24. Perasaan Army

4.9K 858 141
                                    

"GUE KESIANGAN!" 

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi lewat lima. Army bergegas mandi dan memakai baju seadanyadi lemari. Hari ini jadwal sidang skripsi Bima pukul sepuluh tepat. Durasi sidang maksimal satu jam. Berarti jam sebelas kemungkinan besar Bima selesai. Akan tetapi, perjalanan dari rumah ke kampus memakan waktu cukup lama, belum lagi kalau macet. 

Di salah satu ruang kelas Gedung Fasilkom, seorang lelaki beralmamater rapi berdiri dengan penuh rasa gugup. 

"Ini makanan buat dosen penguji sama dosen pembimbing. Jangan lupa kasih air minumnya sebelum lo presentasi." 

Bima mengangguk saat menerima kantung plastik bening pemberian Lila, temannya. 

"Gue yakin lo bisa, Bro." Nino, cowok di sebelah Lila, menepuk bahu Bima, menyemangati. Lima orang teman terdekat Bima menunggu Bima di luar ruang sidang. 

Tiga orang dosen penguji dan dua orang dosen pembimbing masuk ke dalam ruangan. Bima mengembuskan napasnya perlahan, berdoa dalam hati, lalu masuk dengan langkah yakin. 

Sementara di jalan raya yang macet dan panas, Army mengendarai motornya dengan gusar. Duh! Macet banget, sih! Buruan kek lampu hijaunya! Kakinya tidak berhenti bergerak mengetuk-ngetuk tanah. Rasanya ingin terbang saja melewati barisan kendaraan yang memadati jalan ini. Ia harus segera sampai kampus. Sebelum Bima selesai sidang.

****

Setengah jam berlalu. 

Bima menutup sidang skripsinya sambil tersenyum lega. Beban dipundaknya seperti menguap begitu saja. Mahasiswa seperti Bima tentu tidak mendapat kesulitan berarti, segala pertanyaan dosen penguji bisa dilaluinya dengan baik meskipun harus bedebat kecil. Revisi yang didapatnya cukup banyak, tapi hanya berkisar pada kepenulisan saja. Bima yakin bisa menyelesaikannya dalam waktu lima hari. 

"CONGGRADUATION!" 
"Mantap, Bang Bim!"
"Akhirnya angkatan kita pecah telor!"

Ia disambut riuh teman-teman yang mendadak banyak saat keluar ruangan. Bima tersenyum senang. Di antara banyak orang yang mengerubunginya, tak ditemukan orang yang paling ia harapkan kedatangannya. Apa dia tidak datang?

"Eh, gue mau minta tanda tangan dulu." Belum saatnya untuk bersantai, masih ada beberapa berkas yang harus di tanda tangan oleh dosen yang hadir tadi. 

Army berlari dari parkiran ke Gedung Fasilkom. Rambutnya yang dikuncir kuda bergoyang mengikuti ke kanan-kiri. Peluh membanjiri kening dan wajah cantiknya. Terburu-buru gadis itu meniaki tangga, tangannya memegang bucket berisi ciki dan wafer yang disusun sedemian rupa. 

Ia berhenti sesampainya di atas, terengah-engah di depan orang yang bergerombol di pintu ruang sidang.

"Kak... Bim--mha--nyah ke--mah--nah?" tanyanya memegangi lutut, napasnya tak beraturan. 

"Dia lagi minta tanda tangan dosen," jawab Lila menyerahkan tisu kepada Army. "Nih, lap dulu keringatnya."

Bima yang kembali dari ruang dosen, tersenyum melihat Army yang baru datang. Menyadari keberadaan Bima di bawah tangga, Army menoleh. 

"Oy! Selamat, ya." Army mengangkat bucket-nya, tersenyum lebar ke arah Bima. 

*****

Tulisan Fakultas Ilmu Komputer berwarna emas terpajang gagah di atas gedung berwarna krem itu. Satu-dua pohon yang cukup lebat sedikit menutupi tulisannya. Dengan almamater yang menjadi ciri khas kampus, Bima berdiri memegang beberapa hadiah pemberian kawan-kawan yang datang. Ia juga pasrah saat dipasangkan selempang bertuliskan 'Bima Prabumi, S.Kom' yang menonjol dibordir benang warna perak. 

ARMY (Completed)Where stories live. Discover now