27. Kehadiran Gadis Kecil

80 13 4
                                    

Bryan dan Gisti kembali ke depan ruang operasi, semua yang berada disana menampilkan raut wajah duka bercampur dengan khawatir. Lia terus menerus menenangkan Astuti, sedangkan Budi dan Vino hanya berada disamping mereka dengan tenang.

"Aku harus rawat bayi itu," kalimat tersebut mendadak saja terucap dari mulut Astuti, semua orang langsung melihat ke arahnya.

"Memang bayi itu adalah hasil dari perselingkuhan Bondan dan Dian. Tapi aku tidak tega jika ia harus terlahir tanpa satu keluarga pun." Lanjut Astuti.

Bryan mengepalkan tangannya, ia ingin sekali menolak ucapan Astuti. Namun, Gisti menahannya dan membiarkan Astuti memilih untuk merawat bayi tersebut.

"Kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Budi.

Astuti mengangguk pelan. "Mungkin aku memang ditakdirkan untuk merawatnya."

Pandangan Budi beralih ke Bryan yang kini tengah menahan sesuatu yang menganjal di dalam dirinya. "Apa saja yang sudah ia bicarakan padamu, Yan?" ucap Budi.

"Dia memintaku untuk menjaga bayinya. Tapi—" belum sempat Bryan berbicara, Gisti langsung memotongnya.

"Tidak ada salahnya kan kamu mengurus bayi itu, Yan. Anggap saja ia adikmu atau anggap saja ia seperti, Dea, yang lucu dan menggemaskan," Gisti meraih pundak Bryan, "aku tahu ia terlahir dari hubungan yang tidak seharusnya terjadi. Tetapi perlu kau tahu tidak ada bayi yang ingin terlahir seperti itu. Ini takdirnya dan takdirmu, kau harus menerimanya." Ucap Gisti.

Seketika Astuti bangkit dari tempat duduknya, ia mengenggam tangan anak tunggalnya tersebut. "Sayang, kita akan bahagia. Mamah, jamin hal itu akan terjadi pada kita." Lirih Astuti.

Bryan masih tidak dapat menerima pengajuan Astuti untuk mengurus bayi itu, tetapi ucapan Gisti ada benarnya. Tidak ada yang ingin terlahir seperti itu, Tuhan telah merencanakan semua ini.

"Beri dia nama Kenanga," ujar Bryan yang mengejutkan semua yang berada disana.

"Kenanga? Kenapa kau ingin sekali memberi nama itu?" tanya Astuti.

"Bagiku kehidupannya akan berjalan seperti bunga kenanga. Ia tidak layu hanya karena musim telah berganti, ia akan menjadi seseorang yang selalu dikenang keberadaannya." Sahut Bryan.

Astuti tersenyum haru mendengar ucapan Bryan yang menyentuh hatinya. "K-kau, benar akan merawatnya seperti adikmu, Nak?"

Bryan mengiyakan pertanyaan Astuti. "Aku pikir ucapan, Gisti, memang benar. Akan aku pastikan, Kenanga, tumbuh menjadi gadis yang baik seperti seseorang yang berada disampingku," Bryan melirik Gisti yang berada tepat disebelahnya.

"A-ku? Kenapa aku?"

"Karena tidak ada gadis yang sebaik dirimu, Gis. Aku berharap, bayi itu—maksudku Kenanga akan tumbuh seperti dirimu." Balas Bryan.

"Aku tidak sebaik itu, Yan. Kamu dan Tante Astuti yang akan menjadikannya seorang gadis yang baik."

Astuti mengusap air mata terharu yang sedari tadi menetes bebas di pipi lembutnya. "Seandainya kalian sudah menikah hari ini, mungkin mamah akan memberikan Kenanga kepada kalian." Ucap Astuti.

"Masa iya, Bryan, harus nikah hari ini demi Kenanga, Mah?" usil Bryan.

"Kamu mau sekarang nikahnya?"

Bryan langsung menatap usil ke arah Gisti. "Kalau sama Gisti mau malam ini juga, Bryan mau, Mah."

Gisti berhasil memukul lengan Bryan, karena tingkah usilnya tersebut. "Gila, lo! Tar gue dikira hamil duluan karena ada Kenanga!" sahut Gisti.

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin