Judgement

171 22 5
                                    

"Kami hanya melakukan satu pekerjaan yang sempat kalian tunda. Sesuatu yang sangat kalian inginkan tapi tidak mampu kalian lakukan. Keinginan untuk mati dan meninggalkan dunia yang kalian anggap sudah tak baik terhadap kalian."

Ketujuh tersangka kasus pembunuhan terhadap tujuh wanita sejak tahun 2006 hingga 2019 sudah menjalankan sidang. Tersangka yang awalnya tidak mengaku tiba-tiba mengakui perbuatan mereka lengkap dengan bukti. Para tersangka mengaku tidak saling mengenal satu dengan yang lain hanya kebetulan berada di satu situs website yang sama. Seberapa keras para penyidik meminta penjelasan tentang kode yang mereka gunakan saat mengunggah foto TKP, mereka tidak menyebutkannya. Penjelasan yang mereka berikan hanyalah kebetulan.

Para penyidik tetap berupaya mencari bukti lain di antara waktu yang sempit hingga waktu sidang akan diselenggarakan. Desakan dari masyarakat, media dan keluarga korban menginginkan para pelaku yang sudah terbukti bersalah itu cepat melakukan sidang dan menerima hukuman yang setimpal.

Ketukan palu hakim telah terdengar ketujuh tersangka itu mendapat hukuman 35 tahun penjara atas hilangnya nyawa seseorang.

Namun, sayang sekali lagi seseorang mendapatkan hukuman yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Desta seorang putra dari orang yang cukup berpengaruh di negara ini hanya mendapat hukuman 5 tahun penjara. Pengurangan masa tahanan dilakukan karena terdakwa sangat baik bekerja sama dengan aparat hukum.

Sidang Arion masih akan dilakukan minggu depan. Beberapa orang masih bersikeras bahwa Arion ikut bertanggung jawab atas kematian tujuh orang wanita yang meninggal di Jakarta. Segala upaya dilakukan demi mengaitkannya dalam kasus tersebut. Tentu saja hal itu tidak lepas dari campur tangan Desta.

Utari tampak menggunakan dress panjang hampir menyentuh mata kakinya. Dress warna putih dengan motif bunga berwarna cokelat. Di kanannya sudah menggandengnya dengan hati-hati, Fiandra, sahabatnya. Di sisi satunya Helena menggenggam tangannya. Sedangkan Sela memilih tidak datang dan tetap berada di Yogyakarta. Sela masih kecewa atas keputusan sang kakak yang tetap ingin bersama Arion yang sudah jelas-jelas tidak "normal". Berbeda dengan Fiandra yang selalu mendukung apa pun keputusan Utari. Pertemuannya dengan Arion juga adalah suatu keajaiban. Kesembuhan penyakit karena trauma masa lalu juga tidak lepas dari campur tangan pria itu. Utari menemukan kembali kepingan kehidupannya dari tangan dingin Arion.

Saat memasuki ruang sidang, Utari di sambut Ibu Puspa yang ingin memberinya dorongan semangat. Yang wanita itu butuhkan bukan penghakiman atas apa pun keputusannya. Dia hanya ingin orang lain mengerti alasan kenapa dia memilih tetap bersama Arion.

"Kenapa, sayang? Kenapa kamu memilih tetap mendampingi Arion?" tanya Bu Puspa beberapa hari yang lalu saat berkunjung Ke Bandung bersama Fiandra.

"Tidak ada alasan khusus. Aku hanya tidak bisa lari darinya, Bu. Rafa adalah tempatku pulang."

Rasanya Utari kehilangan separuh jiwanya saat palu itu terketuk tiga kali dalam ruang sidang. Dia menahan tangis, tidak ingin membuat suaminya melihatnya dalam kondisi yang lemah.

Arion dituntut penjara karena menghilangkan nyawa Arman dan melakukan penyerangan terhadap Desta. tetapi dengan kepiawaian Alfi dan dengan bukti yang ada, Arion mendapat keringanan hukuman. Tindakan pembunuhannya terhitung sebagai tindakan pembunuhan secara tidak sengaja karena membela diri dan ingin menyelamatkan sang istri yang diculik oleh Arman. Arion mendapat hukuman 15 tahun penjara, lebih lama dari kuman yang diterima oleh Desta.

