia perbuat. Ia tidak bisa apa-apa kali ini, meminta maaf dalam keadaan seperti ini justru akan memperburuk keadaan.

Gisti berjalan meninggalkan kelas.

"Gis!" panggil Tiara yang menghentikan langkahnya, "pulang sama siapa, Lo?"

"Sendiri paling. Gue mau pergi ke tempat biasa dulu."

"Sendirian? Enggak sama..."

Ia melihat ke arah sekitar dan menunjuk Bryan dengan matanya, "enggak sama cowo itu?" lanjut Tiara.

Gisti pun tersenyum. "Bryan? Enggak. Kasian dia kalau harus nungguin gue setengah hari menghabiskan waktu cuman buat makan es krim vanilla choco. Udah gitu gue kacangin deh sama laptop." Jelas Gisti.

"Yeee, namanya cinta mah lo ngapain juga di temenin kali, Gis." timpal Tiara.

"Enggak, gue mau pacaran hari ini sama laptop titik. Udah rindu banget gue sama tulisan-tulisan klasik masa kini."

"Yakin, lo mau sendiri? Hujan deres kayak gini, Gis," ucap Tiara yang mengkhawatirkan Gisti.

"Yakin. Hujan gini doang kecil, Tir."

"Awas ya lo kalo sakit!"

Gisti pun bersikap hormat kepada Tiara.

"Tenang. Yaudah gue duluan ya," Tiara memberikan jalan untuk Gisti agar ia segera pergi ke tempat yang akan ia tuju.

Gisti melangkah dengan pelan, menerobos rintik air hujan yang semakin lama semakin membesar. Tiba-tiba saja seseorang menarik tas Gisti, merangkul sambil sedikit memeluk dan memberikan payung berwarna biru langit dengan gambar burung hantu disana. Siapa lagi yang akan berani bertingkah seperti itu selain Bryan.

"Lain kali bilang sama gue dong kalo mau pulang." Ucap Bryan.

"Ngapain lo disini?"

"Ngerampok! Ya, habis ngasih tugas UAS lah. Lagian harusnya gue yang nanya, ngapain lo hujan-hujanan disini?" Ia menjawab pertanyaan Gisti dengan muka datarnya.

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now