FICTION ( BAGIAN DUA)

135 21 3
                                    

"I can't leave your sweet presence. There is no such thing as an end for us."

Semua tim khusus yang menangani kasus pembunuhan berantai di Jakarta kini tengah disibukkan dengan informasi yang mereka dapatkan. Tujuh tersangka utama telah ditangkap dan sedang melakukan interogasi khusus.

Awal ditangkapnya ketujuh tersangka utama adalah karena hasil penyelidikan cyber team yang mencurigai sebuah akun yang mungkin berkaitan dengan rangkaian peristiwa pembunuhan. Akun tersebut mengunggah sebuah foto yang awalnya tidak begitu menarik, sebuah gambar potret gelap sebuah gang sempit. Tidak ada yang aneh jika dilihat, hanya potret jalan di gang sempit dengan sebuah benda kecil tergeletak di jalan itu. Tetapi untuk para petugas yang menangani kasus ini, potret tersebut adalah setitik cahaya bagi mereka yang menemui sudut kosong gelap.

Gambar dengan sedikit pencahayaan jelas diambil pada malam hari. Pada gambar tersebut pemilik akun memberi keterangan lokasi yaitu daerah Sunter. Gambar itu adalah foto yang di ambil saat terjadinya kasus pembunuhan ke-lima di daerah Sunter dengan korban berusia 26 tahun. Foto tersebut memuat lengkap informasi tanggal dan informasi waktu. Bagi para petugas tentu lokasi tersebut tidak asing.

Dari akun tersebut mereka mencari informasi yang ternyata saling berkaitan. Ada sebuah kode yang digunakan saat mengunggah foto sejenis, #ArD57_Integrum_06 adalah kode untuk gambar pertama yang ditemukan. Sayang, untuk kode tersebut hanya tersedia satu gambar. Tim yang menyelidiki mencoba mengganti angka dan mengutak-atik kode tersebut dan akhirnya mendapatkan rangkaian dari tujuh peristiwa pembunuhan tersebut.

Semua saling terhubung. Walau pun masih ada satu pola yang membuat rancu dan membingungkan. Kode yang diunggah di media sosial itu tidak urut sesuai dengan korban yang ditemukan sejak tahun 2016. Kode pertama tahun 2016 diunggah dengan #ArD57_Integrum_02 dan hingga saat ini mereka belum menemukan gambar untuk kode 01.

"Apa itu artinya ada korban 01 yang tidak kita ketahui? atau mayatnya tidak ditemukan? Atau ciri khasnya berbeda dengan korban 02 dan seterusnya? Atau ... arrrgggg ..." petugas itu mengacak rambutnya sendiri sudah hampir 6 hari mereka tidur di markas agar kasus ini cepat menemui titik cerah.

"Website itu tidak memberikan informasi tentang si 01?" tanya Eros yang juga merupakan bagian dari tim tersebut.

Setelah berhasil menemukan semua kode kecuali 01 dan mencocokkan dengan lokasi korban ditemukan, mereka menemukan sebuah website unik yang menghubungkan ketujuh akun berbeda yang mengunggah foto lokasi terjadinya pembunuhan sesuai dengan kode yang mereka gunakan. Nama web tersebut juga mirip dengan nama kode yang mereka gunakan. Sayang, hingga saat ini mereka tidak mendapatkan informasi yang banyak dari web tersebut. Selain menerapkan sistem member, web tersebut juga menerapkan sistem poin yang ditentukan oleh admin. Semakin tinggi level yang ingin dicapai, semakin sulit misi yang harus mereka lakukan. Untuk level satu hingga tiga misi yang dilakukan hanya misi sederhana seperti mengambil potret suasana di kereta atau station yang padat. Atau mengambil potret dari ketinggian tertentu yang ditetapkan oleh admin. Tetapi untuk level berikutnya tugas yang dilakukan lebih sulit seperti memecahkan essay kasus. Mereka belum tahu tugas untuk level berikutnya karena hingga saat ini misi yang sedang dikerjakan para petugas mentok di level empat. Dengan judul tugas, "Temukan Aku!" sebuah essay tentang kasus pembunuhan di mana member mendapat tugas mencari pembunuhnya. Sederhana, tetapi nyatanya bagi mereka yang seorang petugas yang sehari-hari menangani kasus serupa dibuat gagal. Ketika gagal member harus mengulang kembali dari level pertama.

"Kalau kita mentok di level rendah informasi yang di dapat juga tidak banyak. Gila sih ini, nembusnya susah!" jawab salah seorang petugas dengan wajah depresi.

"Lalu dari interogasi tadi dapat sesuatu?" tanya petugas yang lain.

"Mereka bungkam seribu bahasa!"

"Sial!"

"Apa sih motif mereka? Ada keterkaitan pelaku dan korban?"

"Sampai saat ini keterkaitan belum ditemukan."

