30. Perusak Hubungan

65 10 1
                                    

Bryan sedari tadi terlihat mondar mandir di depan kamarnya, ia takut jika Ashilla datang Gisti pun akan datang. "Nak, ngapain kamu disitu?" Astuti kebingungan melihat Bryan bertingkah seperti itu.

"Bakal terjadi perang, Mah."

"Hah? Perang? Apaan sih kamu, kalau ngomong tuh suka ngelantur," sahut Astuti.

Astuti pergi meninggalkan Bryan disana, pagi ini Gisti tidak memberinya kabar akan ke rumah. Biasanya sebelum ke rumah ia akan memberitahukan Bryan, begitupula dengan Ashilla ia tidak mengabarinya sama sekali setelah semalam mengatakan ia akan pergi ke rumahnya.

Tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi, seketika Bryan sesak napas. Ia tidak tahu siapa yang datang, tetapi rasanya ia tidak siap jika Ashilla dan Gisti datang secara bersamaan. Bryan mengintip dari lantai atas, kira-kira siapa yang datang. Benar saja seperti ucapannya semalam bahwa ia akan datang ke rumah Bryan, siapa lagi kalau bukan Ashilla—sahabat Bryan sekaligus cinta pertamanya.

"Bryan, ada, Ashilla," panggil Astuti dari lantai bawah.

Dengan berat hati ia turun ke lantai bawah dan menghampiri Ashilla. "Ngapain lo kesini?" sinis Bryan.

"Yan, engga boleh gitu ah sama Ashilla. Dia kan sahabat kamu, masa kamu ketusin juga?" sahut Astuti.

"Kan Bryan engga minta dia buat datang, Mah."

"Emangnya harus diminta dulu baru datang? Ashilla udah lama loh engga berkunjung kesini, iya kan, Ashilla?" ucap Astuti.

Dengan cepat Ashilla mengiyakan perkataan Astuti. "Mentang-mentang udah punya pacar jadi gitu, Tan." Sindir Ashilla.

Astuti langsung mencubit lengan Bryan. "Engga boleh gitu. Kalau ada tamu mau itu sahabat lama atau hanya teman harus dimuliakan. Ayo, duduk sayang," Astuti mengajak Ashilla duduk di sofa.

"Tante, ke belakang dulu ya," Astuti langsung melirik ke arah Bryan, "awas kamu jangan galak-galak sama Ashilla." Ujar Astuti.

"Iya, berasa Ashilla yang jadi anak mamah." Ucap Bryan.

"Kan dulu Ashilla emang jadi anak kesayangan mamah. Jadi, kamu engga boleh macam-macam sama dia."

Bryan hanya menampilkan wajah malas. Astuti pun bergegas pergi ke halaman belakang, kini di ruang tamu hanya tersisa Bryan dan Ashilla. "Cantik juga ya pacar lo. Sekelas?"

Lelaki itu hanya mengangguk menjawab pertanyaan Ashilla. "Hubungan yang dimulai dari hal yang tidak baik akan berakhir tidak baik pula kan, Yan?" ucap Ashilla.

Ucapan Ashilla secara mendadak menusuk ke dalam diri Bryan. "Maksud lo?"

"Lo, belum sepenuhnya kenal kan sama Gisti? Jangan terlalu percaya daripada lo yang sakit hati."

Bryan benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Ashilla bicarakan. "Tahu apa lo tentang Gisti? Gue yang lebih tahu segalanya tentang Gisti daripada lo."

Ashilla tersenyum sinis menanggapi perkataan Bryan. "Lo, punya gue di masa lalu dan Gisti pun punya orang lain di masa lalu, Yan."

"Gue sama sekali engga ngerti maksud dari perkataan lo itu."

"Dia lebih buruk dari gue atau bahkan dia lebih buruk dari lo," ucap Ashilla, "gue cuman berniat baik sama lo. Daripada lo tahu dari orang lain mending tahu dari gue kan?"

"Kalau lo kesini cuman mau menyudutkan Gisti mending lo pulang. Gue engga butuh cerita apapun dari lo!" Bryan mulai geram dengan sikap Ashilla yang berusaha menyudutkan Gisti.

"Gue akan pulang setelah lo denger cerita gue."

Bryan menarik napas gusar. "Lo, disuruh sama Nadia, iya? Atau kalian sedang merencanakan sesuatu supaya gue sama Gisti pisah, iya?"

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now