Bonus Chapter 3 : Anniversary

18K 1K 59
                                    

"Bu, ini laporan kelas lima yang Ibu minta."

"Oh, makasih ya."

Di saat orang-orang keluar mengisi perut, Airin kembali melanjutkan kegiatannya menginput data di sela jam istirahat. Mungkin dia akan tetap diam di depan laptopnya jika saja Sagita dan Kelvin tidak masuk membawa makanan sekembalinya dari kedai di seberang sekolah alternatif.

"Makan dulu Bu Airin." ujar Kelvin menaruh plastik bawaannya di sebelah Airin.

Airin melirik Kelvin dan Sagita sebentar, "Thanks ya. Aduh gue nggak bakal makan kalo bukan kalian yang beliin."

"Break lima menit nggak bakal bikin murid-murid lo ketinggalan pelajaran kali."

Airin tak menghiraukan kalimat Sagita, dia membuka kotak makanannya setelah menyimpan data terlebih dulu.

Setelah beberapa tahun berlalu, Airin akhirnya berhasil mendaftarkan sekolah alternatifnya ke pemerintahan hingga sekolah itu resmi dibuka untuk pemulung, pengamen, pengemis dan anak-anak kurang beruntung lainnya. Airin lebih menerima anak-anak yang berasal dari keluarga dengan ekonomi di bawah rata-rata, karena impiannya memang ingin bermanfaat untuk orang-orang sekitarnya.

Dan hari ini, Sagita dan Kelvin bersedia menjadi tenaga pengajar tambahan di sekolah alternatif. Sebenarnya Airin masih bisa meng-handle sekolah bersama enam guru lainnya, namun mereka tetap bersikeras membantu Airin.

Saat ini Sagita sudah memiliki rumah praktek dokter anak sendiri, seperti cita-cita orang tuanya. Sedangkan Kelvin meneruskan apa yang sudah dibangunnya di dunia pemotretan, bahkan namanya sudah dikenal dikalangan client-client besar. Maka dari itu, disela-sela kegiatan mereka, Sagita dan Kelvin kompak meluangkan waktu untuk mengajar murid-murid sekolah alternatif yang sudah sejak dulu mereka lakukan.

Oh iya, buat kalian yang penasaran dengan hubungan Sagita dan Kelvin sekarang, akan Airin ceritakan betapa rumitnya kisah mereka.

Sebenarnya Sagita dan Kelvin tidak pernah bisa terpisahkan. Peribahasanya dimana ada Sagita, di situ ada Kelvin. Mereka berdua terlanjur saling bergantung satu sama lain, namun saat Airin tanya perkembangan hubungan mereka, kedua insan itu kompak menjawab nyaman berteman seperti sekarang. Baik Sagita dan Kelvin sama-sama setuju pacaran hanya akan menjauhkan mereka jika putus nantinya.

Ya, bahasa gaulnya mereka terjebak friendzone. Padahal menurut Airin, Sagita dan Kelvin cocok jadi pasangan.

'Tok ... tok ... tok ...'

Suara ketukan pintu menyita perhatian ketiga orang dewasa itu, Airin menenggak air minumnya ketika melihat Nino yang ada di ambang pintu.

"Lagi sibuk ya?" tanya Nino setibanya di depan mereka.

"Bukan kita, tapi istri lo yang sibuk," Kelvin berbisik, "beli makanan aja sampe nggak sempet."

Nino melempar pandang pada Airin, "Kamu sibuk?"

"Enggak juga," Airin membereskan berkas-berkas di mejanya, "kok ke sini nggak bilang-bilang?"

Nino tak menjawab, dia menepuk pundak Kelvin, "Vin, lo bisa handle tugas-tugas Airin nggak? Gue mau bawa dia keluar sebentar."

Memahami kode itu, Kelvin mengangguk, "Lama juga gapapa."

Nino menggenggam tangan Airin setelah mengucapkan terima kasih pada Kelvin, Airin yang bingung hanya bisa menatap ke belakang. Melihat kedua temannya melambaikan tangan seolah mendukung tindakan Nino.

"Kira-kira Airin dibawa kemana ya?" tanya Sagita bertepatan dengan sosok Airin dan Nino yang menjauh.

"Yang pasti Airin nggak bakal balik lagi ke sini."


My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now