19. Kesembuhan Danu

9.1K 879 70
                                    

Ada satu hal yang paling Cetta benci dari perempuan; ucapan mereka tidak pernah sesuai realita. Bilangnya ke toilet sebentar, tapi sampai setengah jam menunggu, Zalea tidak datang juga.

Merasa jenuh, Cetta memutuskan menunggu di parkiran setelah memberi tahu Zalea lewat chat. Ya, siapa tahu aja dia ketemu teman di sana. Setidaknya dia tidak akan bosan menunggu karena punya teman ngobrol.

Cetta menyipitkan mata saat melihat seseorang yang dikenalnya berdiri di depan gerbang, tumben-tumbenan gadis itu belum pulang. Masalahnya dia Jenny, gadis hits yang tidak pernah betah lama-lama di sekolah, kini Cetta malah lihat Jenny terpanggang sinar matahari sore.

"Jen," Cetta menyentuh pundak Jenny, tapi gadis itu melotot terkejut, "Mang Ujang belum jemput?"

"Anjir gue kira siapa," Jenny mengelus dada, "gue emang nggak dijemput."

"Terus pulang gimana? Naik angkot?"

"Enggaklah. Yang ada gue keburu pingsan sebelum nyampe ke rumah."

Tuh, kan benar.

Sudah Cetta duga.

"Mau gue anter balik?"

"Emang lo nggak bareng Zalea?"

"Kan bisa bertiga, gue bawa mobil kok."

Jenny menarik senyum miris, kenapa sih dia masih aja berharap sama Cetta. Padahal diluar sana ada banyak cowok yang ngejar dia, tapi sampai sekarang rasa ini masih sulit dihilangkan.

Oke, mungkin rasa itu salah mengingat Kakak mereka punya hubungan khusus ——walaupun itu dulu—— tapi siapa sih yang nggak baper sama Cetta. Cetta itu definisi cowok good boy idaman para wanita, dia penurut terlihat dari rasa hormatnya pada orang tua dan Kakak-Kakaknya, dia perhatian pada semua orang di dekatnya, dia pintar terlihat dari prestasi-prestasinya di sekolah, dan dia tampan. Semua orang pun mengakui itu. Jadi nggak salah kan kalau Jenny pernah baper berat ke Cetta?

"Ogah ah, gue males kalo ada Zalea. Lo tau sendiri gimana sikap dia ke gue. Kayaknya dia beneran anggap gue rivalnya deh," Jenny membasahi bibir bawahnya, "padahal kan nggak mungkin juga gue rebut lo dari dia."

Cetta terkekeh mendengar penuturan polos Jenny, "Gapapa, ntar gue omongin anaknya."

"Jenny!"

Baru saja Jenny ingin membalas, namun panggilan itu lebih dulu membuat Jenny serta Cetta menoleh ke sumber suara.

"Bentar, Bang!" teriak Jenny.

"Tumben Bang Nino jemput." ujar Cetta saat Jenny kembali menatapnya.

"Gue mau jalan dulu sama dia," Jenny menepuk-nepuk pundak Cetta, "Thanks ya tawarannya, tapi gue masih mau sekolah besok. Bahaya kalo gue disatuin sama Zalea."

Jenny tertawa kecil sambil melambaikan tangannya ke Cetta, lalu ia masuk ke kursi penumpang belakang karena kursi di sebelah Nino sudah diisi oleh Danu. Walau Nino hanya menurunkan jendelanya sedikit, tapi Cetta melihat jelas sosok anak kecil itu. Sepertinya dia cukup familiar.

"Bukannya itu anak didik Kak Airin?" gumam Cetta tepat setelah mobil abu Nino melaju.

Cetta yakin dia tidak keliru, karena Airin pernah mengajak anak-anak didiknya makan di restoran bareng keluarganya. Dan juga, dua bulan sekali Cetta sering mengajak teman-temannya mengajar di sekolah alternatif karena tahu Kakak perempuannya itu kekurangan tenaga ngajar.

"Cetta!!!"

Sontak lamunannya buyar, Cetta membalikkan badan penuh rasa was-was. Sudah berapa lama dia meninggalkan Zalea?

My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now