Chapter 30

43.2K 1.4K 48
                                    

"Pergi!"

"Get out!"

"Aku nggak mau ketemu lagi sama kamu!!"

Kenzie tetap memaksa mendekat meski Celline sudah jerit-jerit mengusirnya. Lalu Kenzie mendekap paksa tubuh Celline meski dadanya harus menjadi sasaran pukulan wanita itu.

Sakit.

Bukan pukulan Celline yang membuat sakit, tapi melihat Celline menangis-nangis demi memintanya pergi.

"Sayang..." lirih Kenzie sembari mengusap punggung Celline.

"Lepasin!"

"I hate you!!"

"Lepas!"

Brugh!

Entah mendapat kekuatan dari mana, Celline berhasil mendorong Kenzie dan membuatnya tersungkur di lantai. Mungkin memang keadaan tubuh Kenzie yang memang sedang lemas.

"Pergi!"

Celline terus memekik sambil menangis. Wanita itu masih takut melihat Kenzie. Masih terbayang-bayang betapa kejamnya laki-laki yang ia cinta.

Kenzie bangkit dan kembali mendekati Celline yang terus saja meraung mengharap kepergian Kenzie. Tapi laki-laki itu tidak peduli. Tidak ingin jauh dari Celline. Enak saja, semalam suntuk dia yang menemani wanitanya, masa' harus pergi begitu saja. Sekarang ini waktunya mereka berbicara guna menyelesaikan masalah.

"Sayang," Kenzie meraih tangan Celline, namun ditepis bahkan saat belum tersentuh.

"Aku minta kamu pergi!!" pekik Celline lagi bersamaan tangis yang semakin histeris.

"Maaf, Cel. Maaf," sesal Kenzie.

"Kita putus!" tegas Celline.

Dunia Kenzie terasa berhenti berputar.

"Pergi sekarang! Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi."

Tidak peduli dengan penolakan dan ketidak sukaan Celline, tapi Kenzie tetap memeluk erat wanita itu. Bahkan ikut menangis. Kenzie tidak ingin kehilangan Celline.

"Maaf, sayang..." parau Kenzie. "Kamu boleh marah sama aku, boleh pukul aku, bebas lakukan apa aja, tapi tolong jangan putus."

"Aku cuma mau putus."

Kenzie melepaskan rengkuhannya. Kemudian mengambil sesuatu dari laci nakas—benda yang dari semalam ia simpan disana—setelahnya mengulurkan pada Celline.

"Aku cuma mau kamu pergi! Aku nggak butuh apapun." Celline masih saja menangis. Menatap Kenzie sama saja seperti menabur garam di atas luka.

"Lihat dulu. Dia perlu kita."

"Setelah aku lihat, kamu harus pergi." Celline membuat penawaran.

"Aku nggak akan kemana-mana. Kita akan selalu sama-sama." jawab Kenzie dengan percaya diri. Padahal hatinya sedang takut setengah mati.

"Nggak!"

Kenzie memaksa memberikan kertas kecil—yang sejak tadi menggantung di atas tangannya—ke atas telapak tangan Celline.

"Balik." perintah Kenzie.

Perlahan Celline membalik kertas itu.

Deg!

Wanita itu tidak bodoh untuk tahu bahwa kertas tersebut adalah hasil USG.

----------

"Kenapa, sih, ma? Kok mondar-mandir?" tanya Cherly.

Mulan duduk di sofa sebelah anak bungsunya. "Mama telepon kakakmu dari semalam, tapi nggak ada jawaban."

LIMERENCEWhere stories live. Discover now