Rumah masih sama; dingin dan sepi. Rusuk rumah yang dipenuhi dedaunan hasil peluruhan, gagal membuat suasana menjadi ramai. Namun begitu aku tidak sendiri, sebab pepohonan yang hampir botak juga kesepian. Namun begitu aku masih menanti, sebab kabarmu belum juga sampai.
Kalau rumah punya tangan, ia jelas akan menarikku masuk dan menyelimutiku dengan selimut wol buatanmu di atas sofa cokelat yang memunggungi jendela.
Kalau rumah bisa bicara, ia jelas akan menyuruhku berhenti menunggu seseorang yang belum tentu kembali.
Kalau rumah bisa mendengar, aku akan berkata padanya dengan sebuah senyum,
"Tunggu sampai musim gugur ini berakhir, maka aku akan berhenti."
Pernyataanku itu sudah bulat. Kamu yang pergi di penghujung musim gugur, telah kupersilakan untuk sampai ke hati lain setelah musim berganti.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