Arion menghilang dari balik pintu bersama petugas yang mengawalnya. Utari tersandar menangis di pundak Helena. Didekapnya erat tubuh Utari lemah.

Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Utari berat meninggalkan Arion dan ikut dengan Helena ke Selandia Baru. Tetapi karena itu permintaan Arion, Utari terpaksa menurutinya, "Demi anak kita." Ucapan Arion masih terngiang di telinganya. Terakhir kali mereka bertemu untu berpisah adalah kunjungan di bulan kelima kehamilannya. Arion terlihat sangat excited melihat perut Utari yang sudah mulai membuncit.

"Aku tidak tahu, apakah aku sanggup merindukanmu selama itu?" ucap Utari sendu.

"Kuatlah demi anak kita. Ini tidak akan selama itu," ucap Arion.

"Siapa nama calon anak kita, Raf?" tanya Utari mengalihkan pembicraan yang akan berujung kesedihan untuknya.

"Lucca jika dia lelaki, Licca jika dia anak perempuan. Gunakan nama belakang Mami setelahnya. Jangan menangis, sayang." Lembut dia mengusap air mata yang membasahi wajah Utari.

***

Kaki menerang, suara tercekat, tubuh yang menegang. Tangannya berusaha memukul atau meraih sesuatu hingga akhirnya tak lagi bernyawa.

"Ra ..." seseorang datang masuk ke dalam ruang apartemen yang gelap gulita tanpa penerangan.

"Ra? Kok gelap sih ... lo di ...." Suara hantaman yang sangat keras terdengar disertai bunyi jatuh dari tubuh pria itu. Kepalanya pening dan berkunang-kunang. Samar dalam gelap di bantu pencahayaan dari balkon yang sedikit terang dia melihat tubuh adiknya, Ciara tergeletak di lantai. Beberapa kali dia memanggil tapi tidak ditanggapi oleh tubuh wanita itu.

Kepalanya diangkat. Mata Desta seolah hendak keluar melihat siapa yang melakukan hal itu padanya.

"Kau ..." ucapnya terpotong. Seringai senyum yang tidak berubah. Sorot mata hitam pekat yang menakutkan.

"Bukankah kau?" sekali lagi kalimatnya tidak lengkap. Pria itu kembali tertawa. Dia memukul dengan riang perut bawah Desta dengan kakinya. Desta memuntahkan darah kental. Dia menderita sakit yang teramat. Dia juga mengkhawatirkan kondisi Ciara yang tidak merespon panggilannya.

"Aku harus ucapkan terima kasih padamu, huh. Terima kasih untuk ide setahun yang lalu. Kebakaran di penjara?? sebegitunya ingin aku mati? Sayang ... malaikat maut masih jadi teman baikku."

"Bagaimana bisa? Kau sudah mati, itu sudah satu tahun yang lalu. Lalu bagaimana bisa kau di sini??" Desta berusaha sekuatnya bertanya.

"Orang mati bebas ke mana saja, bukan?" dia mengambil vas kaca yang terletak tak jauh dari jangkauan tangannya. Vas itu di pukul hingga pecah di kepala Desta. kemudian serpihannya ditancapkan tepat di tenggorokan Desta. pria itu menahan sakit, suaranya tak lagi bisa terdengar jelas. Darah mengalir dari tenggorokan yang tersobek.

"Kasihan, seberapa kuat koneksi yang kau miliki. Ayahmu dan antek-anteknya tidak akan mampu menandingi Mami Helena. Keputusanku tepat untuk menempatkan Utari dalam perlindungan Mami." Dengan tatapan bengis pria itu menekan serpihan yang tertancap di tenggorokan Desta dengan kakinya. Desta menggelepar hingga akhirnya mati dengan mata terbuka.

Tidak lama beberapa orang masuk mereka berpakaian hitam berlapis plastik yang menyelimuti seluru tubuh mereka. Mereka mulai membersihkan lokasi pembunuhan. Semua jejak dihapus dalam semalam hingga akhirnya para aparat hukum menemukan dua jasad dengan kematian yang misterius.

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now