22. Be Better

8.4K 856 39
                                    

Daddy tidak tahu hal apa yang mendasari perubahan sikap anak laki-lakinya, semuanya terlalu mendadak untuk dimengerti akal sehatnya. Namun tidak bisa dipungkiri jika dia ikut bahagia dengan perubahan itu, karena setelah Nino mempelajari manajemen perusahaan, dia jadi tahu potensi apa saja yang ada dalam diri Nino.

Misalnya saat Daddy melihat sendiri komunikasi antara Nino dan para seniornya di kantor, bahkan tak jarang dia mendengar langsung pujian atas kebaikan dan kerendah hatian seorang Nino dari orang-orang kantor. Nino juga punya potensi besar menjadi direktur, terlihat dari kepuasan para peserta rapat yang begitu menyukai hasil presentasi Nino yang diluar ekspetasi kala anaknya diutus sebagai perwakilan divisi marketing.

Bukan tanpa usaha Nino mendapatkan semua hasil itu, Daddy tahu jika Nino bekerja keras mempelajari perusahaan. Bahkan anak itu tidak akan keluar dari mejanya sebelum memahami teori-teori itu. Seperti saat ini.

Daddy sengaja mendatangi meja Nino untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang selama ini mengusik tidurnya.

"Istirahat dulu nih." Daddy menaruh cup coffee yang baru dibelinya di kantin kantor, dan itu berhasil menarik perhatian Nino dari layar laptopnya.

Nino was-was, dia mengedarkan pandangan untuk memastikan jika tidak ada orang lain di ruangannya, "Daddy kenapa di sini? Apa kata orang-orang kalo mereka lihat Daddy?"

"Ini waktu istirahat, mereka semua ada di kantin kantor sekarang. Mungkin cuma kamu yang nggak ada di sana."

Mendengar itu, Nino akhirnya bernapas lega. Dia merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena bertahan dengan posisi yang sama. Lalu Nino mengambil cup itu untuk diseruput isi kopinya yang mampu mengembalikan sedikit tenaganya.

"Thanks Dad, jadi Nino nggak perlu ke kantin buat beli kopi."

Tanpa sadar Daddy menarik senyum tipis sembari mengusap lembut puncak kepala Nino, hal itu sukses melelehkan hati Nino. Karena jujur saja, ini pertama kalinya Daddy mengusap kepalanya semenjak dia beranjak dewasa.

"Daddy penasaran, apa yang bikin anak Daddy ini akhirnya mau mempelajari perusahaan?" tanyanya ketika Nino melayangkan tatapan heran.

"Nggak ada alasan khusus," Nino mengambil jeda dengan menatap Daddy-nya, "sekarang Nino paham bagaimana cara memaknai hidup, dan Nino cuma nggak mau menyia-nyiakan semua yang Nino punya. Termasuk Daddy dan Mommy, jadi sebisa mungkin Nino bakal nurutin apapun perintah kalian."

Untuk pertama kalinya, Daddy merasa tersentuh dengan kata-kata Nino. Dia tidak menyangka jika anak laki-lakinya yang dia kenal sebagai anak keras kepala, kini berubah jadi anak penurut. Jika saja yang mendengar kata-kata barusan istrinya, Daddy yakin wanita itu pasti sudah menangis bahagia. Namun karena Daddy termasuk laki-laki yang sulit menangis, dia hanya bisa menepuk-nepuk pundak Nino sebagai bentuk kebanggaannya terhadap anaknya.

"Lagian ya Dad, Nino tuh lagi berusaha rebut hati Airin lagi. Soalnya dia minta dinikahin."

"Airin ngomong gitu?"

"Enggak sih Nino denger pas dia ngobrol sama temennya."

"Harusnya Daddy curiga dari awal, semua perubahan kamu ini ada sangkut pautnya dengan Airin." Daddy terkekeh geli,

Nino ikut terkekeh, "Nino cuma mau nikahin Airin pake uang hasil kerja sendiri."

Lalu tiba-tiba perasaan sedih hadir dan menyelimuti hati Daddy, begitu kentara hingga Nino ikut merasakan kesedihan itu. Maka dari itu, Nino memegang tangan Daddy untuk menyalurkan sedikit kekuatan yang dia punya.

My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now