Part 11

3.3K 317 7
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya. Keluarga Min berkumpul dimeja makan untuk sarapan. Namun kali ini berbeda. Putra sulung keluarga Min tak nampak hadir disana.

"Eomma.."

"Ne tae, wae?"

"Eomma... Apa hyung tak ikut sarapan?"

Tahyung menunduk sambil memainkan jarinya pertanda ia gugup.

Sedangkan pertanyaan yang Taehyung lontarkan jelas membuat Sa Rang kembali merasa bersalah.

"Biarkan hyung mu istirahat dulu tae, nanti eomma yang akan mengantar makanan untuk hyung mu keatas."

Taehyung mendengus, ingin rasanya ia membangunkan Yoongi seperti pagi-pagi sebelumnya. Namun perasaan bersalah lah yang kini lebih mendominasi hati Taehyung. Akhirnya kini Taehyung melanjutkan aksi meminum susunya dengan raut tak selera.

Tap.. Tap.. Tap..

Seorang namja pucat menuruni anak tangga. Lantas mengalihkan atensi 3 orang yang sedari tadi berada di meja makan.

Dengan mengenakan kaos berbalut hem lengan panjang, celana hitam, serta tas yang bertengger apik dibahu kirinya, Yoongi berangkat kuliah pagi ini.

Baru saja ia ingin berjalan menuju pintu utama, suara yang selama ini menemaninya setiap hari menghentikan langkahnya.

"Kau tak sarapan dulu hyung?"

Tanpa menoleh pada sumber suara, Yoongi menjawab dengan suara khasnya.
"Aku sedang tak nafsu makan."

"Nak, kenapa kau berangkat kuliah? Istirahatlah dulu. Eomma yakin kau sedang tak sehat hari ini."

Yoongi tak mengindahkan pertanyaan eomma. Dibawa kaki kecilnya keluar dari rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun.

'Maafkan eomma Yoongi-yaa' batin Sa Rang dalam hati.

Trakk!!

Terdengar suara sendok yang beradu dengan piring dibawahnya.

"Aku selesai. Eomma appa Tae berangkat dulu."

"Hati-hati dijalan nak."

"Ne eomma"

Sepeninggalnya Taehyung dari meja makan, akhirnya Ji Sung buka suara.

"Jangan sedih Sa Rang-yaa.. Akan ku buat Yoongi kita menjadi Yoongi yang dulu kita kenal."

Sa Rang tersenyum sendu. Ia tak yakin akan perkataan Ji Sung. Namun jauh didalam lubuk hatinya ia mencoba percaya. Percaya bahwa Yoongi nya akan berubah menjadi Yoongi yang ia kenal.

"Aku percaya padamu oppa.."

Yoongi POV

Aku terbangun dari tidur singkatku. Masih dalam posisi yang sama. Meringkuk diatas lantai dengan balutan baju yang semalam ku pakai.

Kugerakkan badanku. Aku mencoba untuk berdiri. Badanku limbung ketika pening menghantam kepalaku. Ditambah dengan kondisi tubuhku yang rasanya seperti tak bisa diajak kompromi.

Ya tuhan.. Kumohon hilangkan sakit ini..

Aku tak ingin berlama-lama dirumah ini. Semakin lama aku disini semakin membuat dadaku sesak. Ku putuskan aku akan pergi kuliah. Akan ku buktikan pada appa bahwa Min Yoongi bukanlah anak sialan seperti apa yang appa katakan.

30 menit sudah ku habiskan untuk mandi dan bersiap-siap. Aku keluar dari kamarku dan menuruni anak tangga.

"Hyung kau tak sarapan dulu?"

Sebenarnya aku malas bicara pagi ini.

"Aku sedang tak nafsu makan."

Ingin sekali aku segera pergi dari tempat ini, namun lagi-lagi suara seseorang menghentikan langkahku.

"Nak, kenapa kau pergi kuliah? Istirahatlah dulu. Eomma yakin kau sedang tak sehat hari ini."

'Sakit dihatiku lebih besar daripada sakit ditubuhku eomma'

Aku diam, berfikir sejenak sebelum aku memutuskan untuk melenggang pergi dari sana.

***

Jalanan Seoul masih cukup lenggang hari ini. Jika boleh jujur mataku masih sangat mengantuk. Bagaimana tidak, aku hanya tidur 30 menit setelah bertengkar dengan appa. Itupun dalam posisi yang sangat tak nyaman.

"Appa, kenapa kau semarah itu? Dan eomma, kenapa kau menamparku? Apakah aku seburuk itu? Mianhae, Yoongi telah membuat kalian kecewa."

Setetes cairan lolos begitu saja dari mataku. Biarkan aku menangis pagi ini.

Yoongi POV End

Disalah satu sekolah ternama di Seoul, seorang namja duduk diam memandangi pemandangan luar kelas melalui jendela kelasnya.

Pagi ini, seorang Min Taehyung kehilangan semangatnya.

"Hei Min Taehyung!! Kenapa kau melamun eoh?!"

Rasanya telinga Taehyung ingin pecah saat ini. Bagaimana tidak, namja bantet dengan matanya yang berbentuk seperti bulan sabit tiba-tiba datang dan berteriak tepat disebelah telinga Taehyung.

"Yakk Park Jimin!! Bisa tidak kau tak berteriak eoh?!"

Sang pelaku peneriakan dipagi hari itu hanya bisa tersenyum lebar.

"Habisnya kau pagi-pagi melamun. Memangnya apa yang sedang kau pikirkan eoh? Yeoja?"

"Demi ayam jantan yang tak juga bertelur! Kau ini bicara apa hah? Mana mungkin aku memikirkan yeoja pagi-pagi begini."

Ingin rasanya Jimin menjitak kepala orang yang ada dihadapanya ini. Jimin gemas. Kenapa otak Taehyung selalu saja diisi dengan hal-hal tak jelas seperti itu.

"Yakk pabbo! Sejak kapan ayam jantan bertelur eoh?"

"Hei Park Jimin! Kapan kau bisa membedakan mana lelucon dan mana sungguhan? Cih! Pantas saja kau tak mendapatkan yeojacingu sampai sekarang."

Mata sipit itu membelalak. Apakah Taehyung baru saja menghinanya?

"Kau ini! Sama-sama tak memiliki yeojacingu saja sok-sok an menghinaku. Apa dirumahmu tak ada kaca eoh?!"

"Dirumahku ada banyak sekali kaca. Kau tak perlu bertanya soal kaca dirumahku. Sebaiknya kau-"

"Anak-anak cepat duduk pada bangku kalian masing-masing dan ikuti pelajaran hari ini dengan baik."

"Ne ssaem.."

Semua murid yang ada dikelas duduk pada bangku masing-masing karena kedatangan Choi ssaem.

"Selamat pagi. Baik anak-anak silahkan buka buku kalian pada halaman 32"




















TBC..

JEBAL [myg]Where stories live. Discover now