The Key (Part 1)

145 16 9
                                    

"Love could make you pure as an angel or bad as a demon."

2003

Seorang wanita dengan potongan rambut pendek berjalan mendekati anak laki-laki yang tengah duduk sendirian di bangku taman yayasan panti asuhan Berkah Kasih. Wanita itu tersenyum hangat dan mendekat. Anak laki-laki itu hanya memandangnya tanpa mengubah ekspresi. Dia tetap diam dan tenang.

"Boleh duduk di sini?" tanya wanita yang sudah berdiri di hadapan anak laki-laki. Dia tidak menjawab hanya sebuah anggukan kecil, dan anak itu melemparkan pandangan ke arah yang lain.

Wanita paruh baya itu mulai berbicara tentang apa saja. Anak lekaki yang duduk di sampingnya hanya mendengarkan tanpa ekspresi. Tapi, dia memperhatikan wanita itu dengan seksama.

"Rafa pasti suka sama Alfi, besok dia akan ke sini."

"Tidak ada yang suka dengan Rafa. Mama juga tidak suka dengan Rafa."

"Tapi saya suka dengan Rafa, besok Alfi juga akan sama, dia pasti sangat senang bisa bertemu Rafa. Jika Rafa dan Alfi setuju, kita akan tinggal bersama-sama nanti. Gimana?"

Anak laki-laki itu tidak menjawab. Helena, nama wanita itu, mengajaknya masuk kembali ke dalam rumah besar.

"Kamu yakin, Len?"

"Anak itu memiliki kenangan buruk. Dia di temukan tepat di samping tubuh ibunya yang tidak bernyawa. Ibunya bunuh diri di hadapannya. Ayahnya tidak bisa ditemukan, entah masih hidup atau tidak. Lihatlah, cara dia bersosialisasi dengan yang lain. Padahal sudah 10 bulan dia di sini. Pikirkan lagi. Pikirkan Alfi juga."

"Bisa dibilang aku jatuh cinta pada anak itu, mata gelapnya sangat indah, entahlah aku hanya mengikuti naluriku. Besok aku akan mengajak Alfi. Keputusan ada padanya, jika dia setuju, maka Rafa akan jadi adiknya. Aku akan mengadopsi anak itu, Pril."

Keesokan harinya Helena kembali bersama seorang anak laki-laki yang berusia 16 tahun, lebih tua 7 tahun dari Rafa.

"Itu dia, sendirian di bangku itu. Kemarin Mami juga bicara sama dia di sana," ucap Helena kepada putra satu-satunya itu.

Mereka berdua mendekat ke arah Rafa yang sudah menyadari kehadiran keduanya. Anak laki-laki yang berusia lebih tua mengulurkan tangannya. Senyumannya tidak ramah berbeda dengan wanita di sampingnya.

"Alfi!" ucapnya tegas.

"Ra ... Fa." Anak lelaki yang lebih muda menyambut uluran tangan itu dengan sedikit keraguan.

***

"Jadi Ayahmu di mana?" tanya Alfi saat merapikan buku-buku masuk ke dalam tas ransel milik Rafa. Anak lelaki yang sudah menggunakan piyama dan tengah duduk membaca buku di atas ranjangnya, memberi perhatian kepada Alfi yang bertanya.

"Entahlah. Ayah ninggalin Mama. Mama sedih dan ninggalin Rafa. Mama pernah cerita kalau Rafa punya paman, tapi dia juga tidak bisa ditemukan. Sejak hari Ayah ninggalin Mama, Rafa tidak pernah bertemu dengan Ayah lagi. Rafa benci dengan Ayah." Alfi masih terlihat sibuk memasukan buku-buku yang merupakan milik Rafa itu ke dalam tas sekolah.

"Apa, Alfi akan membenci Rafa juga?" tanyanya dengan wajah polos.

"Kenapa Alfi harus membenci Rafa?" Alfi memberi perhatian pada Rafa, dia duduk di atas ranjang.

"Karena Rafa jahat. Rafa benci Ayah. Mama meninggal karena Rafa." Dia menatap anak laki-laki yang lebih tua darinya itu dengan seksama.

"Tapi sekarang Rafa adalah adiknya Alfi. Anaknya Mami. Alfi nggak akan pernah membenci Rafa," ucap Alfi. Rafa mengulurkan tangannya.

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now