18. Kembali

105 19 8
                                    

Gisti sangat senang karena keluarga kecilnya kembali membaik, ia menghabiskan paginya dengan bersenda gurau bersama kedua orang tuanya dan adik kesayangannya.

"Hari ini Gisti mau ke kampus dulu ya, Bun?"

"Loh, acara kamu sudah beres kan?" tanya Lia.

"Iya, Gisti baru aja dapat kabar dari dosen kalau tugas UAS-nya harus di revisi."

"Mau ayah antar? Ohya, Bryan kok jarang kesini akhir-akhir ini. Dia kemana?"

Gisti langsung diam mendengar pertanyaan Budi. Lia yang sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi langsung menyikut tangan Budi, ia memberikan kode agar Budi tidak membahas Bryan.

"Gisti pamit dulu ya," Ia berjalan ke arah Lia dan Budi untuk bersalaman, kemudian ia mencium pipi Dea.

"Kakak, jangan hati-hati ya. Jangan pulang sore-sore, biar kita bisa main bareng," ucap Dea sambil melambaikan tangannya.

Gisti berlalu sambil tersenyum ke arah Dea. Senyum palsu yang berusaha ia tunjukkan kepada semua orang saat ini, ia sangat bahagia saat melihat Budi mengakui kesalahannya. Namun hatinya masih saja memikirkan Bryan yang tidak kunjung memberikan kabar padanya.

Hari ini Gisti pergi ke perpustakaan kampus dengan Dinda, ia cukup dekat dengan Dinda karena mereka sering digabungkan dalam satu kelompok. "Jadi, buku referensi kita masih kurang nih?" Tanya Dinda.

"Iya, Din. Dua sampai tiga buku lagi untuk analisis mikrobiologi yang kita ambil." Sahut Gisti.

"Din, gue cari ke rak sebelah sana ya," Gisti menunjuk rak yang dipenuhi dengan buku biologi.

Mereka berdua mulai berpencar untuk mencari buku. Lalu Gisti melihat seorang laki-laki tengah duduk dilantai membaca buku yang sedang ia cari. "Vin?"

Vino menoleh ke arah Gisti. "Eh, Gis. Ngapain lo disini?" tanya Vino.

"Gue sama Dinda lagi nyari buku buat referensi tambahan analisis mikrobiologi."

Vino menunjukkan buku yang sedang ia baca. "Ini maksud lo?" lalu ia menyodorkan bukunya pada Gisti, "nih."

"Loh, emang lo udah beres bacanya? Gue bisa cari yang lain dulu kok," ucap Gisti karena merasa tidak enak menganggu Vino.

"Gue sama Rafiq udah selesai kok. Tadi cuman baca buku itu buat revisi kesimpulan."

"Oh, kalau kayak gitu gue ambil ya."

"Semangat ya. Gue duluan soalnya udah ditungguin Rafiq di lobby," ucap Vino sambil melambaikan tangannya.

Belum sempat Vino melangkah Gisti menarik hoddie miliknya. "Vin? Thanks ya."

Vino menatap Gisti dengan penuh kebingungan. "Thanks? Buat apa?"

"Thanks buat kejadian yang kemarin." Sambung Gisti.

Vino membalikkan badan lalu menatap Gisti. "Jangan sungkan ya sama gue. Kalau lo perlu bantuan, gue siap bantu kok." balas Vino.

Benar apa yang dikatakan oleh Tiara, Vino menjadi sosok yang dewasa melebihi Gisti dan Bryan. Ia dapat dengan mudah berdamai pada keadaan dan memilih jalur yang benar untuk tidak saling membenci.

Setelah kepergian Vino, Gisti langsung menghampiri Dinda yang sedang menunggu di meja perpustakaan dengan laptopnya.

"Nih, Din, gue udah ketemu dua buku mikrobiologi pangan kira-kira cukup engga ya?"

"Cukup kok. Gue juga udah cari di beberapa jurnal. Jadi, kayaknya kita cuman perlu pahami lagi aja." Ucap Dinda.

Tiba-tiba saja mata Gisti tertuju pada kotak berukuran sedang diatas meja. "Ini apaan, Din?"

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now