Part 23

3.1K 297 17
                                    

Seperti nya semesta memang ingin mengujiku~MYG

***

Keheningan melanda penghuni ruangan bernuansa putih itu. Beberapa menit yang lalu Yoongi meminta untuk dipindah keruang rawat biasa. Dan disinilah mereka sekarang, berada pada ruangan yang tak jauh beda dengan ruangan selumnya. Putih dan bau obat. Itu yang ada dalam pemikiran Yoongi.

Anak itu kini tengah duduk dan bersandar pada kepala ranjang tanpa berniat membuka suara sedikit pun.

Sedangkan Jungkook, bocah dengan gigi kelinci nya itu tengah berusaha memikirkan topik pembicaraan apa yang harus ia keluarkan.

Keheningan diantara mereka pecah ketika suara pintu terbuka. Menampakkan sosok pria paruh baya yang tengah menenteng kantong plastik dikedua tangan nya.

"Hei nak, kau sudah siuman? Bagaimana keadaanmu?" tanya Jung Suk sambil meletakkan kresek yang ia bawa keatas nakas.

'Siapa orang ini?'~Yoongi

Jung Suk mendekat. Mengusak pelan surai Yoongi.
"Apa sakit hm?"

Pria paruh baya itu mengelus pelan perban yang ada dikepala Yoongi. Sontak membuat Jungkook membuka suara.

"Appa perban nya jangan dipegangi seperti itu. Kalau hyungnim kesakitan bagaimana? Hyungnim kan baru saja sadar."

Jung Suk menoleh pada sang anak.
"Appa hanya mengelusnya saja kook.."

"Oh iya nak.."
Atensi Jung Suk mengalih pada Yoongi.

"Siapa namamu?"

"Nama?" Ucap Yoongi pelan.

'Nama.. Siapa namaku? Yatuhan kenapa aku tak bisa mengingat apapun..' batin yoongi.

Yoongi memejamkan mata, mencoba mengingat siapa nama nya. Namun nihil, ia tak mengingat apapun.

Semakin ia mencoba untuk mengingat, semakin sakit rasa pusing yang menghantam kepala nya. Sungguh Yoongi tak mampu mengingat apapun sekarang.

Mata sipit itu terbuka, menjatuhkan cairan bening yang tiba-tiba saja mendesak untuk keluar.

Jungkook melihat itu. Tangan nya meraih tangan putih Yoongi yang terbebas dari infus, mencoba memberi kekuatan dari sana.

"Hyungnim kenapa menangis? Uljima ne.. Kan ada kookie.."

"Kalian siapa?" Seolah mengintimidasi, suara itu keluar dengan sangat dingin.

"Hyungnim tak mengingatku? Kitakan pernah berbincang sebelumnya."

"Iya nak, apa kau tak mengingat kelinci bongsor ini?" Ucap Jung Suk membenarkan.

Yoongi menggeleng, mata nya menatap lurus kedepan.
"Aku tidak bisa mengingat apapun.."

***

Seokjin kini tengah berjalan mondar mandir diatap gedung kampus nya.

Ia memikirkan Yoongi. Tak biasanya Yoongi membolos. Yang Seokjin tau, sesiang apapun anak itu bangun, Yoongi akan tetap berangkat kuliah.

Lalu kemana dia sekarang? Bahkan Yoongi tidak menghubungi Seokjin kalau dia tak berangkat kuliah. Apa terjadi sesuatu dengan anak itu?

"Aku sudah menelfon nya. Kenapa tidak diangkat? Eeemmmm bagaimana ini.. Ah aku harus menghubungi teman nya."

Seokjin menghentikan aksi mondar mandir nya. Membuka benda pipih persegi panjang dan mencari sebuah nomor dengan nama "TEMANYA YOONGI" disana.

Dari mana Seokjin mendapatkan nomor itu? Ah iya! Seokjin mendapat nomor itu ketika Yoongi bercerita soal kemarahan Ji Sung beberapa waktu lalu. Waktu itu Yoongi berjalan tepat didepan Seokjin. Tak sengaja Seokjin melihat ponsel Yoongi tertinggal dibangku atap.

