34. Yang Kedua

105 14 1
                                    

Mendengar ucapan Bryan, ia berusaha meraih tangannya dengan gemetar. Belum sempat ia menautkan tangannya, Nadia menghentikan aktifitasnya itu. "Gisti?" Ia menoleh ke arah Bryan, melihat ekspresi yang dibuat oleh lelaki itu.

Bryan hanya tersenyum. "Bukan saatnya mikirin orang lain. Diri lo lebih butuh perhatian dibandingkan orang lain."

Nadia langsung menyambut hangat uluran tangan Bryan. Hal yang selalu ia nantikan, merasakan tangan lembut Bryan. Sebelum Bryan berhasil membawanya keluar kamar, ia menghentikan langkah Bryan.

"Kenapa?" tanya Bryan.

"Lo, yakin mau bawa gue yang kucel kayak gini?" Nadia melihat dirinya dari cermin, wajah dan pakaiannya tidak cocok untuk dibawa pergi oleh lelaki tampan seperti Bryan.

Bryan langsung melepaskan genggaman tangannya. "10 menit cukup? Gue tunggu dibawah," ia langsung berjalan keluar kamar Nadia.

Melihat Bryan keluar dari kamar Nadia, membuat Ashilla penasaran apa yang terjadi pada mereka disana. "Gimana?" tanya Ashilla penasaran.

"Lo, nggak perlu khawatir. Gue merasa ini semua juga salah gue."

Raut wajah Ashilla mendadak menjadi sumringah, ia nampak kegirangan mendengar ucapan Bryan. "Gue harap Nadia akan kembali menjadi dirinya sendiri." Ucap Ashilla.

Setelah menunggu beberapa menit, Nadia keluar dengan penampilan yang seperti biasa ia kenakan ke kampus atau saat pergi main. Ashilla yang melihatnya sangat senang, sampai memeluk Nadia. "Gue nggak apa-apa, Shill." Ucap Nadia.

"Jangan bohong sama gue," Ashilla melihat penampilan Nadia yang cukup berkesan baginya, "ini baru Nadia yang gue kenal."

Nadia hanya tersenyum membalas ucapan Ashilla. Bryan yang melihat Nadia berpenampilan seperti itu tidak membuat goyah hatinya, ia masih terus menerus memanggil nama Gisti. Ia datang kesana hanya untuk menyelamatkan Nadia, tidak lebih dari itu.

"Ayo, Nad." Ajak Bryan.

Nadia pun mengikuti langkah Bryan, ia sudah sangat siap untuk dibonceng oleh lelaki itu. Ia bahkan sudah memikirkan harus memeluk Bryan atau tidak. "Nggak usah meluk gue," pikiran Nadia seolah sudah terbaca oleh Bryan, tanpa segan ia langsung menolaknya.

"Kenapa? Kalau gue jatuh gimana?"

"Gue tahu lo manusia, jadi gue nggak akan bawa motor seolah lo bukan manusia," sinis Bryan. Ia tidak mau Nadia semakin berharap jika ia terus menerus memberinya suatu kebebasan.

Wanita itu hanya menuruti perintah Bryan, ia berusaha menahan dirinya agar tidak memeluk Bryan. "Kita mau kemana?" tanya Nadia penasaran.

"Rahasia," sahut Bryan singkat.

Ia berkali-kali menghela napasnya, lelaki itu takut sekali jika Nadia melakukan hal yang tidak diinginkan. Ia harus memilih sikap yang tepat agar Nadia tidak kembali terjatuh ke dalam kegelapan.

Setelah sampai disebuah saung ditengah bukit yang dapat melihat keindahan Kota Bandung, Nadia turun dari motor Bryan. Ia sangat ingat betul bahwa di masa lalu, Nadia bersama Ashilla bertemu dengan Bryan disana.

Bryan melihat ke arah Nadia, membuat wanita itu sedikit gugup. "Tangan lo nggak sakit?"

Nadia tersenyum getir. "Hati gue yang lebih sakit, Yan."

"Lo, tahu apa yang dilakukan Ashilla demi lo?"

Ia menatap Bryan dengan bingung. "Engga, emang apa?"

"Dia menghancurkan hubungan gue, membuat nyokap gue membatalkan perjodohan gue, itu semua demi lo, Nad. Lo, tahu semua itu?"

Mendengar semua itu Nadia tidak percaya Ashilla melakukan hal itu. "Maksud lo? Ashilla menghancurkan hubungan lo sama Gisti? Lo, punya bukti atas apa yang lo omongin barusan?"

Tentang Kita ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now