[114]

1K 145 11
                                    

Kelasnya udah kelar dari jam empat tadi. Chang-Min sekarang lagi santai di taman fakultas, duduk aja sendiri di depan air mancur.

Ini udah rokok ketiganya, ya gitu dari tadi kerjaannya ngelamun, liatin langit. Chang-Min lagi mikirin banyak hal.

"Misi, Kak. Numpang duduk, ya."

Chang-Min ngangguk aja terus agak geser duduknya. Dia ga noleh ke orang yang izin tadi, ga terlalu peduli juga.

Sampai ada tangan yang ngerangkul bahunya, barulah Chang-Min noleh.

"Eh? Kakak kok di sini?"

Waduh, ketauan deh si Chang-Min sama Young-Hoon.

Si kakak senyum aja ngeliatin Chang-Min. "Ada perlu bentar sama temen."

Mereka berdua diem-dieman, ga ngobrol. Ga tau kenapa kayak ga ada yang bisa diobrolin gitu.

Young-Hoon masih kepikiran Chang-Min sama Um-Ji. Dia mau nanya langsung, tapi kayaknya belum waktu yang tepat.

"Kak, nanti malem aku mau ke tempat Kevin, ya."

Chang-Min lagi liatin wajah kakaknya, Young-Hoon terang aja kaget. "Mau ngapain?"

"Main aja."

"Kamu ga bakat bohong loh, Sayang."

Bener, sih. Chang-Min ga bakat bohong, apalagi ke Young-Hoon.

"Ada yang mau kamu ceritain?" tanya Young-Hoon lagi.

Rokoknya Chang-Min udah abis, jadi sama Young-Hoon dia peluk. Kasian kayaknya Chang-Min kepikiran banget.

"Harusnya aku ga ngomong kayak gitu ke Ye-Won." Chang-Min mukanya tenggelem di leher Young-Hoon, tapi suaranya masih kedengeran. "Dia udah hidup baik-baik aja selama ini."

"Bukan salah kamu, kok."

"Tapi dia stres gara-gara aku. Jadi kepikiran yang dulu-dulu."

Um-Ji masih nyesel kalau aja dia berani ungkapin perasaannya dulu ke Chang-Min mungkin Chang-Min sekarang ada di Seoul, ga kabur ke sini.

"Tapi kamu beneran suka sama dia dari dulu?"

Satu pertanyaan ini biasa aja sebenernya, tapi karena Young-Hoon yang nanya langsung jadinya bikin Chang-Min makin ngerasa bersalah.

"Maaf, Kak ...."

Kalau pelukannya udah makin erat begini pasti Chang-Min nangis. Dan bener aja, lehernya Young-Hoon kerasa basah.

Sama Young-Hoon diusap kepalanya. "Ga perlu minta maaf, oke? Kamu ga salah apa-apa.

"Lain kali kalo ada masalah langsung cerita, ya? Udah mau nikah ga baik kalo kita kayak gini terus."

Satu anggukan dari Chang-Min bikin Young-Hoon senyum. Dia ciumin kepalanya Chang-Min sampai pacarnya itu ketawa.

"Geli, Kak!"

"Biarin, hukuman buat kamu masih sakit kok udah ngerokok."

"Hehe, maaf."

Young-Hoon ngelepas pelukannya, ngusap air mata Chang-Min. "Kakak nelpon Kevin bentar."

Chang-Min balik liatin langit sementara Young-Hoon udah sibuk sama ponselnya.

Dia sadar ada beberapa orang yang merhatiin mereka, entah kenal atau engga.

Emang ga ada yang tau kalau mereka pacaran sih. Kayaknya bakalan mulai nyebar gosip.

Ga apa-apa, Chang-Min masa bodo aja.

Agak lama, akhirnya diangkat juga sama Kevin.

"Napa, Hoon?"

"Capek banget kayaknya, Vin." Young-Hoon kayak aneh gitu sama suara Kevin.

"Ga bisa tidur semalem."