Seokjin membuka ponsel milik Yoongi dan berharap semoga Yoongi tak menoleh kebelakang. Pemuda berbahu lebar itu berhasil mendapatkan nomor yang ia cari namun lupa memasukkan nama pemilik karna Yoongi terlebih dahulu memergoki nya.

"Yeoboseo.."
Suara berat terdengar dari seberang telfon.

"Oh hai, aku Seokjin teman kuliah Yoongi. Apa kau bersama nya sekarang?"

"Tidak, Yoongi sudah lama tak menemui ku. Memang ada apa?"

Seokjin semakin gusar.
"Tidak ada. Hanya saja dia tidak masuk hari ini. Apa kau tau dia kemana?"

"Mianhae tapi aku tidak tau. Kenapa kau tak mecoba datang kerumah nya saja? Siapa tau dia dirumah"

Sekjin tersenyum.
"Ide bagus!! Aku akan kesana nanti. Oh iya, siapa namamu?"

"Kau menelfonku tapi tak tau namaku?!"

Seokjin menjauhkan ponselnya.
"Tak usah berteriak juga pabbo! Sebutkan saja kenapa?! Susah sekali."

"Kau yang pabbo! Namjoon, Kim Namjoon"

"Baiklah, aku Kim Seokjin panggil saja aku Jin Hyung."

"Jin hyung?"

"Ne. Kau harus memanggilku hyung karna Yoongi juga memanggilku hyung. Yoongi teman mu, jadi aku juga temanmu."
Putus Seokjin telak.

"Orang aneh!"

Mata Seokjin membola. "Apa kau bilang?! Hei aku lebih tua darimu asal kau tau!"

"Haaahhh baiklah baiklah, senang berkenalan denganmu Jin hyung."

"Nah bagus! Yasudah kumatikan dulu"

"Nde"

Pip

***

"Maafkan kami Tuan.." Ucap Gong Yoo seraya menundukan kepala.

"Apa maksud anda uisa?"

Tanya Jung Suk yang kini tengah duduk tepat dihadapan Gong Yoo. Dokter paruh baya itu mengajaknya kesini setelah memeriksa keadaan Yoongi beberapa menit yang lalu.

Gong Yoo menghembuskan nafas kasar.
"Ini sungguh diluar dugaan. Perkembangan kondisi pasien berbanding terbalik dengan ingatan nya. Anak anda mampu melewati masa kritisnya, ia juga mampu siuman lebih cepat dari hitungan kami. Namun sayangnya ingatan pasien tidak bisa dipertahankan didalam kepala nya. Dengan sangat menyesal saya harus mengatakan bahwa sekarang anak anda mengalami amnesia. Maafkan kami karna kemungkinan seperti ini tidak dapat kami baca sebelumnya."

Uisa paruh baya bermarga Gong itu hanya bisa menunduk.

Ji Sung menatap dokter dihadapannya dengan tatapan mengerti. Ia tau Gong Yoo sudah berusaha sebaik mungkin untuk menangani namja yang menolong anak nya beberapa waktu yang lalu.

"Lalu apa yang harus kami lakukan uisa?"

Gong Yoo mendongak, menatap kedua mata Jung Suk.

"Berikan dia semangat, hibur dia dalam masa-masa seperti ini. Saya yakin anak anda akan berusaha mengingat semua nya. Itu memang bagus, tapi jangan biarkan dia sampai menyakiti diri nya sendiri. Semakin dipaksa ingatan itu untuk kembali, resiko yang anak anda dapatkan akan semakin besar. Biarkan ingatan itu kembali dengan sendiri nya. Karna dari hasil pemeriksaan dapat saya katakan anak anda tidak akan mengalami amnesia permanen."

Jung Suk mengangguk paham. Pria paruh baya itu kini berdiri dan membungkuk didepan Gong Yoo.

"Terimakasih uisa, akan saya jalankan masukan dari anda."

"Sama-sama tuan. Ini sudah menjadi kewajiban kami sebagai tim medis dirumah sakit ini."
Balas Gong Yoo yang ikut membungkuk.

"Saya permisi"

Gong Yoo tersenyum lembut.
"Silahkan tuan.."




TBC..

JEBAL [myg]Where stories live. Discover now