Chapter 4

74.3K 2.4K 18
                                    

Pukul 12.05, Kenzie, Felix, Lily serta Alvian sudah tiba menghampiri Celline dan Tania.

"Kalian habis meeting?" tanya Lily sambil mengaduk orange juice miliknya.

"Tania, bukan gue." enteng Celline.

"Lha, Tania minta temenin lo, Cel? Ngerepotin banget emang dia." celetuk Felix.

"Ih, kamu gitu banget deh, sayang!" protes Tania tak terima. "Aku nggak enak aja meeting bedua sama client. Apalagi clientnya cow-"

"Clientnya cewek banyak ngomong, jadi Tania nggak mau ribet sendirian." potong Celline sambil memberi kode pada Tania.

Tania cukup paham kode yang diberikan Celline. Gawat jika Kenzie tau yang sebenarnya.

"Hah? Cowok atau cewek?" tanya Alvian untuk memperjelas. Merasa ada yang janggal karena tadi Tania sempat menyebut cow- sedangkan Celline malah bilang cewek.

"Cewek. Emang banyak omong banget, makanya gue males." bohong Tania. Demi menyelamatkan Celline.

Alvian, Felix dan Lily beroh-ria, tidak terlalu memikirkan. Sementara Kenzie hanya menjadi penonton saja, dia paling tidak tertarik membicarakan orang lain.

Tidak ada obrolan lagi setelah itu. Mereka sibuk dengan hidangan dipiring masing-masing. Lima belas menit berikutnya mereka kembali ke kantor.

----------

Malam harinya keenam sahabat itu berkumpul di rumah Alvian. Sekedar melepas penat di padatnya kerja. Sudah sering seperti ini walau sebenarnya tidak penting-penting amat, tapi rutin mereka lakukan.

Celline, Tania dan Lily memasak di dapur. Tidak ketiganya, hanya Lily. Celline dan Tania hanya menemani dan membantu seadanya, karena mereka berdua tidak jago masak seperti Lily.

"Raka ganteng kan, Cel? Makanya gue salting banget dan butuh teman meskipun cuma meeting."

"Semua cowok ganteng, kalau cantik berarti cewek." jawab Celline super klasik.

Tania mendengus sebal, "Tapi maksud gue gantengnya di atas rata-rata."

"Raka?" Lily mengulangi nama itu. "Siapa?"

"Penggemar barunya Celline." celetuk Tania sembari terkikik geli. "Itu loh, client baru gue."

"Oh, jadi kalian meeting sama Raka. Bukan sama perempuan banyak omong?"

"Iya, tadi siang lo tau lah gimana keadaannya." singkat Tania diangguki dengan cepat oleh Lily. "Dan Raka langsung jadi penggemar Celline."

"Bukan Ly, lo jangan percaya sama Tania."

"Raka suka sama Celline?" tanya Lily sambil mengaduk sup dalam panci.

"Iya." jawab Tania dengan mantap.

"Nggak." sanggah Celline.

"Ah, lo gimana sih!" cibir Tania. "Ditaksir orang ganteng kok nggak mau. Gue aja malah berharap dia naksir gue. Eh, sekalinya malah muji lo cantik."

"Raka muji Celline cantik?" ulang Lily.

"Siapa yang muji Celline cantik?"

Suara itu!

Ah, Celline hanya bisa berdoa semoga dia tidak mendengarnya dengan lengkap.

"Eh, Kenzie?" kikuk Lily. Perempuan itu merasa sudah salah bicara disini.

Suara yang bertanya tadi adalah suara Kenzie yang tiba-tiba nimbrung masuk ke dapur.

"Nyokap gue, Ken. Dia selalu aja muji kekasih lo cantik." Tania paham apa yang harus dilakukan disini; Melindungi Celline.

LIMERENCEWhere stories live. Discover now