***

"Belanjanya banyak banget si, Kak? Kita mau makan malam atau ngasih makan orang se-apartemen sih?" Sela terlihat sewot memasukan hasil belanjaannya dengan sang kakak dari sebuah supermarket.

"Kan, kakak mau masak," ucapnya singkat. Sela hanya mampu menggelengkan kepala tanda bingung tidak menemukan korelasi yang cocok antara belanjaan mereka yang banyak hanya untuk makan malam dengan sang Kakak yang hendak memasak makan malam tersebut.

Saat selesai memasukan semua hasil belanjaan mereka ke dalam mobil. Seseorang menarik tangan Utari membuat Utari dan adiknya, Sela tampak terkejut. Apalagi setelah melihat siapa yang melakukan hal itu.

"BAJINGAN!!" sebuah pukulan dilayangkan Sela terhadap pria yang tadi menarik tangan Utari.

"Masih berani lo nunjukin muka menjijikkan itu! Berengsek!" Amarahnya meluap. Sela seperti kerasukan sesuatu setelah melihat sosok pria itu, Arman. Utari memeluk sang adik agar amarahnya mereda. Napasnya memburu, tatapan matanya seolah hendak membunuh pria di hadapannya itu.

"Ssttt, tenang Sel," ucap Utari berbisik di telinga Sela.

"Gue mau bicara sama lo, Tar," ucap Arman yang tampak masih terkejut dengan reaksi Sela baru saja.

"Nggak ada lagi yang bisa kita bicarakan. Lebih baik lo pergi dari hadapan kami." Utari membawa sang adik untuk pergi dari sana. Tetapi seakan tidak ingin menyerah Arman kembali menarik tangan Utari, kasar. Kesabaran Sela tampak habis, dia melayangkan tas selempang nya ke wajah Arman. Arman tampak terkejut dan meringis kesakitan. Pria itu menaikkan salah satu tangannya hendak memukul Sela atas apa yang dia lakukan.

"Stop! Arman ... stop!" ucap pria yang baru saja datang.

"Gue udah bilang jangan dekatin Utari. Bagian mana dari kalimat gue yang gak bisa lo paham!" ucap pria itu marah. Arman mundur tiga langkah.

"Pergilah," ucap pria itu kepada Utari dan Sela. Mereka berdua pun pergi meninggalkan kedua pria itu.

Kedua pria yang tinggal kini tampak tegang. Mereka diam dan saling pandang.

"Mau jadi hero-nya kali ini?" cemooh Arman.

"Setidaknya aku mengakui, aku adalah salah seorang yang membuat hidupnya hancur walau itu tidak mengubah apa pun!" balasnya sengit. Arman tertawa dibuat-buat.

"Desta ... Desta lo itu pecundang. Adik lo sendiri bilang begitu," kembali Arman mencemooh pria di hadapannya yang tidak lain adalah sahabat dan saudara lelaki pacarnya yang sekarang, Ciara.

"Gue capek, Des berdebat dengan lo soal ini. soal kematian semua sahabat kita. Cara termudah adalah menanyakan langsung sama perempuan itu! Paham gak sih lo!" ucap Arman geram.

"Satu-satunya orang yang nggak paham itu lo, Man. Lo nggak tahu berhadapan dengan siapa," ucap Desta.

"Itu kenapa gue harus tanya Utari, capek gue main teka-teki nggak ada ujungnya begini," ucap Arman kesal.

"Sekali lagi gue peringatin, jangan deketin Utari!" ancam Desta dan berlalu pergi meninggalkan Arman dengan sejuta tanda tanya. Dia yakin sahabatnya itu tahu sesuatu. Tetapi Desta menjadi semakin misterius sejak kematian Baim terakhir kali. Arman tahu, Desta tidak akan tinggal diam, bahkan sejak kematian Dion dia sudah memulai penyelidikannya sendiri. Arman hanya bingung dan stress karena Desta tidak membagikan informasi apa pun kepadanya.

Yang Arman tahu walau Desta adalah salah pencetus ide kotor kejadian delapan tahun yang lalu. Desta tetaplah Desta yang mencintai Utari bahkan setelah semua ini terjadi. Dia mencari keberadaan Utari setelah sidang putusan hakim atas perbuatan mereka yang tentu saja tidak sepadan. Nihil, Utari saat itu telah di bawa keluar negeri oleh kerabatnya. Désta tidak bisa menjangkaunya. Saat dia tahu keberadaan Utari yang telah kembali ke Jakarta, dia berniat mendekatinya dan meminta maaf. Sayang, saat itu Utari telah menikah dan rangkaian peristiwa pembunuhan sahabat-sahabatnya pun terjadi.

Cinta dan kecemburuan Desta membawanya kepada peristiwa delapan tahun yang lalu, peristiwa yang sangat dia sesali seumur hidupnya. Setidaknya sekali saja ida ingin bersujud memohon ampunan, bukan agar nyawanya dapat dimaafkan tetapi agar jiwanya kembali tenang, agar dirinya bisa kembali mencintai tanpa rasa berdosa.

=======

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now