Keluar dari Dungeon

258 27 9
                                    

Author POV

Karena mengantuk, Kureha memutuskan untuk tidur terlebih dahulu sebelum mencari tempat Teleportasi tersembunyi yang dimaksud oleh Dewi Altaracia.

Hanya lima jam, Kureha bangun lalu menuju kolam yang ia temukan sebelum bertemu dengan Dewi Altaracia.

"Ah, bagaimana dengan bajuku?" gumamnya sambil melihat keadaan baju miliknya yang sobek-sobek dan terkena darah miliknya ataupun milik monster.

"Ada apa Kureha?" tanya Sirrius.

"Ah, aku mau mandi. Tetapi aku bingung habis ini aku harus pakai apa? Baju ku kotor." keluh Kureha.

"Ah, aku bisa membantu. Akan kubuatkan duplikat baju-baju milikmu yang berada di istana." ujar Sirrius.

"Maaf sudah merepotkan dan terimakasih."

Sirrius tersenyum lalu menutup matanya dan menggumamkan sebait mantra.

Cahaya timbul dan saat hilang terlihat baju-baju milik Kureha, termasuk pakaian dalam miliknya.

"Hmm kamu D cup? Kau baru berumur 16 tahun loh. Dewi Altaracia aja tepoz." ujar Sirrius.

"Umn? D cup?" ujar Kureha kebingungan.

'Uh, dia tak tahu ya? Baiklah, mari jaga kepolosan miliknya!'

"Tidak, lupakan saja."

Kureha masih tampak kebingungan, tetapi ia memilih untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Sirrius pun pergi berkeliling dungeon sambil menunggu Kureha selesai mandi.

Ia berkeliling tanpa tujuan, mereka berada di lantai dasar dungeon. Yang berarti mereka adalah orang pertama selain si pembuat Dungeon ini yang mencapai lantai dasar.

"Sirrius! Aku mencarimu kemana-mana!" seru Kureha sambil kearah Sirrius.

"Ada apa?" tanya Sirrius.

"Oi Sirrius, itu dibelakangmu ada monster loh." ujar Kureha.

"Ah? Monster ini? Sekali tebas juga mati kok." ujar Sirrius sambil menebas monster itu.

"Sirrius memng hebat!" ujar Kureha kagum.

"Kau lebih kuat dari ku, Kureha. Bagaimana kalau kau jadikan monster disini sasaran latihan mu?" usul Sirrius.

"Hmm boleh juga! Ah! Ada satu hal penting yang ingin ku sampaikan padamu!" ujar Kureha.

"Hm? Apa itu?"

"Jangan panggil aku Kureha!"

"...."

"Lalu tadi siapa yang menyuruhku memanggilmu Kureha ya?!" ujar Sirrius kesal sambil mencubit gemas pipi Chubby Kureha.

"Uhhhh sakitttt! Hentikan Sirrius!"

"Huh, lalu apa maksudmu tadi?" tanya Sirrius.

"Uhm... Aku ingin menyembunyikan identitas ku yang asli!" ujar Kureha.

"Hm? Kenapa?" ujar Sirrius kebingungan.

"Uhmn.... Aku tak ingin teman-temanku yang dulu tahu aku masih hidup.... Aku ingin membantu mereka tetapi bukan sebagai Kureha!" ujar Kureha bersemangat. Ia sampai mengangkat tangannya.

"Kau yakin? Dewi Altaracia memperbolehkan dirimu untuk mencari kebahagiaan sendiri loh. Kau tak perlu ikut dalam membunuh Raja Iblis." tegur Sirrius.

"Sirriussss sekarang aku memiliki kekuatan yang bisa kumanfaatkan untuk menolong mereka mengalahkan Raja Iblis itu. Lalu kenapa aku harus duduk diam dan memantau saja? Buang-buang waktu tahu!" omel Kureha.

"Huh, tetapi sehabis membantu mereka kau harus mencari kebahagiaan untuk dirimu ya?"

"Siap!"

"Janji?" tanya Sirrius sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji!" jawab Kureha sambil menautkan jari kelingking miliknya dengan Sirrius.

"Lalu? Nama samaran apa yang ingin kau gunakan? Ah, tulis selengkapnya disini saja." ujar Sirrius sambil mengeluarkan sebuah kertas dan pena.

