Perfect- 37

718 50 14
                                    

Jauh sebelum Edgar datang dalam kehidupan Selena, hidup cewek itu selalu bahagia. Nyaris tidak ada masalah. Karena semua hal yang ia dapatkan, selalu berhasil ia kendalikan.

Seperti saat ini, saat perempuan dengan bandu berwarna merah maroon yang senada dengan seragamnya tengah memoleskan lipcream tipis berwarna peach ke bibirnya.

"Ini cocok gak, sih sama gue warnanya?" tanya Selena yang masih setia memandangi kaca di kamar mandi sekolahnya.

"Ih, cocok banget. Di lo aja cocok apalagi di gue, ya, 'kan? Eh, lo beli di mana sih? Entar gue ikutan beli deh. Uwu banget gak, sih warnanya?"

Perempuan dengan sanggul dua serta rambut bagian depannya keluar itu tampak berkedip-berkedip mendramatisir keadaan. Bianca memang selalu menjadi yang paling heboh di antara keempatnya.

"Dih, Selena mah pake apa aja cocok kali," Kimberly mencibir.

"Lagian kan lo sukanya yang terang-terang, kayak merah cabe atau enggak kuning gitu," tambah Mona.

"Eh, gue gak pernah ya pake lipstick warna kuning. Lo aja tuh pake yang warna ijo sekalian sama warna birunya." Bianca mencebikkan bibirnya pura-pura marah.

Sedangkan Selena hanya tertawa. Ya, ini adalah hari rabu, hari kelahirannya. Dan ia memutuskan akan mendapatkan kembali dirinya yang dulu dihari ini.

Selena Magdalena si Primadona Sekolah yang selalu mendapatkan segala hal sempurna dalam hidupnya.

"Gitu dong, Len. Ketawa lagi, jangan galau mulu."

"Masih mending yang digalauin orang waras. Lah Edgar? Otaknya ketinggalan pas pembagian otak di alamnya dulu."

Mendengar kedua temannya berceloteh membuat Selena kembali mengingat cowok itu. Lelaki yang sudah berhasil membuat Selena terbang ke langit ketujuh, namun dengan secepat kilat kembali dijatuhkan ke dasar jurang.

Tapi Selena tidak akan berhenti di sini. Ia harus melanjutkan hidupnya. Lagipula dia kan sempurna, dia bisa mendapatkan siapa pun yang dia mau.

Tuk Tuk Tuk

"Yang di dalem siapa, sih? Lama banget. Gue udah gak tahan, nih! Buruan sih!" ucap suara dari luar.

Hal itu membuat keempatnya menoleh ke arah pintu. Selena mendengus dibuatnya. Tapi Mona menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

"Kayaknya Miss Perfect kita udah kembali nih girsl!" Mona berseru antusias.

"Yoi Len! Rasanya gue udah lupa loh kapan terakhir lo maki-maki orang," tambah Bianca yang kini tersenyum ala-ala orang jahat di sinetron.

Teman lucknut memang! Harusnya mereka bersyukur kalau Selena nggak sombong lagi. Eh, ini malah disuruh bikin maksiat lagi.

Gak inget dosa, Neng?

Selena juga ikut tersenyum. Ia menegakkan tubuhnya, membenarkan blazer dan tersenyum. Senyum yang biasa ia pakai untuk merendahkan para lelaki dibawah standar yang sudah berani menyatakan cinta padanya.

Akhirnya Selena Magdalena dengan sejuta keangkuhannya telah kembali.

Perlahan ia membuka pintu dan mendapati seorang perempuan yang terlihat terlejut begitu mendapati Selena dan ketiga temannya keluar dari kamar mandi.

"Sel-- Selena?" ucapnya dengan bibir bergetar. Keberaniannya hilang begitu saja begitu melihat siapa yang sudah berlama-lama di kamar mandi ini.

Selena melipat kedua tangannya di depan dada dengan sorot wajah angkuh. "Kenapa? Bukannya tadi lo udah ngerusuh banget suruh gue keluar?"

Perfect [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang