Bulannya indah sekali ya?

246 28 6
                                    

Kureha POV

Ah, sialan. Aku tak bisa memakai sihir dasar angin! Tulangku sepertinya ada yang patah deh. Seluruh badanku serasa remuk. Rasanya untuk duduk saja sakit deh...

"Kita... Dalam masalah!" kulihat Shiho menjerit.

Masalah?

"Bukankah lantai 21 monsternya kuat ya?" ujar Yukari.

Lantai 21? Ah, aku jatuh dari ketinggian itu... Pantas saja tulangku serasa remuk!

Dan sekarang apa? Thio, Sullivan dan Sherlyn tidak ada. Apakah kami akan mati dimakan monster kuat disini?

GROAAAAAA!

Shit! Sudah datang saja monster ini! Minotaur sialan! Kenapa kau harus muncul sihhhhh.

Murid lainnya tampak ketakutan, tetapi mereka ingin tetap hidup. Kulihat mereka siap menyerang Minotaur itu walau dengan tangan dan kaki mereka yang bergetar.

"Para pengguna pedang maju! Para pemanah ambil posisi dan para mage jaga jarak! Yukari, kalau bisa hemat mana milikmu." perintah Hajime yang membuat seluruh murid mengambil posisi mereka masing-masing.

"Kureha, kau diam duduk dipojokan saja." ujar Hajime.

Ukh.... Dia memang benar-benar membenciku ya? Huhuhu....

Aku hanya melempar batu sambil menunggu pertarungan mereka selesai. Sungguh, aku ingin bertempur seperti mereka....

Ah? Samar-samar aku mendengar suara tapakan kaki.... Apakah ada monster lain? Ah! Suara itu makin kencang dan menuju kesini! Jumlahnya cukup banyak.

"Hajime! Monster lain datang!" ujarku memeringati.

Ia dan anak-anak lainnya yang fokus pada minotaur itu mulai melihat kearah yang kutunjuk dengan jariku. Tak lama setelahnya, segerombolan monster berlevel 50-52 datang. Goblin! Aku pasti sudah sekarat jiak melawan goblin-goblin itu! Kekuatan mereka yang cukup besar dan gerekan mereka yang lincah, aku benci goblin!

"Bagaimana ini Hajime?" Tanya Himeko.

"Goblinnya lumayan banyak, ditambah Minotaur..."

Suatu ide tiba-tiba terlintas dikepalaku. Skill yang selama ini kulatih, akhirnya bisa kugunakan!

Kureha POV end

"Hajime! Kalian bisa mengalahkan Goblin itu dalam berapa menit?" tanya Kureha sambil berlari kearah Hajime walau tertatih-tatih.

"Kurang lebih 15 menit." jawabnya.

"Baiklah! Aku akan gunakan skill [DISTRACT] milikku selama 15 menit sampai semua goblin terkalahkan. Dengan begini akan lebih mudah bukan?" tawar Kureha.

"Kau yakin? Kau sekali tebas bisa mati loh." ujar Shiho mengejek.

"Hm? Aku bawa pil penambah stamina kok." jawab Kureha sambil menunjukkan pil yang ia bawa di sakunya.

"Humn... Tolong bantuannya. Kami akan menyelesaikannya dengan cepat." jawab Hajime.

"Sip! Jangan mati ya!" ujar Kureha lalu meminum pil itu sambil berlari kearah Minotaur itu dengan pistol miliknya.

"[DISTRACT]!"

Kini perhatian Minotaur teralihkan kearah Kureha. Kureha terus berusaha menghindar serangan Minotaur itu sambil menembakkan Mana Bullet dari pistolnya. Sesekali ia menggunakan [CHECK] pada Minotaur. Nyawa Minotaur tersisa 49303/50000 dengan mana 1269/1500. Kadang ia terkena serangan Minotaur walau tergores, nyawa miliknya kini tersisa sedikit. Ia terus menggunakan Pil penambah stamina buatannya.

Ia kini merogoh sakunya dan mengambil Magic Device buatannya. Ia mengaktifkannya lalu terbang kearah Minotaur itu.

