13. Danu dan Kehidupannya

9.5K 1K 41
                                    

Mommy pernah bilang bahwa Nino sering sekali mementingkan perasaannya tanpa melihat situasi. Makanya sejak kecil Mommy sering berurusan dengan orang tua siswa akibat perkataan menohok Nino terhadap anak-anaknya.

Pernah suatu waktu, Nino mengutarakan ketidaksukaannya atas lukisan temannya. Nino kecil merasa lukisannya jauh lebih bagus dari milik temannya. Alhasil, teman sebangku Nino itu menangis lalu mengadu pada kedua orang tuanya. Karena tidak terima anaknya dipermainkan, mereka meminta guru memanggil Mommy ke sekolah.

Dan hal merugikan itu terjadi lagi kemarin.

Setelah Airin mengungkapkan keluh kesahnya, Nino baru sadar bahwa sikapnya selama ini sudah keterlaluan. Banyak hal yang perlu digaris bawahi, salah satunya tentang janji Nino untuk melindungi Airin. Tapi nyatanya, di sini Airin lah yang melindungi Nino.

Oleh karenanya, hari ini Nino berencana menemui Airin untuk meminta maaf atas semua kesalahan yang tidak disadarinya. Dan berharap dapat memperbaiki hubungan mereka yang semakin merenggang belakangan ini.

Namun ketika ditengah perjalanan, ponsel Nino bergetar berkali-kali walau ia abaikan. Merasa dapat panggilan penting, Nino pun menepikan motor dan melepas helmetnya.

"Halo, Jen. Ada apa?" ternyata sambungan itu dari Jenny.

"B—bang ... di mana?" Nino sedikit mengernyitkan alis saat mendengar nada gugup dari seberang sana.

"Lagi di jalan ke rumah Airin," Nino sempat menjauhkan ponsel untuk memastikan nama pemanggil benar-benar Jenny, "kamu kenapa sih? Kok gugup gitu."

"Bang ...," terdengar isak tangis tertahan yang amat Nino kenali, "Jenny takut."

Hening yang melanda diantara mereka menegaskan jika Jenny harus meneruskan kalimatnya, "Jenny ... nggak sengaja nabrak orang."

Seketika tubuh Nino menegang, isak tangis yang kembali terdengar menyadarkan Nino bahwa Jenny serius, "Kamu dimana sekarang? Biar Abang ke sana."

"Rumah sakit Medika."

Seketika Nino memutuskan sambungan dan langsung tancap gas ke rumah sakit. Tidak ada yang lebih dipikirkan Nino selain kondisi adik perempuannya sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, Nino bergegas menuju ruang UGD setelah dapat chat dari Jenny.

"Jenny!" panggil Nino ketika melihat Jenny duduk di kursi depan ruang UGD sendirian.

Melihat sosok sang Abang berhasil membuat hati Jenny diselimuti ketenangan karena akhirnya ia punya tempat berlindung. Tanpa sadar kaki Jenny bergerak cepat menuju Nino. Dan memeluk Nino adalah hal yang paling ia butuhkan saat ini.

"Abang ...." tangis gadis itu tumpah makin banyak. Nino mengeratkan pelukan, ia ikut merasakan ketakutan Jenny dengan jelas.

"Cup ... cup ... cup, jangan nangis," Nino mengusap punggung Jenny lembut, "Abang ada di sini."

"Jenny nggak sengaja," gadis itu berusaha menghentikan isak tangisnya, "pas di jalan pulang, ada anak kecil tiba-tiba nyebrang. Bikin konsentrasi Jenny buyar."

Nino melepaskan pelukan berganti meneliti tubuh adiknya, "Tapi Jenny baik-baik aja, kan? Ada yang sakit nggak? Jenny nggak dikeroyok masa, kan?"

"Jenny gapapa. Justru warga sekitar yang bantu Jenny bawa anak itu ke sini."

Nino menghembuskan napas lega, lalu ia membawa Jenny duduk sebelum akhirnya pintu ruang UGD terbuka. Seorang dokter berjas putih keluar diikuti anak kecil yang dipapah dua orang suster.

"Danu?" yang dipanggil sama-sama kebingungan.

"Mas anggota keluarga adik ini?" tanya dokter itu.

My Precious Girlfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang