day 12

49 7 12
                                    

𝘱𝘳𝘰𝘮𝘱𝘵: 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘫𝘦𝘭𝘦𝘬, 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢?
_____

Jakarta masih diguyur hujan. Bernaung di bawah atap sekolah, seekor kucing oranye ikut berteduh di antara siswa-siswi yang tertahan untuk pulang, hingga akhirnya tertidur pulas tanpa beban.

Seandainya bisa, aku ingin jadi kucing saja.

"Den, mana papah lo? Biasanya jemput."

Aku terkejut begitu seseorang memanggil namaku. Menoleh ke kanan, ada Maya berdiri di sana, mengemut permen susu lolipop yang dari aromanya ... memiliki rasa melon. Lekuk senyum muncul bersamaan dengan lekuk kecil di kedua pipinya.

"Ada rapat, jadi nggak bisa jemput," jawabku sekenanya.

Gadis dengan tinggi sebahuku ini pun menyahut setelah melepas lolipopnya dari mulut, "Kalo gitu, kita tunggu hujannya reda sama-sama," katanya semakin melebarkan senyum sampai kedua matanya hilang.

Tidak menjawab, aku yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangan dari gadis ajaib ini pun berpaling menatap langit yang masih menangis. Kusebut dia ajaib, karena Maya tidak pernah berubah sejak belasan tahun lalu. Ketika orang-orang menatap sebelah mata karena kekuranganku, dia justru tidak pernah memikirkan itu. Dia menemaniku dengan tulus, meski aku sering kali ketus.

"Lagi nggak mood ngomong, ya, Den?" tanya Maya. Sedetik kemudian dia menatap kedua tanganku yang bersembunyi di dalam kantung sweater. "Mereka masih suka ngata-ngatain lo?"

DUAR!

Sebuah petir berteriak galak seolah memarahi awan yang cengeng karena terus-menerus menurunkan air mata. Maya pun bergegas mundur sampai ke tembok luar kelas sebelum aku menjawab, sementara aku menatap cipratan air yang sampai ke teras; sepatu hitam pemberian ayah; lalu saku sweater yang tampak penuh.

Di dalam saku ini, ada cacat yang menghambat kebahagiaanku. Cacat yang membuat jarak bagi orang-orang untuk menjadikanku hanya sebagai teman tidak dekat.

Untungnya, ada Maya.

"Raden ganteng, jangan bengong. Sini munduran, nanti ketiup angin terus terbang, kan, repot," kata Maya, lantas menarik bagian belakang sweater-ku.

"Lo ... nggak bawa payung, May?" tanyaku padanya yang kini mulai menepuk-nepuk pelan lengan sweater-ku seperti biasa. Katanya, dia melakukan itu untuk membuatku lebih tenang.

"Bukannya nggak bawa, tapi Bu Reni belum balikin payung gue yang beliau pinjem sepuluh hari lalu sampai detik ini," jawabnya, masih menepuk-nepuk lengan sweater-ku. Kubiarkan dia melakukan itu sampai hujan reda dan kami pun melangkah pulang bersama.

"Den, jangan pikirin omongan orang, ya. Lo ganteng apa adanya, kok. Beneran, deh," ucap Maya saat sampai di halte dan tidak ada orang lain selain kami di sana.

"Tangan gue jelek."

"Dengerin, ya, Radenaldi Pratama." Maya berpindah ke depanku dengan tangan terlipat di depan dada. Tampak kesal, dia berkata, "Kalo tangan lo jelek--yah, ini subjektifnya lo dan orang-orang toxic di sekitar lo, sih--terus kenapa? Lo nggak berhak bahagia karena ini, gitu? Love yourself, Den. Mungkin itu alasan om nggak ngizinin lo operasi selama jari itu nggak mengganggu dan berfungsi dengan baik. You are handsome just the way you are. Ada banyak yang sayang lo. Jangan fokus ke mereka yang nggak."

Aku terdiam tanpa mengalihkan pandangan dari matanya yang penuh emosi. Setelah itu, kupandangi jemari tangan kananku. Sekarang, bisa kulihat masalahku. Kalau bisa dicabut dengan mudah, sudah kucabut jari ke enam yang berada di dekat ibu jari. Polidaktili* ini menghancurkan hidupku.

Atau mungkin, cara berpikirku yang menuruti pendapat orang lah yang telah menghancurkan segalanya.

"Love yourself, Den."

Entah mengapa, senyumku tiba-tiba melengkung lebih ringan saat ini, bahkan menular sampai ke wajah Maya.

______

*Polidaktili: kelainan yang menyebabkan seseorang memiliki jumlah jari lebih banyak dari yang dimiliki orang pada umumnya.

Jelek itu sudut pandang dan sudut pandang bisa berbeda-beda. Tinggal kita yang pilih, mau lihat dari sudut negatif yang sama dengan orang lain atau dari sudut yang positif. Love yourself, ya.

Bonus:

Jungmo mau debut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jungmo mau debut.

#30HutanKata | Hutan KecilWhere stories live. Discover now