18. Kita akhiri ini, ya?

6.2K 987 285
                                    

================

Yok 500 vote langsung cuss ch. 19 dan 20. Pi riding :D

=================

Motor Army membelah jalan yang sepi. Ia memasuki daerah perkomplekan, jalan raya yang ramai akan kendaraan sudah tertinggal jauh di belakangnya. Cewek itu sengaja memilih rute alternatif oleh sebab menghindari macet dan memperpendek waktu tempuh. Tapi, ya, begini. Sepi.

Tiba di pertigaan yang sedikit remang-remang, Army melihat sebuah mobil yang tidak asing tengah dikekelingi... satu--dua--tiga... tiga sepeda motor. Salah seorang dari mereka bahkan nekat memecahkan kaca mobil dengan senjata tajam.

"Wey, brengsek! Ngapain lo!" Army membunyikan klakson motornya berkali-kali. Dengan cekatan, ia turun dari kendaraannya setelah memasang standar sesempatnya.

"Nggak usah ikut campur, lo!" Ancam salah satu dari mereka yang memegang parang. Beberapa orang mulai mengelilingi Army. Empat orang. Ya, empat orang. Army memasang kuda-kuda.

"Keluar lo sekarang!" teriak orang yang tadi mengancam Army.

Bulan dengan tubuh gemetaran dan air mata penuh ketakutan, menuruti perintahnya. Dia keluar, kedua tangannya yang terangkat.

"Bulan! Lo diapain?!" teriak Army geram. Bulan menangis sesenggukan.

Army melempar helm ke salah satu mereka, lantas mengambil kesempatan untuk menendang perutnya. Begitu satu tumbang, ia luncurkan tendangan lain ke orang yang di sebelahnya, menambahkan satu pukulan di pipi dengan keras. Dua orang menghadang. Satu di depan satu di belakang. Saat keduanya menyerang bersamaan, Army menunduk, kepala mereka saling bertubrukan. Langsung ia tarik tangan keduanya lantas bangkit menyikut punggung dan dada mereka.

Army lengah, salah satu dari yang tumbang tadi, memukul tengkuk Army dengan balok kayu yang ditancap paku. Bulan menjerit. Army terjatuh. Padangan Army mulai kabur, telinganya berdengung. Samar-samar ia lihat satu yang lainnya tengah mengangkat cluritnya ke arah ia berbaring.

Ya ampun... Kenapa tubuh gue lemah banget sih.

Sebelum ujung runcingnya menancap perut Army, Bulan menghadang tubuh Army sehingga benda tajam itu menancap di perutnya.

"Woy! Perampok-perampok!" Army mendengar teriakan yang jauh, tapi pandangannya mulai menghitam.

Army merasakan tubuh Bulan tergeletak di atas kakinya.

"Cabut! Cabut!" Ke empat orang itu pergi dengan dua sepeda motor sekaligus membawa kabur mobil Bulan. Secepat kilat mereka menghilang.

Dengan sisa tenaga, Army bangkit, memeluk tubuh Bulan yang bersimbah darah menodai bajunya.

"Lan, sadar, Lan!" teriaknya putus asa. "Lan... Lan..." Armymenepuk pipi Bulan berkali-kali. Percuma. Darahnya yang mengalir membuat bibirnya semakin pucat. Tangan Army menekan pendarahan di perut Bulan. 

"Tolong! Tolong!" teriaknya dengan tangis yang tak bisa lagi ia bendung.

Please... Seseorang... Tolong kami... Siapapun....

Beberapa orang terlihat berlari dari kejauhan menghampiri. "Tolong..." Suaranya mulai serak.

"Tolong teman saya..." katanya setelah mereka sampai dan mengerubungi dua orang itu. Army tidak tahu apa lagi yang terjadi setelahnya, karena perlahan, kesadaran Army semakin menghilang.

****

Insiden perampokan disertai kekerasan yang menimpa Army dan Bulan tengah ditangani pihak kepolisian. Keduanya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Masyarakat ikut membantu mengejar keempat pelaku dengan memberikan bukti CCTV yang dipasang di jalanan komplek. 

ARMY (Completed)Where stories live. Discover now