Young-Hoon ngerasa aneh beneran. Apa Kevin sakit? Atau saking kepikirannya sama masalahnya jadi kayak gitu?

"Oh ... Udah mikirin sarannya Jacob?"

"Udah, tadi abis minta cuti ke bos."

"Eh iya, btw gue sama Chang-Min mau main ke situ, lo masih ada di unit weekend ini?"

Chang-Min refleks noleh ke Young-Hoon. Lah ini si kakak bakalan ikut??

"Ada, kok. Gue berangkat Senin pagi."

"Hyun-Joon diajak?"

"Pengennya, sama Nana juga. Tapi gue belum bilang."

Ngobrol-ngobrol bentar, masalah apaan tau Chang-Min ga terlalu ngerti. Akhirnya panggilannya dimatiin.

Young-Hoon tiba-tiba meluk Chang-Min, gemes gitu. "Ih kamu kenapa sih lucu banget."

Padahal tadi image Chang-Min udah keren banget loh. Diem duduk depan air mancur, ngerokok, wajahnya diterpa sinar matahari. Udah ganteng banget pokoknya.

Eh ketemu Young-Hoon malah diuyel-uyel pipinya.

"Kakak ih diem diliatin orang, tuh!"

"Biarin aja."

"Nanti fans-nya berkurang loh."

"Kakak ga ngurus, tuh."

"Ihh!!!"

Young-Hoon seneng banget udah bisa meluk Chang-Min kayak gini lagi. Mereka bercanda aja begini sampai Chang-Min akhirnya nyubit pinggangnya Young-Hoon.

"Ih kok nyubit??"

"Biarin!"

Chang-Min bangun terus jalan ninggalin Young-Hoon.

Sama si kakak disusul sih, dianya masih sambil ketawa liat Chang-Min ngambek.

"Dinner-nya di luar aja, yuk?"

Denger itu bikin Chang-Min balik badan, senyum berbinar dan nyamperin Young-Hoon.

Sekarang Young-Hoon yang sok jual mahal waktu Chang-Min mau rangkul lengannya.

"Eh? Ga jadi, deh. Enakan makan di rumah."

"AH KAKAK MAH!!"

"Hahahahaha ...."

Berantem aja emang kerjaannya.

Mereka jalan samping-sampingan ke mobilnya Young-Hoon.

Chang-Min dari tadi kayak denger suara geter gitu.

"Kak, ponselnya geter, ya?"

Dari tadi tangan Young-Hoon yang satunya emang lagi megangin ponselnya. "Iya, biarin aja."

"Kenapa ga diangkat? Dari siapa?"

Chang-Min masih natap matanya Young-Hoon. Dia ngerasa ada yang ga beres.

Bener aja, Chang-Min iseng ngambil ponselnya Young-Hoon dan liat nama kontaknya.

"Dari mamanya kok ga diangkat?"

Muka Chang-Min polos banget. Dia ga ngerti kenapa Young-Hoon kok ga mau angkat telponnya.

Young-Hoon ngecup bibirnya sekilas, terus ngusap rambutnya Chang-Min. "Ke salonnya hari ini, yuk? Kakak bolehin deh rambutnya warna oren."

Senyuman Young-Hoon beda. Chang-Min ngerti kalau Young-Hoon ga mau bahas hal itu.

Jadinya Chang-Min ngangguk aja terus mereka jalan lagi ke mobil.

Waktu Young-Hoon nyium Chang-Min tadi, dia ga sadar banyak orang yang ga sengaja liat. Rata-rata mahasiswa fakultasnya Chang-Min, dan mereka semua kenal Chang-Min tentunya.

Banyak juga yang kenal Young-Hoon, ya karena dia populer banget.

"Is that Young-Hoon from Psychology?"

"I think so ... with Chang-Min?"

Bener, kan. Gosip kesebar.

Young-Hoon udah ga peduli mau orang lain tau atau engga.

Pembangkangan dia baru aja dimulai. Rencana yang udah dia susun rapi udah mulai dijalanin.

Life Is Not Only Yours (Book 1) || The BoyzWhere stories live. Discover now