day 8

33 7 2
                                    

𝘱𝘳𝘰𝘮𝘱𝘵: 𝘵𝘩𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘷𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘢𝘣𝘰𝘶𝘵 𝘕𝘦𝘷𝘦𝘳𝘭𝘢𝘯𝘥.
______

Apa yang kau harapkan dari gunung bau di sudut kota? Botol plastik? Kardus? Bangkai tikus? Tulang ikan?

Aku sendiri berharap menemukan cokelat.

Terdengar konyol, memang. Siapa pula yang mau membuang cokelat selain yang sudah kadaluwarsa?

Tapi, kali ini aku benar-benar menemukannya.

****

Aku Danu, usia sepuluh tahun. Masih di atas gunung, semuanya berubah setelah aku membuka sebuah buku bergambar di tengah gunung. Pemandangan langit dan tumpukan sampah yang sebelumnya memenuhi mata, kini berubah menjadi hamparan bukit hijau nan asri. Burung-burung berkicau. Di bawah bukit terdengar tawa anak-anak yang tengah bermain bersama kupu-kupu.

Selain itu, aku juga menemukan cokelat. Berbentuk bulat-bulat kecil seperti choco chips yang sering Amir bawa ke sekolah.
Oh, apakah aku sedang bermimpi?

Kalau iya, tolong jangan bangunkan aku.

Cokelat yang kumaksud berada di depan kakiku, hampir saja terinjak sandal kusam yang kukenakan. Aku berjongkok, memperhatikan cokelat-cokelat yang hampir membuat liurku jatuh ke atasnya. Saking senangnya, aku tidak sempat memikirkan tentang di mana aku dan siapa yang membawaku ke sini, meskipun hal itu adalah sebuah misteri besar. Jika pesan ibu tidak kuingat, aku pasti sudah memasukkan choco chips entah-milik-siapa itu ke dalam mulutku.

"Jangan mengambil sesuatu yang bukan milik kita tanpa seizin pemiliknya," pesan ibu kala itu.

Aku yang paham segera menyapu pandangan ke sekitar. Meski tidak yakin ada orang lain di atas sini, aku tetap bertanya, "Apa ada orang di sini? Cokelat siapa ini?" Hanya siulan angin yang menjawabku. Begitu aku berteriak dari atas, anak-anak di bawah sana juga tidak mempedulikan.

"Tidak ada yang mengaku? Ya sudah, untukku saja."

Tanganku yang terulur sudah membentuk capit ke arah butiran cokelat di rerumputan. Aku menciduk seluruhnya ke telapak tangan kiri. Tangan kananku mengambil dua butir dari sana untuk dimasukkan ke dalam mulut. Namun dua senti sebelum choco chips masuk, seseorang memukul tanganku dan menyebabkan butiran cokelat tersebut berhamburan.

Aku hendak marah jika saja yang di depanku itu bukanlah Rama, kakak lelaki yang hanya berbeda dua tahun dariku. Dia berkacak pinggang dengan kesal. Kedua alisnya bertautan. "Ngapain kamu?"

Hah?

Aku menatap ke bawah. Rumput yang tumbuh berganti menjadi kumpulan plastik, botol, sayur busuk, yang campur aduk. Pemandangan hijau berubah menjadi gunung sampah di TPS seperti sebelumnya. Butiran cokelat yang kutemukan dan kini sudah terpencar di sana-sini berubah warna menjadi hitam.

"Tadi aku nemu choco chips, Kak. Tapi kok ..." ucapku polos dan menunjuk butiran hitam di atas sampah dengan bingung.

"Itu, kan, kotoran kambing, Nu! Ya ampuuun. Kamu mau makan itu?" Kak Rama mengomel tanpa tahu apa yang terjadi sebelumnya. "Kamu laper, ya? Ayo ke bawah, jangan kelamaan ngelamun di atas. Karung kamu udah penuh, tuh. Tinggal dijual. Habis ini, cuci tangan lalu makan. Tadi ibu udah masak oncom."

Kak Rama menuntunku sampai bawah sementara aku masih kebingungan. Ternyata, memang tidak ada yang akan membuang cokelat di tempat seperti ini.

______
Udah ada prompt tapi tetep aja bingung mau nulis apa x'''''')

Kangen Pudoriii sama Jeno sama Jaemiiiin :'(

#30HutanKata | Hutan KecilWhere stories live. Discover now