33. Kemarahan Bima & Penyesalan Army (1)

4.9K 898 93
                                    

========================

It's okay to make mistakes sometimes
Because anyone can do so
Although comforting by saying it's alright
Are just words

========================

Mereka saling berhadapan di antara udara lembap yang menerbangkan debu juga dedaunan kering. Army lebih dulu melangkah pergi meninggalkan Bima yang masih termangu pada titik yang sama. 

"My..." Panggil Bima parau. 

Kaki Army terhenti, meski tidak menoleh ke belakang. 

"Sorry..." Di antara banyak kata yang ingin Bima sampaikan, hanya lima huruf satu kata yang berhasil ia lontarkan.  

"Gue nggak nyesel karena sayang sama lo. Gue nggak akan menarik kata-kata gue. Walaupun kita berangkat dari rencana lo yang seakan penuh kebohongan, tapi tanpa sadar, gue melakukan hal-hal itu bukan sebagai variabel x, tapi sebagai Bima. Dan gue nggak merasa salah akan hal itu." 

Air mata Army tak terbendung lagi. Dia berusaha mendongakkan kepalanya agar cairan itu tidak turun terus. Sia-sia. 

"Kali ini, gue nggak akan memaksa lo buat tetap di samping gue. Kalau lo mau pergi, silakan. Sebab, sekarang gue tahu alasan lo bersikap kayak gini. Gue yang salah. Maaf udah nyakitin hati lo," jelas Bima mencoba tegar. 

Saat Army memberitahu Bima perihal pelukan itu, Bima sadar kalau Army juga di tempat yang sama, di rumah sakit tempat ia mengantar Rin. 

Pelukan itu memang dilakukannya dan ia sangat sadar. Jika saja ia dapat menjelaskan bahwa pelukan itu tak sama artinya dengan pelukan yang selama ini ia berikan kepada Army. 

Namun, ini Army, perempuan dengan segudang pendirian dan kepala sekeras batu. Gadis itu tak mungkin bisa menerima alasannya sekarang. Bima memilih mengalah, dan ia sadar ia salah.

"Gue sayang lo, My. Cuma lo, bukan yang lain."

Army tak tahan lagi. Dia berjalan setengah berlari meninggalkan Bima yang berdiri dilingkupi perasaan bersalahnya. 

Kalau lo nggak bisa nunggu gue menyelesaikan urusan gue dengan Rin yang tinggal menghitung hari, nggak apa-apa, My. Seenggak lo tahu, gue sayang lo.

 ********

Sore itu, menjadi sore yang paling mendung di hidup Army. Sore yang dilaluinya dengan air mata tak beriak dan tangis tanpa isak. Hati yang terasa seperti diremas-remas kuat hingga ia nyaris tak bernapas. 

Ini perasaan yang sakitnya melebihi rasa sakit saat Langit menolaknya dulu. Mungkin karena Langit hanya menggores luka di hatinya, sementara sekarang ia harus membunuh perasaan itu dengan tangannya sendiri. 

Bagi Army, ia berkomitmen kepada dirinya sendiri agar terus menjalani hidup yang kini terasa kurang. Nomor Bima telah dihapusnya dari kontak. Meskipun, tidak mampu menghapus kenangannya di ingatan Army. 

Gadis itu mendekam di kamar, menyibukkan diri dengan mengambil berbagai kursus online guna menunjang keterampilan diri sebelum magang. 

Program magang yang akan berjalan di awal semester nanti, sedikit-banyak membantunya sibuk, sehingga ia tak terlalu terpaku pada perasaannya, pada Bima dan segala macam kisah di antara mereka. 

Jangan tanya berapa kali ia bersikap tidak peduli atau masa bodo terhadap lelaki itu. Namun sayang, disela-sela waktu kosongnya, sosok Bima kembali hadir mengusik benaknya, dan berakhir dengan Army yang tidak tahan untuk membuka akun Instagram Bima atau chat lama mereka di Whatsapp. 

ARMY (Completed)Where stories live. Discover now