1. Airin dan Sejuta Kesabarannya

38.6K 2.8K 55
                                    

Nino memperlebar langkah kala melihat Airin keluar dari kelasnya.

"Irin!!" yang dipanggil menoleh, perempuan yang Nino kenal sebagai teman dekat Airin pamit pulang setelah Nino tiba.

"Lho, kok kamu ada di sini? Kamu nggak ngampus?" belum sempat Nino buka mulut, Airin lebih dulu menyela, "jangan bilang kamu bolos lagi." tuduhnya.

Bak anak kecil yang ketahuan berbohong, Nino menggaruk kepalanya, "Hari ini kelas Pak Handoko, kamu tau sendiri Pak Handoko ngajarnya kayak gimana. Kayak ngajar anak TK, ngebosenin."

Airin menghembuskan napas dalam karenanya, "Tapi itu bukan alasan logis buat bolos, kan? Kalo kamu gini terus, kapan lulusnya?"

"Udah ah, aku lagi males bahas Pak Handoko. Mending kamu ikut aku malam ini."

"Kemana?" tanya Airin mulai mengambil langkah agar tiba di parkiran secepat mungkin, karena masih banyak hal yang harus ia lakukan sepulang kuliah.

"Temenin aku balapan ya?" rayu Nino, ia bahkan sudah menggandeng tangan Airin.

"Balapan lagi? Emang kamu nggak takut jatoh apa? Bahaya tau." omel Airin.

"Aku tau, makanya ngajak kamu biar ada yang ngobatin kalo luka."

Airin melepas genggaman tangan Nino, "Aku nggak bisa, malam ini jadwal aku nemenin Bunda belanja bulanan."

"Kalo gitu aku aja yang temenin kamu belanja bulanan, tapi pulangnya kamu temenin aku. Irin mau ya? Please." Airin enggan menatap wajah melas Nino, tapi sudut matanya sudah terlanjur menangkap wajah memohon itu.

"Emangnya apa lagi yang kamu korbankan sekarang?"

Nino menepuk-nepuk motor sport merah setibanya mereka di parkiran, "Si Johnny, dan malam ini aku butuh banget dukungan kamu biar Johnny tetap bisa anter jemput kamu."

Airin memijat pelipisnya kala mendengar nama motor kesayangan Nino disebut, "Yang suruh kamu balapan dan korbanin Johnny siapa? Kenapa bawa-bawa aku segala?"

"Ini tentang harga diri antar cowok, kamu nggak akan ngerti. Pokoknya kamu tinggal diam di pinggir sambil doain aku menang. Nggak susah, kan?"

Airin menarik napas panjang, walau sulit menerima keputusannya sendiri, ia tetap berkata;

"Tapi temenin aku belanja bulanan dulu."


****


"Kak, udah siap belum?" teriak Bunda tepat setelah Airin memakai jaket kulitnya.

Sebelum turun dan izin pergi, Airin memasukkan kotak P3K pribadinya yang hampir terlupakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sebelum turun dan izin pergi, Airin memasukkan kotak P3K pribadinya yang hampir terlupakan. Perempuan itu menggendong tas dan bergegas turun sebelum Bunda teriak yang kedua kalinya. Namun belum sempat kakinya menuruni semua anak tangga, mata Airin sudah lebih dulu melihat Nino berhadapan dengan Bundanya.

My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now