Chapter 42

26.5K 1.2K 69
                                    

Semalam, Raka benar-benar menghubungi Celline untuk mengatur pertemuan keduanya. Jika kemarin siang pria itu menawarkan apartment-nya atau rumah Celline, justru tadi malam Celline dipaksa menyetujui apartment Raka. Ada perasaan tidak enak dan takut yang menyelimuti Celline, namun tidak ada pilihan lain selain menyetujui karena Raka terus mengancam.

"Pintunya dibuka, kalau lo nggak setuju gue balik sekarang." pinta Celline dengan tegas.

"Kalau lo nekat balik, gue bakal kasih tahu cowok lo, Cel." Raka tak mau kalah, ikut mengancam.

"Terserah. Lo kasih tahu Kenzie, maka kesempatan ngobrol kita nggak akan pernah ada lagi." Celline segera berbalik dan ingin pergi, tetapi Raka menahannya.

Memeluk Celline.

Dengan spontan Celline mendorong pria itu.

"Jangan berbuat nggak sopan, Raka!" tegas Celline.

Raka menarik Celline untuk duduk di sofa yang langsung menghadap ke arah pintu yang terbuka lebar.

"Tadinya gue menerima saat di cafe lo bilang udah punya pacar, Cel. Tapi setelah itu, setelah gue dengar cerita dari Tania tentang cowok lo, gue rasa lo salah memilih pasangan."

Celline menyeringai remeh. "Sebenarnya apa yang lo kasih ke Tania, sampai dia mau memberitahu semua cerita tentang gue ke lo?"

"Karena kita peduli sama lo, Cel."

"Gue sangat amat berterima kasih karena kepeduliaan kalian. Tapi kalian nggak bisa menghakimi Kenzie tanpa kalian tahu gimana dia yang sebenarnya."

Raka menghela napas perlahan. "Cowok yang berani main tangan ke perempuan itu pengecut, Cel. Lo yakin akan menikah sama dia?"

"Terus cowok yang ngajak ketemu calon istri orang dengan cara mengancam itu bukan pengecut?"

Skak mat.

Raka pikir dirinya akan dengan mudah mempengaruhi Celline. Tapi nyatanya tidak.

"Lo masih punya waktu untuk mundur, Cel. Gue siap menggantikan posisi dia."

Celline tertawa. Mengejek dan mengasihani pria itu.

"Gue siap menerima anak itu sebagai anak gue."

Tawa Celline berhenti. "Tania juga yang kasih tahu?"

Raka mengangguk. "Gue sayang sama lo, Cel. Nggak masalah kalau yang lo nikahi pria baik-baik, tapi Kenzie enggak."

"Kenzie baik," Celline semakin menatap Raka dengan pandangan tidak suka. "Dengan caranya."

"Menikah artinya lo akan menghabiskan hidup lo sama dia. Sama anak kalian. Apa lo nggak takut Kenzie akan nyakitin kalian sepanjang hidup?"

"Demi Tuhan, bukan ranah lo untuk menghakimi Kenzie. Gimana hidup gue kedepannya, itu urusan gue."

"Pikirin sekali lagi, Cel."

"Gue tahu, Kenzie bukan pria yang selalu bisa lembut. Dia memang selalu mengedepankan sikap pemarah dan kasarnya. Tapi bukan berarti itu jadi alasan gue meninggalkan dia. Kalau gue nurut sama dia, gue yakin Kenzie akan baik-baik aja ke gue." Celline memberi penuturan dengan lembut. Berharap pria itu mengerti dan tidak lagi mempengaruhi Celline dengan hal yang tidak-tidak.

"Lo juga harus pikirin masa depan anak lo, Cel."

"Kenzie nggak akan macem-macem sama anaknya. Gue yang tahu seberapa keras dia ingin mempertahankan anaknya."

Raka memandang Celline dengan sendu. Love at first sight memang laki-laki itu rasakan pada Celline. Tapi Raka bukan orang jahat yang akan merebut pacar orang.

LIMERENCEWhere stories live. Discover now