Nama : Koharu
Kelas : Magic Blade
Level : 202
Ketahanan : 3761
Kekuatan fisik : 37.690
Kekuatan sihir : 36.774
Mana : 100.000
Nyawa : 300.000
Elemen : Air

"Koharu.... Nama yang manis." puji Sirrius.

"Terimakasih!"

Sirrius pun memakai special skill miliknya, [MANIPULATION]. Dia bisa memanipulasi apapun. Mau itu benda, manusia, hewan, tumbuhan, roh, bahkan penampilan status.

Ia mengubah tampilan status milik Kureha dengan skillnya. Hanya mengubah tampilan status, tetapi kekuatannya tetap sekuat yang sebelumnya.

"Terima kasih banyak, Sirrius!"

"Nah, mari cari teleport nya?" ajak Sirrius yang dibalas anggukan oleh Kureha.

Mereka berjalan kearah yang ditunjukan oleh Dewi Altaracia sambil menebas para monster yang menghalangi mereka. Menyeramkan...

•*•*•

Setelah keluar dari dungeon, Hajime bersama dengan rombongannya kembali ke istana dengan berita kematian Kureha. Kabar itu membut Raja Shin dan Ratu Villia terkejut.

Sedangkan teman-teman Hajime terlihat biasa saja, seolah tak ada yang terjadi. Hajime pun terlihat biasa saja walau ia masih agak sedikit gelisah dengan perasaannya.

Setelah para pahlawan kembali ke kamar mereka, Raja Shin dan Ratu Villia mengutus melakukan upacara penghormatan untuk Kureha secara diam-diam.

Para pahlawan tak ingin mengadakan upacara itu. 'Seorang pembunuh tak patut dihormati.' ucap Rei saat Raja Shin menawarkan upacara penghormatan terakhir untuk Kureha.

Ratu Villia merasa sangat sedih dan kesal. Ia berfikir, kenapa Kureha selalu mendapat takdir yang tak adil?

Melihat Ibu mereka sedih, kelima pangeran dari kerajaan Vranenia itu tak bisa diam.

Umn... Sepertinya saya belum sempat memperkenalkan kelima cogan dari dunia lain ini. Nah, mari berkenalan!

Gilbert Vranenia, Putra tertua dari lima bersaudara. Ia seorang putra mahkota. Sangat sopan dan perintahnya absolute. 21 Tahun. Memiliki rambut berwarna merah kehitaman. Warna matanya merah

Gwen Vranenia, kembaran Gilbert. Ia lahir 5 menit setelah Gilbert. Orangnya sangat sopan dan baik. 21 Tahun. Rambutnya berwarna merah tetapi lebih terang dari rambut Gilbert. Warna matanya merah.

Zen Vranenia, anak ketiga dari lima bersaudara. Paling menyilaukan mata dan fansnya bejibun. Paling narsis. 20 tahun. Berambut putih perak yang halus. Warna matanya kuning.

Zeint Vranenia, kembaran Zen. Ia lahir beda 12 menit dengan Zen. Visualnya sama menyilaukan dengan milik Zen. Bedanya, ia tak senarsis Zen. Dan fansnya bejibun. 20 tahun. Rambutnya berwarna putih bergradasi biru. Warna matanya biru.

Claude Vranenia, putra bungsu dan kesayangan semua orang. Paling imut. Paling manis. Paling menggemaskan. Semua orang pasti meleleh liat keimutannya ini. 18 tahun. Berambut pirang. Warna matanya hijau.

Sekian dari perkenalannya, kembali ke cerita.

Mereka berusaha mengibur ibu mereka dengan segala cara. Mulai dari Zen yang memakai baju balet sambil menari didepan ibunya sampai Claude yang dirias menjadi seperti seorang Putri lalu berdansa dengan Gilbert dan ketiga saudaranya menertawai sambil mengejek Gilbert.

Ibu mereka memang tertawa, tetapi masih terlihat sedih. Mereka bingung, apa Kureha sepenting itukan bagi ibu mereka? Bukankah ia pembunuh? Mereka menghiraukan pertanyaan yang terus bermunculan di kepala mereka dan melanjutkan misi mereka dalam membuat ibu mereka tak sedih lagi.

°TBC°

Life In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang