Chapter 20

42.8K 1.4K 52
                                    

Pagi ini suasana hati Kenzie sedang kacau. Beberapa karyawan yang berpapasan dan tersenyum ramah kepadanya hanya mendapat tatapan tajam. Bahkan officie boy yang hampir Kenzie tabrak mendapat bentakan mengerikan. Alvian dan Felix sudah mencoba mencairkan suasana, namun sepertinya Kenzie sedang tidak ingin bercanda pagi ini. Jangan tanya apa penyebabnya. Memang apa lagi jika bukan Celline.

Semalam Kenzie sudah mengirimi banyak pesan dan menelepon Celline berulang kali, tapi wanita itu terlalu angkuh untuk merespons. Pagi tadi Kenzie datang untuk menjemputnya, naas karena Celline sudah lebih dulu berangkat. Rasanya, Kenzie ingin meremukkan kedua kaki Celline agar wanita itu hanya bisa diam disuatu ruangan bersama Kenzie dan mereka menghabiskan waktu di dunia ini berdua saja. Seumur hidup.

Kenzie setengah berlari mendatangi ruang kerja Celline. Dan ia langsung lega melihat wanita pujaannya itu duduk tenang di kursi kerja. Terlihat begitu serius dalam bekerja.

Pria itu berjalan mendekati Celline, kemudian menariknya dan memeluk wanitanya dengan erat. Celline cukup kaget, tapi dia membiarkan pria arogan itu memeluknya dengan erat. Karena mengelak pun Kenzie tak akan melepaskannya.

"Aku minta maaf, Cel." lirih Kenzie.

Celline menghela napas. "Aku lagi banyak pekerjaan."

"Kamu bisa selesaikan nanti. Sekarang waktunya menyelesaikan permasalahan kita."

"Yaudah, sekarang kamu maunya apa?"

"Biarin aku peluk kamu dulu." jawab Kenzie sembari mengeratkan pelukannya.

Celline hanya berdiam diri tanpa membalas pelukan Kenzie. Membiarkan laki-laki itu memeluknya dan menenggelamkan wajah di ceruk lehernya.

Lama mereka berada di posisi seperti itu hingga Celline mulai merasa berat karena Kenzie terlalu menumpu tubuhnya.

"Udahan, berat." eluh Celline.

Kenzie melepas pelukannya. Menatap sendu kedua manik indah Celline. Lalu mereka kembali terdiam. Menikmati tatapan satu sama lain untuk meyakinkan lagi isi hati masing-masing.

"Aku minta maaf." ujar Kenzie dengan tulus.

Celline berpindah posisi ke sofa. Duduk bersandar sambil melipat tangan di depan dada.

"Kenapa, sih, Cel, susah banget tinggal maafin doang?" Kenzie mulai kesal karena terus menerus merasa diabaikan.

"Maaf itu diberikan dengan tulus, Ken. Kamu nggak bisa maksa gitu, dong."

Kenzie berjalan mendekati Celline, kemudian berlutut di bawah kaki wanita itu. "Aku harus apa supaya kamu mau maafin aku?"

Celline mengedikkan kedua pundaknya.

"Kamu mau apa? Aku akan kasih apapun yang kamu mau sebagai bentuk permintaan maaf."

"Kamu pikir aku cewek apaan?!" ketus Celline.

"Bukan gitu, Cel." Kenzie meraih kedua tangan Celline untuk ia genggam. "Cuma sebagai bentuk maaf aku untuk kamu."

"Nggak semua hal bisa ditukar dengan uang ataupun barang."

"Aku udah nggak tau lagi gimana caranya supaya dimaafin sama kamu." sahut Kenzie yang sudah sangat putus asa.

"Yaudah, dimaafin." Celline terdengar malas mengucapkannya.

"Bener?" Kenzie mulai melengkungkan bibirnya.

"Hmmm..." dehem Celline. Mewakili jawaban iya.

Kenzie langsung menindih tubuh Celline untuk kembali memeluknya. Tidak peduli posisi absurd mereka, intinya Kenzie merasa senang sudah dimaafkan.

LIMERENCEWhere stories live. Discover now