Kill it

154 19 4
                                    

If you're going to do something, do it well and leave something witchy." Charles Manson

Awal tahun 2019

"Rafa akan menikah," ucapnya tenang. Wanita dan pria yang lebih tua darinya tampak sangat terkejut mendengar kalimat yang baru saja keluar darinya.

"Menikah? Dengan siapa, Nak? Mami kenal?" tanya wanita anggun yang duduk bersamanya di meja makan bundar.

"Mami nggak kenal, tapi Alfi mengenalnya. Utari Zanitha, mungkin tidak asing," ucapnya masih tenang.

"Siapa, Fi?" tanya wanita tersebut kepada putera sulungnya.

"Kasus pertama, Alfi. Kemenangan yang terasa seperti kekalahan telak."

***

"Mami mungkin setuju dengan semua keputusan yang akan lo ambil, begitu pun dengan gue. Tapi, jawab pertanyaan gue, Raf," ucap Alfi seusai makan siang. Saat itu Alfi mengajak adiknya, Arion untuk berbicara masalah pernikahannya yang dia rasakan sangat tiba-tiba itu. Arion hanya mengangguk menanggapi saudara laki-lakinya itu.

"Jika lo tahu wanita itu, Utari, adalah klien gue dulu. Artinya lo tahu untuk kasus apa dia gue bela?" tanyanya kemudian.

"Tentu aku tahu," ucapnya tanpa beban.

"And there is not hesitation? Sedikit pun?" tanya Alfi untuk meyakinkan.

"Yap. Tidak ada keraguan. Sudah aku putuskan sejak kami bertemu, bukan pertemuan yang pertama karena aku tidak menyangka akan bertemu dengan dia kembali setelah tahun-tahun berlalu. Yang pasti kali ini aku harus bisa memiliki dia." Tatapan lurus ke arah Alfi yang mendengarkan dengan seksama. Semua wanita yang dekat dengan adiknya tidak akan bertahan lama dalam hubungan yang mereka jalin. Dan biasanya Arion tidak menunjukan ketertarikan seperti itu, emosi yang baru pertama kali Alfi lihat dalam diri adiknya.

"Gue akan tetap mengawasi setiap gerak-gerik lo, tapi gue nggak akan ikut campur ,apa pun itu, kecuali atas permintaan lo sendiri. Paham?" Arion hanya mengangguk seraya menunjukkan senyum kepada Alfi.

Setelah Arion pulang, terlihat Alfi bergabung dengan ibunya.

"So?" tanyanya santai kepada sang Ibu yang terlihat sibuk dengan bacaannya.

"Mami akan suruh orang menyelidiki masa lalu wanita itu," ucapnya pendek.

"Tidak perlu, Alfi sudah punya semua. Nanti Alfi kirim."

"Menurut kamu, Nak. Kenapa wanita itu? Maksud Mami, kenapa Rafa memilihnya?" tanya wanita itu menghentikan aktifitas membacanya.

"Who knows, sejak kapan kita bisa membaca apa yang dia pikirkan, Mi."

Saat ini

Dengan bantuan tongkat, wanita itu tampak terburu-buru masuk ke dalam mobil berwarna putih miliknya. Tidak lupa dia memeriksa riasan wajahnya melalui layar ponselnya. Dia juga memeriksa isi tas selempang kecil miliknya. Setelah yakin semuanya sempurna, dia menghidupkan mesin mobil dan memulai perjalanannya.

Mobil putih berhenti di depan sebuah bangunan yang belum selesai. Dia turun dan berjalan masuk ke dalamnya dengan susah payah. Dia memiliki janji dengan seseorang sore hari itu.

Dengan sedikit kesulitan akhirnya wanita yang berjalan dibantu dengan tongkat itu berhasil naik hingga ke lantai tiga bangunan. Dari tempatnya berdiri dia dapat melihat langit yang sudah mulai berubah warna.

"Ah, apa aku terlambat?" tanyanya dengan wajah sumringah.

"Kenapa bertemu di tempat seperti ini? takut ketahuan?" tanyanya lagi tidak puas hanya dengan anggukan.

Psikopat Analog [TAMAT]Där berättelser lever. Upptäck nu