Victim 06

887 47 23
                                    

"I Didn't Want To Hurt Them. I Only Wanted To Kill Them." David Berkowitz

Tatapan mata itu tidak lagi menunjukan keangkuhan, kini berganti dengan ketakutan yang mendalam. Kaki dan tangannya terikat  dengan erat hingga membuat kulitnya terluka dan berdarah. Namun, kesakitan yang luar biasa dirasakan pada area sekitar perut yang menerima hantaman balok kayu yang kini tergeletak begitu saja.

Sosok dengan jaket berwarna hitam segelap malam berjalan perlahan mendekati mangsa yang sudah tak berdaya. Senyumnya menghiasi wajah yang hanya terlihat sebagian saja karena tertutup tudung jaket dan terlindung oleh malam. Suara tawanya yang pelan dan dingin itu akan membuat bulu kuduk siapapun merinding. Wanita dengan rambut tergerai berantakan itu menggeleng memohon ampunan atas nyawanya dan kembali menangis.

"Hushhh.. ini tidak akan lama, sedikit sakit tapi ... tidak akan lama. Aku janji!!" bisiknya dekat dengan telinga sang korban. Perlahan dia mengencangkan tali yang sudah melilit pada leher gadis yang mulai menegang. Matanya membesar. Kaki yang terikat itu meronta, dan butiran bening yang keluar dari ujung matanya terus mengalir sejak tadi.

Kini dia berdiri memandangi wanita yang tak lagi bernyawa dengan tatapan kosong. Dia berjongkok dan merapikan rambut korban yang menutupi wajahnya yang pucat. Kemudian mengeluarkan sebuah benda kecil dari salah satu saku jaketnya. Sebuah lipstik merah dioleskan dengan hati-hati pada bibir wanita yang sudah mulai membiru itu. Sekali lagi dia tersenyum puas. Diambilnya tali yang dia gunakan untuk mencekik korban dan meninggalkan korban begitu saja.

Suara sirene yang berasal dari mobil ambulan dan mobil patroli polisi saling bersahutan, saat itu pukul satu dini hari, Ibu Kota memang tidak pernah sepi tapi tidak semencekam ini.

Para polisi dengan wajah yang lelah dan hampir frustrasi berkeliaran di daerah tersebut. Memasang police line agar TKP tidak tercemar oleh orang-orang yang ingin tahu lebih banyak. Beberapa saat yang lalu telah ditemukan kembali sosok mayat perempuan dalam keadaan tangan dan kaki terikat tali tambang. Para petugas keamanan melakukan pemeriksaan terhadap mobil yang melewati kawasan sekitar TKP untuk memastikan pelaku pembunuhan terhadap wanita yang mereka temukan tidak melarikan diri, walau mungkin sedikit terlambat.

"Ya Ampun, jam segini aja Jakarta macet, capek!" ujar wanita dengan wajah lelah melihat antrian kendaraan yang hendak diperiksa oleh petugas keamanan.

"Ada apa yah? Ada ambulan sama banyak polisi begini?" tanya pria berkacamata yang fokus di balik kemudinya.

"Paling ada yang mati!" ujar wanita berambut keriting itu santai dan menurunkan kaca mobilnya. "Permisi Pak! Ada apa ya, Pak?" tanyanya kepada salah satu petugas yang berada tidak jauh dari kendaraan mereka yang menepi sambil melepaskan blezer yang tadi dia kenakan.

"Selamat Malam, Bapak dan Ibu. Maaf jika mengganggu perjalanannya. Kami sedang melakukan pemeriksaan identitas serta akan menanyakan beberapa pertanyaan seputar keberadaan Bapak dan Ibu sekitar dua jam yang yang lalu." Petugas tersebut lalu mengeluarkan sebuah notes dan pulpen dari saku celananya.

"Apakah saya bisa melihat identitas Bapak dan Ibu?" tanya si petugas. Wanita itu mengeluarkan serta menyerahkan kartu identitas dirinya dan pria yang duduk di sebelahnya kepada sang petugas

"Bapak dan Ibu ...,Ditama?" wanita itu mengangguk membenarkan.

"Di mana keberadaan Bapak dan Ibu dua jam terakhir?" tanya sang petugas lagi.

"Kalau saya, sudah pasti masih di kantor. Tidak jauh dari sini. Astor Corp, saya kerja di sana," jawab wanita yang berkulit sawo matang itu sambil melirik pria yang di sebelahnya.

"Kalau saya, dua jam yang lalu baru turun dari rumah untuk menjemput istri saya ini, Pak," jawab pria berkacamata itu sedikit menunduk untuk melihat wajah sang petugas.

"Dua jam?" Petugas itu seolah bertanya.

"Ya, rumah kami di Bogor!" sahut wanita yang wajahnya sudah mulai kesal, atau mungkin anya lelah.

"Baik, Bapak atau Ibu jika ada pertanyaan lebih lanjut apakah bersedia untuk dihubungi?" tanya petugas dengan postur tinggi dan tegap kepada pasangan suami istri itu.

"Tentu, Pak!" jawab sang suami ramah, tidak enak dengan tingkah istrinya.

"Baik, silahkan lewat sini, Pak. Terima kasih atas kerja samanya dan hati-hati di jalan, selamat malam."

Pria berkacamata dengan alis yang tebal kembali fokus ke jalan setelah berhasil melewati antrian mobil yang masih melakukan proses tanya jawab bersama beberapa petugas kepolisian.

"Lupa nanya, jadi tadi ada apa ya?" tanya sang suami tiba-tiba, membuat wanita di sebelahnya memandangnya dengan tatapan tidak percaya.

"Sayang, kamu tuh penulis novel misteri masa nggak bisa nebak itu kejadian apa? Mereka nggak akan repot-repot nanya satu-satu kendaraan pada jam tidur begini kalau bukan kejadian besar. Besok lihat deh di berita pagi pasti highlightnya 'Telah ditemukan sesosok mayat wanita bla bla bla', pasti gitu," ujarnya setengah mengomel.

"Nggak ada hubungannya dengan penulis novel misteri, sayang."

"Trus tadi kamu kemana waktu aku jemput malah muncul dari jalan di samping kantor bukan dari dalam gedung," tanya sang suami dengan nada sedikit bingung.

"Nyari angin, sumpek banget clossingan bulan ini. Hmm, ngantuk nih, aku tidur ya, boleh?" ucap wanita itu bertanya pada suaminya.

"Hm-mm, kalau sudah sampai nanti aku bangunin," jawabnya kembali fokus menyetir. 

Pria itu mengulas senyum tipis, sesekali dia melirik ke arah istrinya yang kini sudah tertidur pulas dengan damai seperti bayi yang tidak terpengaruh oleh kejadian yang baru saja mereka lalui. 

===========

Halo gimana part awalnya? 

Pemanasan dulu ya ^^

sebelumnya saya mau kasih tahu untuk yang tidak suka baca tentang kekerasan, saya tidak menyarankan cerita ini yah. Karena nanti semakin jauh akan semakin intens dan kejam >< (terealisasi or nggak kita lihat aja nanti)

Still Love

Bii

Psikopat Analog [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora