Dungeon dan Jebakan

239 27 8
                                    

Author POV

Hari berlalu begitu saja, banyak halyang berubah sejak kejadian dihari itu. Dimulai dari Kureha yang dijauhi semua orang, bahkan maid di rumah itu enggan jika berhadapan dengannya. Hanya Raja Shin dan Ratu Villia yang tahu kebenarannya.

Namun, kenapa yang lain tak tahu? Mari kita flashback sedikit....

[FLASHBACK]

"kita harus meluruskan kesalahpahaman ini. Ayo, kita ke aula." ajak Ratu Villia.

"Tidak, Yang mulia. Jika hal itu dilakukan maka masalah akan bertambah. Karena aku sendiri sudah mengakuinya. Mereka mungkin akan menuduh yang aneh-aneh. Hmm, contohnya aku menghipnotis kalian agar menyatakan diriku tak bersalah dan tak dihukum. Lalu diriku semakin dibenci lalu masalah akan semakin berdatangan. Lebih baik begini saja, jatuhkan hukuman pada ku maka mereka tak akan curiga." jawab Kureha.

"Tetapi kau tak bersalah! Kami tak bisa menghukum orang tak bersalah." bantah Raja Shin

"Aku mohon yang mulia, hukumlah saya. Demi nama baik Kerajaan Vranenia, kalian harus menghukum pelaku pembunuhan. Aku mohon..."

"Ha... Baiklah karena tak ada pilihan lain..."

[FLASHBACK OFF]

Dan kini, Kureha mendapatkan hukumannya. Ia tak lagi diperbolehkan tinggal di Gedung khusus para Pahlawan dari dunia lain itu. Ia tinggal di sebuah gubuk yang dulunya dijadikan kandang dua ekor kuda. Cukup luas dan bersih walau sebelum Kureha bersihkan bau dan kotor. Ia pun di wajibkan bekerja dan mengabdi pada kerajaan seumur hidup.

Dengan keadaan yang seperti ini, ia semakin mendapatkan bully dari para pahlawan dan ditambah temannya dulu yang biasanya akan membelanya kini hanya diam sambil memperhatikan saja.

Raja Shin dan Ratu Villia tak bisa diam saja, mereka melakukan penyelidikan terhadap kematian Fujina secara diam-diam.

Dan, walau ia pindah tempat tinggal pakaian Kureha tak berubah.

Misalnya pada saat ini, ia memakai pakaian yang biasanya ia pakai saat kerja. Walau agak berbeda dengan pakaian latihan para pahlawan dan masih mencolok.

Agak tertutup walau roknya pendek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Agak tertutup walau roknya pendek. Ia ingin membuat baju sendiri tetapi saat ia mencoba, malah jadi seperti kain tak berbentuk yang akhirnya dijadikan kain pel.

Ia berharap dimasa depan, ia dapat membuat Baju yang normal tanpa membeli. Ia ingin menghemat uang yang diberikan kerajaan tiap bulannya.

Ah, just FYI ini mata uang di dunia Untera tak jauh beda dengan di Indonesia :v. Hanya beda namanya saja.

Jika di Indonesia Rupiah, maka di seluruh Untera mata uangnya Lam. Aneh? Bodo :v.

Masih bingung? Misal :
1.000 Rupiah : 100 Lam

Tak jauh beda kan :v hanya nolnya dikurangi satu.

Jadi :
1 Lam : 10 Rupiah
10 Lam : 100 Rupiah
100 Lam : 1.000 Rupiah
1000 Lam : 10.000 Rupiah
Dan seterusnya... Kenapa berpatokan pada mata uang Indonesia? Karena akan lebih mudah menjelaskannya :v.

[Untuk info selengkapnya bisa tanya di comment dan akan saya buatkan chapter khusus]

Hari ini, tepat 5 bulan setelah mereka dipanggil oleh Dewi Altaracia dan 3 bulan setelah kematian Fujina.

Hari ini, para pahlawan ditemani Thio, Sullivan dan Sherlyn beserta 10 orang prajurit akan pergi ke sebuah dungeon legendaris yang berada di dekat kota.

Icyclen Dungeon (dibaca aisislen) adalah Dungeon kuno yang belum dapat dirampungkan oleh petualang manapun. Walaupun sudah kelas tertinggi (Lord) dan dengan level tinggi. Dan rumornya, dibagian terdasar terdapat sebuah benda yang dilindungi oleh leluhur maka dari itu banyak yang gagal mencapai lantai dasar. Mencapai lantai 20 dari 40 lantai saja sudah hebat.

Karena monster yang ganas dan kuat, tak sedikit petualang yang mati dalam usaha merampungkan dungeon ataupun mencari barang langka di dalan dungeon yang dapat dijual.

"Kureha, kau diam dibelakang dan jangan mengganggu kami." ujar Himeko dingin. Dimana emak yang sangat disayanginya itu? :<

"Baik." lirihnya.

Ia sadar diri bahwa dirinya lemah, bahkan statusnya tak berubah selama 3 bulan walau ia sering latihan. Padahal sebelumnya dapat berubah walau sedikit.

Mungkin sudah termasuk status maksimal pikirnya. Tetapi, dengan barang ciptaannya kini ia setidaknya bisa melawan monster berlevel 50.

Pistol yang ia ciptakan kini sudah ia ubah menjadi sebuah senjata yang bisa berubah bentuk walau harus menguras 5 mana baginya. Mana miliknya memang lebih cepat habis karena status lemahnya.

Ia juga sudah agak memodifikasi arnor semua pahlawan agar lebih ringan dipakai dan sesuai dengan selera mereka. Dan ia juga memasang kristal mana agar bisa mengaktifkan barier otomatis saat diserang tiba-tiba.

Ia sudah beberapa kali mencoba membuat magic device yang bisa membuat pemaikainya terbang tinggi, walau banyak mengalami kegagalan ia tak menyerah. Ia akhirnya berhasil saat kemarin ia mencobanya di gubuknya sampai kepalanya terbentur atap. Ia juga sudah mencobanya pada tengah malam ditaman kerajaan agar tak ketahuan. Ia membuat magic device itu hanya untuk dirinya. Ia hanya ingin menghadiahkan dirinya sendiri. Agak egois, tetapi hanya se kali-kali saja tak apa bukan?

Ia menggunakan kristal mana dibagian tengah magic device itu lalu mengatur kristal itu saat mengucapkan [ACTIVE] maka semacam sayap akan muncul dan membawa pemakainya terbang. Ia menggunakan konsep dasar sihir angin yang mendorong pemakainya keudara. Asal terbiasa, maka pemakainya dengan mudah mengendalikan magic device itu. Semacam sayap tiruan.

"Wah, kristal mana yang Indah!"

Disekeliling mereka kini terdapat banyak kristal mana dengan warna yang berbeda-beda. Bersinar-sinar menerangi gelapnya dungeon sehingga para ahli sihir dapat menonaktifkan sihir penerang mereka.

"Indahnya!"

Seluruh murid kini memandangi keindahan pemandangan dihadapan mereka. Kemana Thio, Sullivan, Sherlyn dan para prajurit pergi? Mereka memeriksa keadaan jalan didepan sana agar aman dilewati.

Mereka berkeliling, kecuali Kureha yang diam dipojokan sambil melempar batu karena dimarahi Hajime tadi.

Ia melihat monster seperti kucing jadi ia tak tega menembaknya. Dan pada akhirnya dia harus rela dikejar-kejar monster imut itu. Ditambah omelan Hajime yang tiba-tiba ketularan Mama Himeko.

'Hajime benar-benar membenciku....'

Salah satu murid tertarik untuk menyentuh kristal itu, Kureha yang melihat itu ingin mencegahnya karena takut itu jebakan. Tetapi terlambat, jalan yang mereka tapaki terbuka dan membuat mereka terjatuh.

Dengan sihir angin dasar, mereka bisa menyelamatkan diri. Yah... Kecuali Kureha yang sudah tergeletak kesakitan.

"Apa ini?"

"Jebakan?"

"Kita terkena jebakan!"

"Tenanglah semuanya!"

Hajime mencoba menenangkan teman-teman sekelasnya yang panik setelah jatuh dari lantai 38.

Soshi menuju dinding terdekat dsn mengucapkan [CHECK].

Nama benda : dinding dungeon Icyclen.
Umur : tak terdeteksi
Pembuat : tak terdeteksi
Informasi lain : dinding pada lantai 21.

"Lantai 21...." lirihnya.

"Kita dalam bahaya...."

•TBC•

Life In Another WorldWhere stories live. Discover now