12. Ragu

100 26 23
                                    

"Bagaimana bisa kau hidup dengan seseorang yang ragu dengan dirinya sendiri? Dengan dirinya saja ragu, apalagi denganmu?"
- Gistina Aufa

◾◾◾

Selepas mentoring Gisti langsung pergi ke rumah Tiara, tempat pelarian favoritnya. Ia menceritakan semua hal yang terjadi di gedung hari ini.

"Lo, yakin mau akhiri ini semua, Gis?" tanya Tiara.

Gisti terlihat sangat kacau. "Gue ngerasa jadi orang jahat disini, Tir. Seharusnya dari awal gue enggak nerima perjodohan ini. Gue juga harusnya bisa menjauh dari Bryan dan menahan perasaan ini."

Sontak Tiara mengenggam tangannya dengan erat. "Lo, enggak jahat kok, Gis. Ini bukan salah lo."

Tiara berusaha menenangkan Gisti. "Gue tahu lo baik. Tapi plis jangan korbanin perasaan lo juga, Gis. Gue tahu lo jatuh cinta sama Bryan dan lo mau lepasin gitu aja? Apa kata dia nantinya, Gis?"

Gisti menyandarkan tubuhnya ke sofa berwarna merah maroon yang menjadi tempat favoritnya saat berada di rumah Tiara.

Gisti menatap langit-langit kamar Tiara. Melamun sejenak merasakan beratnya beban yang harus ia tanggung saat ini. "Sesulit inikah perjodohan, Tir?"

"Enggak sulit kok, Gis. Lagian kenapa sih lo masih mikirin Nadia? Dia aja jelas-jelas jahat sama lo."

"Dia sahabat gue, Tir."

Tiara yang mendengar perkataan Gisti langsung melepas genggamannya.

"Kalau dia sahabat lo dia akan ngerti bagaimana perasaan sahabatnya sendiri terhadap lelaki yang ia cintai. Walaupun sebenarnya hati ia ingin memiliki lelaki tersebut dan dia pun akan rela melihat sahabatnya bahagia. Bukan malah merenggut kebahagiaan itu, Gis."

"Kalo lo di posisi Nadia gimana, Tir?" tanya Gisti.

Tiara diam sejenak. "Gue bakalan ngajak lo sama Bryan ngobrol," ucapnya dengan nada yang santai.

Gisti mengerutkan keningnya "Buat?"

"Buat ngomong kalau gue suka sama Bryan. Dan mulai hari ini gue akhiri perasaan gue. Karena gue tahu ada cewek yang udah ditakdirkan buat dia dan itu bukan gue tapi lo. Gue bakal ngomong gitu." Ucap Tiara.

"Kalau lo di posisi gue?" Gisti bertanya kembali pada Tiara.

"Gue bakal lakuin hal yang sama, ngajak ngobrol Nadia sama Bryan."

"Dan lo bakal bilang apa?"

"Gue bakal bilang kalo gue jatuh cinta sama Bryan sejak lama. Bahkan sebelum Nadia jatuh cinta sama Bryan. Gue bukan bermaksud egois dengan menerima perjodohan ini, tapi coba lo bayangin perasaan orang tua gue atau orang tua Bryan kalo tahu kita batalin perjodohan ini." sahut Tiara.

"Kan gue udah ngomong gitu, Tir."

"Yaudah, harus nya dia ngerti dong!"

Percakapan singkat yang terjadi antara Gisti dengan Tiara membuat suasana hatinya semakin tidak karuan. Jika dapat memilih mungkin saat itu Gisti tidak akan mengiyakan perkataan Budi dan Lia mengenai perjodohan ini.

◾◾◾

Gisti yang tengah berada di rumah Tiara tidak tahu bahwa lelaki yang ia cintai sedang menunggunya di halaman parkir dekat fakultas. Namun sayang ponsel Gisti sama sekali tidak menyala sehingga ia memutuskan untuk menunggunya.

"Bryan?" sapa Nadia yang melihat Bryan seorang diri di parkiran.

Bryan menoleh ke arah Nadia. "Boleh ngobrol sebentar?" ucap Nadia.

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now