Unravel

130 22 4
                                    

"Tell me what you're fighting and I'll fight with you."
― Calia Read, 

Utari memperhatikan Arman yang entah masih hidup atau tidak di sudut ruangan itu. Sedari tadi dia tidak mendengar ringisannya lagi. Kini mereka kembali tinggal berdua saja di ruangan itu. Pria yang menghajar Arman hingga tidak berdaya itu mengancam akan mengirimkan bukti yang dia miliki kepada pihak berwajib agar Arion ditangkap dan dia bisa memiliki Utari selamanya.

Dari sorot matanya Utari dapat melihat sosok yang sama malam itu. Tatapan yang tidak pernah berubah dari dulu. Obsesinya akan Utari membuatnya melakukan hal keji itu terhadap wanita yang dia bilang dia cintai.

Utari kembali memutar ingatannya, saat dia menerima lamaran Arion untuk menikah. Baginya Arion memang menarik tetapi untuk menjalin hubungan serius dia akan menghindarinya. Karena masa lalunya dan ambisinya untuk balas dendam terhadap mereka yang menghancurkan kehidupannya. Arion yang memiliki hubungan kerja dengan Ciara saat itu membuatnya tertarik. Dia membuat dirinya semakin jatuh kepada pesona Arion dan setuju menikah. Tentu alasan utamanya masih tentang balas dendamnya.

Ternyata membenci lebih mudah dilakukan dari pada balas dendam. Keinginan untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang menghancurkan hidupnya terkubur perlahan bersama kehidupannya sebagai seorang istri. Penyakit yang dia derita yang membuat dia tidak bisa sembarangan kontak fisik dengan orang lain terutama pria menjadi salah satu alasan dia melupakan misi balas dendamnya. Kasih sayang Arion yang begitu besar membuatnya nyaman dengan peran barunya sebagai istri. Dia menemukan sosok pria yang berbeda dari semua lelaki yang pernah hadir di hidupnya. Lelaki yang berbeda dari ayah yang selalu menyakiti dirinya dan sang Ibu yang dia cintai. Lingkungan keluarga yang seolah mendukung perannya sebagai istri dan wanita yang tanpa noda membuatnya betah di zona itu. Dia ingin selamanya di sana.

Pintu terbuka, Utari pikir pria itu sudah kembali saat dia melihat sosok lain yang muncul. Ikatan Utari dilepaskan. Wajahnya tegang dan cemas.

"Semua akan baik-baik saja, jangan takut!" ucapnya lembut menyentuh wajah Utari

Mereka berdua berniat meninggalkan ruangan itu secepatnya.

"Sudah ku duga, lo pasti datang ke sini. Arion. Lihatlah Utari dia tidak datang bersama polisi. Dia tahu gue ada di mana tanpa perlu bersusah payah. Tidak kah kamu curiga? Suami yang lo pikir suci ini tidak lebih sama dengan gue. Seorang Penjahat!"

"Desta. Seharusnya perbuatanmu tidak sejauh ini." Arion menggenggam tangan Utari yang berada di belakangnya.

"Arion Ditama. Gue membunuh semua teman-teman gue atas suruhan lo. Berengsek!" matanya membesar merah. Amarahnya meluap. Utari semakin kuat menggenggam tangan Arion.

"Halusinasimu berlebihan!"

"Diam keparat. Gue melakukan itu agar mendapat pengampunan dari Utari agar gue bisa bersama dengan dia." Dia tergelak. Suaranya bergema. Arion memberi aba-aba agar Utari sedikit menjauh darinya. Utari mundur tepat saat Desta mengayunkan tongkat besinya ke arah Arion. Arion mengelak dengan mulus namun menabrak meja yang tidak jauh darinya.

Sekali lagi dia mengayunkan tongkat itu yang membuat meja itu terbelah. Arion menusuk leher Desta dengan bolpoin yang ada di saku celananya. Desta mundur sambil memegang lehernya yang mengeluarkan darah segar.

"Bunuh dia!" Teriak Desta ketika melihat Arman bangkit memegang potongan kayu dari meja yang rusak. Arman siap menghantam kepala Arion saat itu. Utari berteriak membuat Arion waspada dan mengelak. Cepat dia memegang tangan Arman yang tidak lagi kuat karena luka di sekujur tubuhnya. Arion memutar kepala Arman seolah mainan. Arman mati dalam sekejam di tangannya.

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now