day 20

20 3 0
                                    

𝘱𝘳𝘰𝘮𝘱𝘵: 𝘬𝘢𝘭𝘰𝘱𝘴𝘪𝘢
_____

Disa, Dodo, Wira, dan mamah sedang berkumpul di ruang keluarga. Di atas karpet, mamah sibuk mengupas apel dengan tenang. Dodo duduk di sampingnya sambil menonton film keluarga. Disa bermain ponsel sambil bersandar di punggung Dodo, sementara Wira tertidur pulas di atas sofa, di depan Disa, seolah-olah dia tuan rumahnya.

"Do, makan buah yang banyak, ya. Awas, loh, kalo cuma sedikit," perintah mamah yang telah selesai mengupas dan memotong apel terakhir. Sepiring penuh potongan apel segar kini tersaji di atas meja.

"Mamah nggak salah ngomong gitu sama Dodo? Dia mah makan terus," sahut Disa, menyebabkan Dodo mendorong tubuhnya hingga hampir mengenai sofa. "Aduh! Kamu nggak bisa dijadiin sandaran, ya? Kalo kepala kakak benjol karena kena sikunya Wira, gimana?"

"Ya..., mas Wira bakal bangun, Teh."

Tidak peduli dengan omongan Sang Adik, bola mata Disa sudah membulat saat kembali menatap layar ponsel. "Eh, astaghfirullah! Astaghfirullah!" ucapnya lalu memutar tubuh dan berpindah ke samping Dodo.

Si bungsu yang terkejut pun segera menoleh ke arah si sulung yang seperti baru saja melihat hantu. "Teteh kenapa?"

"Ke kirim...." Hanya itu jawaban Disa yang kini menatap kosong meja di hadapannya.

"Apa?"

Tidak ada jawaban.

"Teh?" Dodo menyentuh pipi Disa, khawatir kalau kakaknya itu berubah menjadi batu.

"Jadi gini, Do," ucap perempuan beriris mata hitam pekat tersebut dengan serius. "Teteh mau bilang..., kalo selama ini teteh suka sama orang."

Mendengarnya, kedua alis Dodo terangkat. Bola matanya melirik was-was ke arah Wira yang masih tertidur pulas, lalu kembali menatap Disa. Kalau sampai Wira mendengar pengakuan kakaknya barusan, hari ini akan menjadi hari patah hati bagi lelaki itu.

"Siapa?" tanya Dodo memelankan suara.

"Dengerin dulu," omel Disa seraya melotot, lalu kembali serius. "Jadi..., teteh udah lumayan lama suka dia karena dia perhatian sama kakak. Setiap unggahannya udah teteh sukai. Setiap dia bikin story, pasti teteh liat."

"Terus?"

"Masalahnya..., teteh nggak sengaja tekan tombol kirim ke pesan pribadi di akunnya. Udah di unsend, sih. Tapi, teteh takut dia udah baca isinya, Do. Soalnya, teteh baru aja bilang tentang perasaan teteh. Gimana, dong...."

"Siapa, sih?"

Disa menoleh ke belakang, ke arah Wira yang kini mendengkur. Memastikan lelaki itu masih tidur nyenyak, Disa pun berbisik di telinga Dodo. "Jangan bilang-bilang Wira," katanya, lalu tersenyum. "Namanya Cho Seung Youn, temen sekelas teteh di SMA."

BUK!

Sebuah bantal terbang mendarat keras di atas kepala Disa. Bukan Dodo yang melakukannya, melainkan Wira.

"Bangun, Sa. Udah sore, jangan mengkhayal terus," ucap pria yang ternyata sudah bangun dan mendengar semuanya itu. Wira jelas tahu siapa Cho Seung Youn. Disa sering sekali membandingkannya dengan penyanyi asal Korea Selatan itu.

Memejamkan mata untuk menahan emosi, Disa tidak kuasa untuk menoleh ke belakang. Bayangkan saja, lelaki yang tidak pernah memukulmu sekarang malah menimpuk kepalamu dengan bantal keras secara tiba-tiba dan menyebabkan kepalamu nyut-nyutan. Pasti kesal sekali, bukan?

Namun begitu membuka mata dan hendak mengomel, yang terlihat bukan Wira, melainkan dinding putih polos khas kamar gadis itu.

"LOH, MIMPI?" tanya Disa heboh dari atas tempat tidurnya. Gadis itu mengerjapkan mata dengan bingung.

Ternyata, kepalanya yang sakit tadi terbentur dinding. Dua detik kemudian, gadis itu pun sadar jika Cho Seung Youn jelas bukan teman SMA-nya.

_____
Sekarang masih tanggal 20, kan, ya? :")

#30HutanKata | Hutan KecilWhere stories live. Discover now