Menjadi Petualang dan Desa tak bernama

231 30 3
                                    

Author POV

Esok harinya, Kureha dan Sirrius menuju kedai sebuah guild terbesar di kota untuk mendaftar sebagai anggota guild dan menjadi petualang. Kedai guild dipenuhi para petualangan yang sedang bertransaksi dan juga melihat quest-quest yang terpasang dipapan quest.

Kureha dan Sirrius berjalan menuju papan pendaftaran, mereka disambut hangat oleh seorang wanita cantik dengan senyuman hangatnya.

"Selamat datang di guild kami nona dan tuan, apakah kalian ingin mendaftar?" tanya nya.

"Iya."

"Baiklah, biaya pendaftarannya 10.000 Lam."

Sirrius kembali mengeluarkan kantung uangnya itu dan memberi 10.000 Lam pada wanita itu.

"Baiklah, silahkan taruh jari telunjuk anda di kartu ini." ujar wanita itu sambil mengeluarkan 2 kartu berwarna perak.

Sring

Kartu itu bersinar selama beberapa detik lalu kembali meredup.

"Yap, pendaftaran selesai. Kini kalian telah menjadi petualang dan bagian dari guild kami! Selamat datang!" ujar wanita itu.

"Ah iya, namaku Sylica. Jika ada yang ingin ditanyakan, jangan sungkan untuk bertanya padaku ya?" ujar wanita itu sambil mengedipkan matanya.

"Namaku Koharu dan dia Sirrius. Terima kasih atas sambutannya, Sylica." ujar Kureha.

"Uh, manis sekali kamu~ kyaaaaa~" ujar Sylica sambil mencubit pipi chubby milik Kureha.

"Seringlah mampir ya, Koharu!"

"Baiklah, Sylica. Dah!" ujar Kureha sambil melambaikan tangannya kearah Sylica sebelum keluar dari kedai guild itu.

"Mau makan dulu?" tanya Sirrius sambil menunjuk kearah salah satu restoran dengan jarinya.

"Umn." balas Kureha singkat diikuti dengan anggukan kecil.

•*•*•

"Sirrius." panggil Kureha.

"Hm? Ada apa, Koharu?" tanya Sirrius saat selesai memesan makanan.

"Apa kau tahu dimana keberadaan para pemimpin elemen?" tanya Kureha.

"Hmmm, kalau tak salah di desa tak bernama." jawabnya

"Desa... Tak bernama?" ulang Kureha bingung.

"Iya, desa tak bernama. Tak bernama karena tak ada yang tinggal disana dan katanya sih angker. Huh, mana ada yang namanya hantu. Cih..." ujar Sirrius yang diakhiri keluhan.

"Hmm, memang benar-benar tempat yang pas untuk bersembunyi sih."

"Mau kesana?" tawar Sirrius.

"Tentu, apakah jauh?"

"Jika berjalan akan sangaaat jauh, memakai kereta pun masih jauh. Tapi tidak dengan skill teleport milikmu." ujarnya sambil mengedipkan matanya.

"Uh, baiklah akan kubuat skill teleport setelah ini." ujr Kureha.

"Permisi tuan dan nona. Ini pesanan anda!"

•*•*•

"Sirrius, kau sudah merapikan barangmu?" ujar Kureha sambil membuka pintu kamar Sirrius.

"Tentu, dan jangan asal memasuki kamar orang, Koharu." omel Sirrius.

"Baiklah paman Sirrius!"

"Cih... kau menyebalkan gadis kecil." keluh Sirrius yang dibalas kekehan kecil oleh Kureha.

"Baiklah, mari berangkat?"

"Hm."

Kureha memasukan barang-barang bawaan kedalam storage lalu menggumamkan sebuah kata. [TELEPORT]

Sring...

Dalam beberapa detik mereka menghilang dari kamar Sirrius.

•*•*•

Desa tak bernama

Walau statusnya sebagai desa tak berpenghuni, masih terlihat asri dan terawat. Beberapa gubuk kecil akan terlihat jika benar-benar diperhatikan.

Rerumputan hijau menari-nari seiring angin meniup mereka, menerbangkan surai baby blue milik Kureha dan surai Hijau milik Sirrius.

Iris mata mereka berbinar-binar, terpana melihat keindahan alam didepan mereka.

"Desa ini, sangat asri ya. Mereka pasti merawatnya dengan baik." ujar Kureha sambil tersenyum kecil.

Sirrius menoleh padanya, kini bukan hanya terpana oleh keindahan alam. Bahkan ia tambah terpana melihat pemandangan didepan matanya, gadis kecil yang polos sedang tersenyum kecil dengan mata yang berbinar Indah.

"Om Sirrius kenapa?" ucapan Kureha membuat Sirrius tersadar dan berdehem kecil.

"Hei, apa-apaan dengan embel-embel om itu?!" ujar Sirrius protes.

"Humn? Hanya ingin!" ujarnya polos sambil terkekeh pelan.

"Eh?! Apa-apaan itu?! Memang gadis kecil yang merepotkan..." keluh Sirrius.

"Sirrius, sampai kapan kita bisa menikmati waktu yang Indah seperti saat ini?" ujarnya tiba-tiba.

"Eh?" gumam Sirrius sambil mencoba mencerna perkataan Kureha.

"Hahaha, bukan apa-apa kok." balas Kureha saat melihat Sirrius kebingungan.

"Dasar gadis kecil menyebalkan!" ujar Sirrius kesal lalu menjitak kepala Kureha.

"Aduhaiiiiiii!"

"Siapa disana?!" teriakan seorang lelaki.

"Umn? Aku Koharu! Kau siapa?" teriak Kureha dengan polosnya, Sirrius hanya bisa menepuk jidatnya.

"Menjauh dari daerah ini! Daerah ini berhantu!" ujar seorang lelaki lainnya.

"He?? Berhantu ya? Jadi apakah kau jug hantu, tuan?" ujar Kureha lagi, kini Sirrius sudah sampai membenturkan kepalanya kesalah satu pohon sampai roboh saking kesalnya.

"Iya! Sebaiknya nona manis pulang saja! Nanti kami makan loh!" ujar lelki itu lagi.

"Heee jadi kalian kembar ya?"

"Iya! Nona cepatlah kembali."

"Umn? Tetapi aku sudah jauh-jauh kesini loh, tuan Key dan tuan Vey tak ingin menyambutku setidaknya dengan sebuah permen?"

"W-woahhh dari mana kau tahu nama kami?!" ujar kedua lelaki itu dan keluar dari sebuah batu besar yang menjadi tempat persembunyian mereka.

"Umn? Aku menebak! Kalian bodoh sekali ya!"

'Kau lebih bodoh gadis sialan!' batin Sirrius kesal.

"Lalu kau siapa nona muda? Kenapa kau tahu kami?" tanya Key.

"Aku Koharu! Aku yang menampung kekuatan milik Cyla, dan dia Om Sirrius." ujar Kureha sambil menekankan pada kata 'OM'

"Gadis sialan! Aku bukan om-om!" ujar Sirrius mencubit pipi Kureha.

"Sakit! Lepas Sirrius! Sakit! Huweee!" Rengeknya.

"J-jadi kau yang menampung kekuatan milik Cyla?!" ujar Vey kaget.

"Umn? Iya!" ujar Kureha.

"A-ah, kalau begitu maafkan perbuatan kami yang sebelumnya! Kami akan mengantarkan kalian ketempat kami." ujar Key.

"Oh, okay! Terimakasih banyak ya, Om Key, Om Vey!"

"Hilangkan Om nya...."

°TBC°

Life In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang