9. Hujan atau Senja?

125 31 11
                                    

"Ku harap tak ada lagi langit sendu yang menelusuri kisah kita."
- Bryan Pratama Putra

◾◾◾

Gisti masih berusaha membersihkan luka di wajah Bryan. Seketika bulir air mata jatuh di pipi Gisti, entah sejak berapa lama dirinya menjadi wanita yang mudah menangis. Mungkin karena kejadian kemarin, ia masih ingat betul Bryan dipukul sungguh itu menyiksa Gisti.

Sebelum Bryan melihatnya, ia buru-buru menghapus air mata yang sempat keluar membasahi pipinya. Bryan segera duduk menghadap ke arah Gisti.

"Gue tahu lo khawatir. Tapi seharusnya yang lo khawatirkan adalah diri lo sendiri." Ucap Bryan.

Gisti hanya mencoba tersenyum baik-baik saja dihadapan Bryan. "Kan gue udah bilang sama lo, enggak usah pura-pura bahwa keadaan lo baik-baik aja dihadapan gue." Lanjut Bryan.

Bryan segera beranjak dari kasurnya. "Sekarang lo tunggu di luar ya? Gue mau siap-siap dulu. Kita bakal have fun hari ini." Bryan mendorong Gisti keluar kamarnya.

"Ih, gue bisa jalan sendiri Bryan! Lagian kita mau kemana sih?" Gisti sudah berhasil dikeluarkan oleh Bryan dari kamarnya.

Bryan tidak menjawabnya, ia hanya melambaikan tangan sambil menutup pintu kamarnya.

"Ish, untung gue sayang!" ketus Gisti.

Gisti berjalan menuruni tangga. Lalu menghampiri Lia dan Astuti yang tengah asik mengobrol.

"Loh, kok balik lagi? Udah ketemu sama Bryan?" tanya Astuti.

"Diusir sama Bryan, Tan." Cemberut Gisti.

Tiba-tiba saja Bondan datang. Ia baru saja tiba dengan wajah yang tampak sangat lelah seolah baru bekerja semalam suntuk.

"Eh, ada kalian," sapa Bondan kepada Gisti dan Lia. "Budi tidak ikut kemari?" tanya Bondan.

"Enggak, Om. Hari minggu waktunya Ayah jaga rumah." timpal Gisti.

"Yasudah, om masuk dulu ya?" Bondan meninggalkan mereka semua di ruang tamu. Gisti cukup heran dengan tingkah Astuti sejak tadi, pasalnya sejak kedatangan Bondan ia sama sekali tidak menyapanya.

"Jeng, memangnya hari minggu bos tetap lembur?" tanya Lia pada Astuti.

Jika dipikir-pikir benar juga pertanyaan ibunya tersebut. Mengapa seorang bos harus lembur di hari minggu padahal ia masih bisa menyuruh karyawannya.

Wajah Astuti menjadi sedikit sendu. "Mungkin sedang banyak kerjaan," jawab Astuti singkat.

Seolah memahami keadaan Astuti, Lia akhirnya mengalihkan pembicaraan. Gisti pun turut mencairkan suasana dengan memberikan lelucon yang dapat membuat Astuti tertawa kembali.

Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki dengan tubuh tegapnya turun dari lantai atas. Ia sudah rapih mengenakan kaus hitam dengan celana jeans dan sepatu converse miliknya. Tidak lupa parfum andalan Bryan yang dapat membuat semua wanita meliriknya.

"Kayaknya ada yang mau nge-date nih..." goda Lia.

Bryan menggaruk tekuk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi, nanti bunda pulang sama siapa?" ujar Gisti.

"Sudah tidak usah khawatir. Nanti bunda bisa minta jemput ayah. Kamu kalau mau pergi sama Bryan pergi aja enggak apa-apa."

Mendengar kalimat tersebut Bryan langsung tersenyum kegirangan.

"Tante Lia emang the best sih, padahal Bryan belum izin loh. Sayang deh..."

Bryan berjalan ke arah Lia berusaha ingin memeluknya sebagai tanda terimakasih sudah mengizinkan Bryan membawa Gisti.

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now