8. Usaha Nino

21.5K 1.6K 63
                                    

Airin menuruni motor dengan alis berkerut, helmetnya diletakkan sembarang untuk mengikuti arus orang-orang yang mengarah pada tengah lapangan. Karena letak parkiran berada di sisi kiri lapangan universitas, memudahkan Airin melihat gerombolan orang yang sudah berkumpul mengelilingi sesuatu.

Rasa penasarannya makin memuncak kala orang-orang menyingkir seolah memberi Airin jalan. Lalu rasa penasaran itu berubah jadi bingung ketika ia mendapati Nino berjalan dari arah gerombolan orang-orang itu.

"Pagi," Nino mengulum senyum melihat Airin terkejut, "udah sarapan belum?"

Airin berusaha mengumpulkan kesadarannya, "Lo ... ngapain di sini?"

Nino memutar bola mata berpikir, "Hmm ... kuliah sambil merhatiin kamu," lalu ia berbisik, "dari jauh juga gapapa. Aku udah senang kok."

Airin mengerjapkan mata beberapa kali, masih tak memahami sedikitpun ucapan Nino. Orang-orang di sekitarnya pun ikut penasaran, terlihat dari sorot mata ingin tahu mereka.

"Mending lo pergi sekarang, bentar lagi lo masuk kelas." ujar Airin setelah melirik jam tangannya.

"Kenapa pergi? Kelas aku kan di sini."

"Maksudnya?"

"Mulai hari ini kita satu kampus. Aku pindah ke sini."

Sontak pemberitahuan mendadak itu mengejutkan, bukan hanya Airin tapi semua orang yang ikut memperhatikan mereka. Karena selain terkenal sebagai pacar Airin yang sering antar-jemput dewi universitas, Nino juga terkenal sebagai most wanted kampus sebelah. Maka jika Nino benar-benar pindah, mereka akan memiliki dewi dan dewa universitas sekaligus.

"Daddy sama Mommy tahu?" wajar Airin bertanya, karena selama mereka bersama Nino sering membuat keputusan dibelakang kedua orang tuanya.

"Bahkan Daddy sendiri yang ngurus kepindahan aku." Menakjubkan! Padahal jadwal Daddy Nino selalu padat setahu Airin.

"Kenapa pindah ke sini?" Airin melirik orang-orang di sekitarnya, "padahal banyak kampus terbaik pilihan Daddy, dan kita sama-sama tahu kampus ini jelas bukan salah satunya."

"Karena alasan aku pindah ada di sini," Nino menarik senyum manisnya, "yang diri di depanku sekarang."

Seketika suasana berubah riuh. Para perempuan memekik tertahan, terpengaruh dengan rayuan Nino walau tahu bukan ditujukan untuk mereka. Sedangkan para laki-laki kompak menyerukan semangat atas nama sesama pejaka tangguh.

Airin berusaha menekan rasa malunya saat itu juga. Ingin pergi tapi kakinya seketika kaku, perasaannya makin tak karuan saat menyadari tak ada seorang pun yang mau menyelamatkannya dari situasi memalukan ini.

Hingga tiba-tiba lengan seseorang melingkar di pundak Airin.

"Rin, lo jadi anter gue ketemu dosen, kan?" Airin menghembuskan napas lega saat mengenali seseorang itu.

Dia Kelvin. Laki-laki tampan yang hari ini memakai topi.

"Jadi," jawab Airin cepat, "ayo!" Airin sudah akan menarik Kelvin pergi ketika tangan Nino menggenggamnya.

"Lo nggak lihat gue lagi ngobrol sama Airin?" sinis Nino.

"Lihat," sebelah sudut bibir Kelvin terangkat, "tapi harus banget, ya, di depan umum gini? Jatohnya malah norak."

Nino kesal. Airin merasakannya dari genggaman tangan mereka yang mengeras hingga tanpa sadar ringisan keluar. Dengan sigap, Kelvin menarik Airin mundur ke belakang punggungnya.

"Gentle dikit kalo mau ambil hati cewek, jangan malah mempermalukan dia."

Setelahnya Kelvin membawa Airin pergi dari kerumunan orang-orang.

My Precious Girlfriend ✔Where stories live. Discover now