"[MANA BURST]!"

Kureha menggunakan 10 mana miliknya untuk Mana Burst. Skill yang mengubah mana menjadi ledakan kecil. Hanya mengurangi 3 nyawa milik minotaur itu.

Kureha melirik kebelakang, dimana Hajime dan teman-teman sekelasnya berjuang sekuat tenag melawan para goblin-goblin itu. Ia tak boleh menyerah, ia ingin berguna bagi mereka. Setidaknya kali ini, ia mendapat kesempatan untuk membantu walau hanya sekedar mengalihkan perhatian Minotaur itu.

Pil Stamina miliknya sudah habis. Tersisa 1 pil tambahan mana saja. Kureha memakai skill mana burst berkali-kali dan distract. Cukup menguras mana. Ia pun memilih memakan pil man itu sehingga mananya bertambah 100.

Sayangnya, ketika ia ingin menyerang Minotaur itu ia tak melihat bahwa Minotaur itu sudah siap menerkamnya. Ia hanya bisa menghindar sedikit sehingga lengan kiri dan kaki bagian kirinya termakan oleh Minotaur itu.

"ARGHHHHHHH!"

Teriakan kesakitan itu memenuhi ruangan itu, walau dengan keadaan seperti itu, Kureha tetap tak ingin menyerah. 100 mana, ia hanya punya 100 mana tersisa. Apa yang bisa i lakukan?

Lalu saat ia sedang dipenuhi pikiran, ia melihat lubang besar di belakang Minotaur itu akibat Skill Mana Burst miliknya.

'Aku runtuhkan sedikit tak apa bukan?'

Memang gila, meruntuhkan bagian itu sama dengan bunuh diri karena ia akan terjatuh bersama Minotaur itu.

Ia sudah tak bisa berdiri, tetapi tetap tak patah semangat. Kehilangan lengan dan kaki kirinya, rasa sakit yang bagitu tak tertahankan ia hiarukan. Hanya satu tujuannya kali ini, menyelamatkan para pahlawan yang di masa depan akan menyelamatkan dunia!

Terseok-seok ia berjalan menghampiri pedangnya, magic device miliknya rusak. Ia kantungin magic device itu dan berdiri dengan bantuan pedang itu.

"Ini hadiah terakhirku, mungkin?" ujarnya sambil tersenyum.

"[MANA EXPLOSION]!"

Ledakan besar terjadi, Hajime dan anak-anak lainnya yang baru saja selesai membereskan para goblin menoleh kearah sumber suara.

Kini suara reruntuhan terdengar, Hajime membelalakkan matanya lalu berlari kearah reruntuhan itu. Namun, Soshi menghentikan dirinya.

"Hajime, itu berbahaya." ujarnya memperingati.

"Tapi, Kureha!"

"Dia pasti selamat, ia menggunakan mgic device miliknya tadi kan?"

"AHHHHH!"

Suara teriakan Kureha memenuhi ruangan itu, "BERTAHAN HIDUPLAH KALIAN! JANGAN MATI!"

Terdiam, mereka semua terdiam. Debu-debu yang menghalanginya reruntuhan itu kini sudah hilang. Hajime berjalan perlahan menuju runtuhan besar itu. Lubang besar tercipta, darah bercipratan dimana-mana.

Dilain sisi, sesaat setelah meneriakkan hal itu, ia tersenyum miris sambil menangis mengingat kenangan manis dan pahit miliknya bersama Hajime, Himeko, Shiho, Yukari, Rei, Soshi, dan Yutaka.

"Semuanya.... Aku akan merindukan kalian." ujarnya sambil tersenyum. Badannya kini tak dapat ia gerakkan. Rasa sakit memenuhi tubuhnya.

"Hajime... Bulannya indah sekali ya?" ujarnya kemudian menutup matanya. Merelakan badannya terbawa dengan reruntuhan itu ke dasar Dungeon.

Ia tak menyangka, bahwa hari adalah hari terakhirnya melihat 'cahaya bulan' yang begitu ia kagumi.

°TBC°

T~T

Life In Another WorldWhere stories live. Discover now