Edgar Ron Chester

2K 121 8
                                    

Jangan lupa vote dan komennya. Selamat membaca.

***

"Aw, aw! Sakit!" rengek seorang cewek berbandu merah muda yang sedang terbaring di tempat tidur di UKS.

"Tahan bentar. Makanya lo nggak usah sok ikut-ikutan dance, deh. Kan begini jadinya," balas sosok cowok yang sedang mengobatinya.

Cewek itu mengerucutkan bibirnya. "Selena nantangin gue di depan anak-anak. Gimana gue nggak terima coba. Yang ada gue dikatain pengecut kalau nolak."

Mendengar nama itu disebut, cowok itu mendongak-- menatap Maureen-- cewek di hadapannya. Selena? Sepertinya dia tidak asing dengan nama itu. Tapi siapa?

Maureen memutar bola mata melihat reaksinya. "Iya Selena. Primadona sekolah si super perfect itu."

Oh, iya. Belakangan ini--ralat. Selama dua tahun Edgar bersekolah di SMA Gavedra, ia memang sering mendengar nama itu. Seorang cewek yang kabarnya hanya mencari kesempurnaan.

Melihat cowok itu melamun, Maureen menggoyangkan lengannya. "Gar! Edgar! Lo denger gue nggak, sih? Kok malah ngelamun?"

"Iya, iya. Gue denger," ia kembali mendapat fokusnya. "Mau, sebaiknya lo nggak usah berurusan lagi sama Selena, deh."

"Loh? Kenapa? Dia itu primadona, Gar. Buat bisa ditantang sama dia aja nggak mudah. Dan kalau dia nantangin gue, artinya gue masuk kriteria."

"Tapi lo nggak harus mencelakakan diri lo sendiri begini. Gue kenal lo dari kecil dan lo nggak bisa nge-dance," ucap Edgar. Tegas dan tidak menerima penolakan.

Edgar Ron Chester. Lelaki pendiam dan juga tertutup. Ia tidak suka jika kehadirannya diketahui orang banyak. Apalagi jika harus dikenal satu sekolah seperti Selena atau Leo.

"Di sini lo ternyata. Gue cariin dari tadi juga," ucap Roland yang baru datang.

"Tau! Pacaran mulu lo!" balas Samuel.

Maureen lantas menatap mereka berdua tajam. "Ye biarin! Daripada Edgar pacaran sama lo berdua ya mending sama gue. Iya nggak?" katanya menatap Edgar.

Yang ditatap hanya berdehem dan memasukan kembali barang-barangnya ke dalam kotak p3k.

"Maureen My wife, Babang Roland nggak homo, kok. Masih doyan cewek. Buktinya Abang masih suka kamu," balas Roland dengan menaik-naikan alisnya.

Maureen bergidik mendengarnya. "Edgar, temen lo tuh kurang satu strip deh kayaknya."

Samuel hanya bisa mengikuti Roland di sebelahnya. "Malu-maluin gue lo, Land!"

"Udah napa, Gar. Jangan ngurusin obat mulu udah kayak dokter aja lo! Mending kita kantin, kuy!" ajak Junior.

Edgar hanya menatap keempatnya lalu beralih menatap Maureen. "Ikut ke kantin?"

Cewek itu terlihat menimang-nimang. "Enggak, deh. Gue mau istirahat di kelas."

"Oke. Tapi lo jangan ikut-ikutan kayak tadi lagi," ancam Edgar membuat Maureen mengangguk.

"Mau Abang anterin nggak?" tawar Roland.

"Jangan! Entar lo modusin lagi anak orang," cibir Junior.

Edgar hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar keributan yang sudah biasa terjadi itu. "Udah buruan. Entar jam istirahatnya keburu habis."

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now