Reunion

199 19 22
                                    

"I hate Getting Flashbacks From Things I Don't Want To Remember." Unknown

Beberapa kali dia menoleh ke belakang. Menatap sosok yang berada dalam mobil sendirian yang juga menatap di balik lensa kaca matanya. Utari menelan ludah, meyakinkan diri dia akan baik-baik saja. Gaun panjang berwarna hitam pekat dengan hiasan mutiara pada ujung lengan gaun itu menambah kecantikannya di malam ini. Rambut sebahunya yang bergelombang dibiarkan tergerai begitu saja.

Utari masuk ke dalam gedung aula tempat diadakannya reuni akbar. Dia telah di sambut oleh Ibu Puspa yang sudah menunggunya datang sedari tadi. Hampir tiga jam tidak ada halangan berarti. Utari pun tidak menemukan mereka.

"Kasihan Rafa, Bu. aku pulang aja, makasih banyak ya Bu udah ngajak Tari ke sini jadi bisa nostalgia. Dan orang-orang yang dulu salah sangka sama Tari sekarang malah baik banget," ucap Utari sambil menggandeng Ibu Puspa menuju keluar gedung.

"Jelas, mereka sudah dewasa sekarang. Peristiwa itu sudah bertahun-tahun berlalu. Tari, ini memang tidak mudah tapi berjuanglah menghadapi trauma masa lalumu. Demi dirimu dan Arion, suamimu," ujar Bu Puspa saat mereka sudah tiba di luar gedung Aula menuju parkiran.

"Utari!" sapa seorang pria berbadan sedikit berisi dan padat. Sedangkan postur pria satunya lagi kurus dan tinggi.

"Dion, Adhi?" ucap Bu Puspa. Tubuhnya langsung refleks melindungi Utari.

"Wah, sudah berapa tahun kita tidak bertemu, makin ... cantik saja kamu." Pria yang bernama Dion itu berhasil memegang tangan Utari. Suaranya tersekat, hampir saja dia berteriak histeris.

"Dion!" cegah pria satunya yang berdiri di samping Dion.

"Apaan sih, Dhi.?" tanya Dion langsung kepada Adhi yang merasa tidak enak. Wajahnya terlihat takut. Ibu Puspa sudah melihat Arion berjalan mendekat ke arahnya tetapi memberi isyarat agar jangan mendekat dulu.

"Mau apa kamu? Kalau sekarang kamu macam-macam dengan Utari, saya sendiri yang akan laporkan kamu ke polisi. Tidak seperti delapan tahun lalu. Kali ini saya sendiri akan memastikan kalian membusuk di dalam penjara." Nada suara wanita paruh baya itu begitu dingin tapi emosinya tertanam di dalam setiap kata yang terlontar dari mulutnya.

Akhirnya Dion dan Adhi pergi dari hadapan Utari, cepat Arion berlari menghampiri sang istri yang sudah gemetar. Ketika melihat Arion dia menghambur ke dalam dekapan pria itu. Arion tampak sedikit terkejut. Cepat dia membawa Utari kembali masuk ke dalam mobil mereka bersama Bu Puspa.

"Ya sudah, hati-hati di jalan ya. Jangan ngebut." Ibu Puspa pun kembali masuk ke dalam gedung aula.

"Lo udah gila apa? Utari itu sudah menikah bukannya kemarin Ciara sudah cerita. Kurang brengsek apa kita sama dia, masih berani kita ganggu hidup dia." Adhi terlihat begitu tertekan ketika melontarkan kata-kata itu.

"Kenapa sih lo? Cengeng amat. Bodo lah dia mau nikah atau belum!" tukas pria itu pergi meninggalkan sahabatnya yang terlihat sangat khawatir itu. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Dia menggigit bibirnya hingga terluka. Dia ketakutan.

***

"Brengsek!"

"Lagian kenapa pake pergi ke acara itu sih, Kak." Sela terlihat sangat berang. Dengan piyama tidur di bungkus sweater tebal dia menghampiri Kakak dan Iparnya di parkiran apartemennya dengan membawa bungkusan yang cukup besar. Sela melirik ke arah Arion yang memberi tanda jangan menanyakan apapun kepada kakaknya. Sela lupa Arion tidak pernah tahu bagian dari masa lalu Utari yang belum ingin kakaknya bagi kepada suaminya itu. Suatu syarat yang pernah diajukan Utari ketika mereka memutuskan hendak menikah. Dan Arion setuju.

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now