Chapter 26

32.2K 1.2K 46
                                    

"Celline..." panggil Kenzie dari luar kamar.

"Hmmm..." gumam Celline dengan suara lemahnya.

Cklek!

Pintu kamar Celline terbuka, menampilkan laki-laki itu yang sudah sangat rapi dengan jeans hitam beserta kaos warna senada dan jaket biru dongker.

"Loh, kamu kok belum siap-siap? Katanya mau jalan, yang?" Kenzie mendekati tubuh Celline yang sedang meringkuk di balik selimut tebal.

"Nggak jadi, deh."

"Why?" Kenzie naik ke tempat tidur dan memeluk wanita di balik selimut tersebut.

"Mendadak perutku nggak enak."

Kenzie melepaskan rengkuhannya. "Ayo ke rumah sakit. Atau mau panggil dokter kesini?"

"Nggak usah, nanti juga baik-baik aja kok."

"Nggak bisa. Kita harus ke rumah sakit. Aku takut dia kenapa-kenapa."

"Cuma kram biasa, Ken. Ini udah sering terjadi kalau mau datang bulan."

Keduanya tidak menyadari dengan kata dia yang terlontar. Kenzie tidak sadar mengucapkannya dan Celline tidak sadar mendengarnya.

Kenzie menautkan kedua alisnya. Wanita itu tidak akan datang bulan selama beberapa bulan ke depan. Lalu apa penyebab kram perut tersebut?

Kenzie mengambil ponselnya dari saku jaket. Ia membuka aplikasi kesehatan yang baru dua hari lalu di unduh. Kenzie memang antisipasi jika terjadi hal tabu begini, maka dia akan bertanya pada dokter di aplikasi tersebut. Hanya Kenzie yang tau kehamilan Celline, maka Kenzie juga yang harus sepenuhnya menjaga Celline.

Dan akhirnya Kenzie mendapat jawabannya bahwa kram saat hamil muda memang umum terjadi. Penyebabnya juga sudah Kenzie ketahui antara perubahan hormon, pembesaran ukuran rahim atau peregangan ligamen di perut. Namun Kenzie agak bergidik saat mendapati jawaban untuk waspada jika kram tersebut terjadi berkepanjangan karena mungkin saja berindikasi keguguran atau kehamilan ektopik.

"Yakin nggak mau ke dokter, Cel?" Kenzie meletakkan ponselnya ke nakas, lalu kembali memeluk Celline.

"Nggak perlu."

Kenzie beranjak dari tempatnya dan segera keluar kamar Celline. Entah pergi kemana.

Namun tak lama kemudian pria itu kembali sembari membawa segelas air putih dan buah apel yang sudah di kupas dan di potong. Dan pria itu sudah mengganti penampilan dengan celana kain selutut dan melepas jaketnya.

"Duduk dulu," titah Kenzie.

Celline pun menuruti. Ia duduk bersandar pada kepala ranjang, lalu Kenzie membantu Celline untuk minum air mineral, setelahnya menyuapi potongan apel tersebut.

"Ken, aku beneran nggak apa-apa?" tanya Celline dengan mulut penuh apel.

"Kenapa? Kok nanya gitu?"

"Hasil tes darah waktu itu beneran aku nggak kenapa-kenapa?" Celline memperjelas pertanyaannya.

"Iya, baik-baik aja."

"Tapi kenapa akhir-akhir ini aku jadi lemah banget, ya? Maksudku, dikit-dikit ada aja keluhannya."

"Seperti yang waktu itu aku bilang, kamu butuh banyak istirahat. Just it."

Celline mengangguk. Tak menyanggah ucapan Kenzie karena lebih menikmati apel yang ia kunyah dengan seksama. Celline juga mengambil ponselnya untuk dimainkan.

"Masih kram, Cel?"

Celline menggeleng, namun tak mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Dari yang Kenzie lihat, wanita itu sedang menonton sebuah musik video yang sedang tranding.

LIMERENCEWhere stories live. Discover now