(S2) Kembali ke....atas?

116 14 8
                                    

"Dewi?" ujar Sirrius kaget.

"Kau, ikut aku kembali." ujar Dewi Altaracia.

"T-tapi.."

"Ada pekerjaan penting. Kau masih pengikutku bukan?" balasnya memotong omongan Sirrius.

"Baiklah, tetapi biarkan aku membuat surat untuk mengabari Kureha dulu." ujarnya.

Dewi Altaracia mengangguk setuju, dengan cepat Sirrius menulis surat dan memunculkan seekor burung merpati dengan sihirnya dan mengikat surat yang ia buat di kaki burung itu lalu menerbangkan burung itu.

Altaracia kembali memunculkan sinar yang begitu menyilaukan, dan dengan sekejap mereka menghilang dari sana.

Burung merpati itu terbang menuju arah Kureha yang sedang tertidur, tetapi naasnya ia dimakan oleh monster ditengah perjalanan. Surat yang dibawa Sirrius kini tak pernah tersampaikan kepada Kureha.

•*•*•

Kureha nampak tertidur nyenyak, sampai saat ia terbangun sambil melihat sekeliling.

"Apa aku salah dengar ya?" gumamnya.

Ia terdiam, seperti memfokuskan diri terhadap sesuatu. Telinganya menangkap gelombang suara yang jelas terdengar.

"Siapa itu?" ujarnya.

Namun tak ada jawaban, ia bangkit dari posisinya mulai membereskan barang. Melupakan bahwa ia pergi bersama Sirrius dan mengikuti arah suara yang ia dengar.

Suara yang begitu merdu dan hangat, merasakan sensasi aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia melangkah dan terus melangkah, perasaannya begitu campur aduk saat itu.

Sampai ia menyadari sesuatu, disekelilingnya kini membeku. Tapakan kaki miliknya membuat tanah dan pohon disekitar membeku.

"A-apa ini?!" ujarnya kaget.

Suara bisikan itu makin memenuhi kepalanya, menutup telinga dan berhenti melangkah. Perasaan takut kini membelenggu dirinya, dan mengingatkan dirinya terhadap seorang karakter yang memiliki kekuatan es dan membekukan sebuah kerajaan. Begitu mengerikan dan ia tak ingin itu terjadi padanya.

Tetapi yang terjadi berkebalikan dengan ekspektasinya. Pohon dan tanah disekitarnya mulai dilapisi es, ia semakin panik dan ditambah lagi dengan suara bisikan yang makin memenuhi kepalanya dan tak mau diam.

"Bangkitlah..."

Kureha kembali menengokkan kepalanya ke sekelilingnya, telinganya kembali menangkap suara. Bisikan tadi masih saja memenuhi kepalanya.

"S-siapa?" gumamnya.

"Bangkitlah... Mereka membutuhkan dirimu..."

"M-mereka? Siapa mereka?" ujarnya kembali.

"Melangkah terus, menuju tempat dimana dirimu harusnya berada..."

"D-dimanakah tempat itu?!" serunya sambil bangkit dan berputar mencari asal suara itu.

"Melangkahlah, jangan terlalu jauh atau kau akan terjatuh... Aku akan membimbingmu kepada tujuan hidupmu..."

"Tujuan... Hidupku...?" lirihnya.

"Ikutilah suara itu, percayalah bahwa kau bisa melangkah lebih jauh... Temukan takdirmu!"

"I-ikuti suara..."

Kureha mulai menutup matanya, ia mengontrol emosi miliknya sebisa mungkin. Memfokuskan diri pada suara yang terus menggema dalam kepalanya dan mengira-ngira dari arah manakah suara itu berasal.

Mulai melangkahkan kaki, kini hanya setapak tanah yang membeku dan kemudian mencair setelah ia melangkah kembali. Ia mulai berlari mengikuti arah yang ia percaya sebagai asal dari suara itu.

"Kau... Arahnya..." gumamnya.

"Tujuan... Hidupku?" lanjutnya sambil menampilkan senyuman kecil.

Suara itu mengarahkan dirinya kearah laut biru dengan ombak yang begitu kuat, laut dimana menghubungkan Kerajaan Manusia dengan pulau terlarang.

Pulau yang tertutupi kabut sihir yang menghalangi siapapun memasuki pulau itu, pulau misteri yang katanya terdapat roh-roh jahat yang terkurung disana.

"Roh jahat... Itu tak ada bukan?" gumamnya ragu.

Ia menggelengkan kepala dan menepuk pipinya keras, ia harus melakukan ini! Hati kecilnya mempercayai bahwa suara itu berasal dari orang yang baik. Dan yang ia lakukan adalah hal yang benar. Ia yakin itu.

"Lalu... Bagaimana cara menyebrangi laut menyeramkan ini?" ujarnya kemudian.

"Pakai kapal es buatan pun bakal kelelep nih." lanjutnya lagi sambil berfikir.

"Apa tak ada sihir untuk berjalan di air?" pikirnya.

Dan lagi-lagi ia teringat karakter berkekuatan es itu yang menyebrangi laut tanpa kapal.

"Dengan kuda air... Bleh memangnya aku bisa membuat kuda air?" gumamnya sambil terkekeh kecil.

"Siapa tahu...." ia mulai mengayunkan tangannya, membayangkan sebuah kuda air persis seperti karakter kesukaannya itu.

Tetapi... "Kura-kura?" ujarnya kaget.

Ia menyamai tingginya dengan kura-kura es buatannya. Menyentuhnya dan ia bergerak!

"W-woah! D-dia hidup!" serunya kaget.

Kura-kura itu mengelus kepalanya pada kaki milik Kureha dan meminta Kureha menaiki dirinya.

"Waow, naik kura-kura melewati laut yang menggila seperti ini bagus juga." ujarnya sambil terkekeh dan menaiki kura-kura itu.

"Kura-kura berwarna hitam... Akan ku panggil kau Enbu! Kau mirip sekali seperti makhluk mitologi... Mitologi mana ya? Bedawang? Ah bukan itu penyu... Hydra? Bukan juga! Nokk? Itu mah kuda! Ah aku lupa!" gumam Kureha tak jelas.

Enbu(kura-kura hitam itu) hanya bisa mengangguk. Ah iya, Enbu memang terbuat dari es dan memiliki bintik-bintik hitam, dan Kureha menganggap bahwa ia berwarna hitam.

Enbu menembus ombak gila lau itu dan berenang menuju pulau terlarang itu, ia mengetahui arahnya karena ia memiliki sebuah ikatan batin dengan Kureha yang 'membuat' dirinya.

"Enbu anak baik!" ujar Kureha sambil mengelus tempurung Enbu, Enbu hanya bisa mengangguk malas lagi.

Dan sampai pada saat sebuah ombak besar datang, Enbu yang nampak agak kesulitan menembus ombak itu dibantu oleh Kureha. Ia berdiri dan membekukan ombak itu.

"Persis! Aku melakukannya persis seperti dia! Yeaaah!" serunya kesenangan.

Namun ia malah terpeleset dan ditambah lagi ombak yang membeku itu pecah menimpa mereka membuat Kureha tenggelam. Enbu yang cepat tanggap menyelam dan membawa Kureha naik ke atasnya lagi, dalam keadaan pingsan.

Enbu menggeleng pelan, dan mulai melanjutkan perjalanan kearah pulau itu, membiarkan Kureha yang pingsan diatas tempurungnya.

Ia memiliki kekuatan es jadi dia tak akan kedinginan bukan?

•TBC•

Life In Another WorldWhere stories live. Discover now